Bed Time Story

Menjadi single daddy dengan usia sang putri yang sudah lima tahun dengan berbagai pemikiran kritis yang dimiliki, tentu tidaklah mudah. Akan tetapi, Tendean selalu memiliki cara untuk membuat Anaya mendapatkan jawaban yang bisa dia terima dengan pemikirannya. Sebab, anak-anak yang kritis membutuhkan jawaban yang logis. Begitu pula dengan Anaya yang akan terus mengejar sampai dia mendapatkan jawaban yang bisa dia terima.

Sekarang, Tendean dan Anaya sedang berbaring di tempat tidur, memang biasanya Tendean akan menemani Anaya dulu sampai tertidur, setelahnya barulah dia akan menuju ke kamarnya sendiri.

"Ayah, malam ini ceritain tentang Bunda dong, Yah ... walau Aya tidak pernah bertemu Bunda, tapi Aya ingin mengenal sosok Bunda," pintanya kepada sang Ayah.

"Apa yang pengen Aya tahu dari Bunda?" tanya Tendean.

"Bunda itu seperti apa, Yah?" tanyanya.

Mulailah Tendean menganggukkan kepalanya dan menceritakan dongeng pengantar tidur seperti permintaan dari Anaya kecil. Memang beberapa kali, bahkan begitu seringnya Anaya minta diceritakan seperti apa sosok Bundanya itu. Akan tetapi, dia tidak pernah menolak dan kemudian mulai menceritakan Bed time story untuk Anaya.

"Sama seperti yang Aya tahu, kalau Bundanya Aya bernama siapa?"

"Bunda Desy," balasnya.

Tendean menganggukkan kepalanya. "Benar sekali. Namanya Bunda Desy. Semasa hidupnya, Bunda Desy adalah wanita yang sangat baik. Bunda itu sangat bahagia sekali setelah tahu bahwa Bunda hamil. Oleh karena itu, Bunda menjaga benar-benar tuh Aya selama di dalam perut Bunda. Jika ada hari yang dinanti, itu adalah hari di mana kami akan memeriksakan kandungan Bunda ke Dokter Kandungan. Bisa mendengarkan penjelasan tumbuh kembang Aya di dalam kandungan Bunda."

Kali ini Tendean menceritakan semuanya dengan wajah tersenyum. Akan tetapi, dia merasakan bahwa dadanya terasa sesak. Bayang-bayang semua manisnya rumah tangganya bersama Almarhumah Desy hanya berlangsung dua tahun saja.

"Terus, Ayah?"

Anaya menyahut dan begitu ingin mendengarkan lagi dan lagi cerita dari Ayahnya itu. Baginya, cerita pengantar tidur seperti ini selalu menjadi favoritnya. Mengenal Bundanya melalui cerita lebih berharga, daripada berbagai dongeng Nusantara dan Fairytale dunia.

"Aya, tahu enggak ... namanya Anaya itu diberi oleh Bunda. Anaya artinya hadiah terindah dari Tuhan. Hadiah yang Tuhan berikan untuk Ayah dan Bunda," ucapnya.

"Indah ya, Yah," balasnya.

"Iya, nama kamu artinya begitu indah, Aya. Semoga kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk semua orang yah," balasnya.

"Iya, Ayah ... makasih untuk ceritanya Ayah. Walau sering mendengarnya, tapi Aya tidak pernah bosen," balasnya.

Sepasang tangan kecil itu memeluk tubuh sang Ayah. Wajahnya tersenyum, dan kedua matanya mulai terpejam. Anaya kecil pun tidak lama kemudian mulai terlelap. Tendean tersenyum di sana dan mengusapi puncak kepala Anaya.

"Kamu tidak pernah bosen ya, Aya? Padahal sudah berapa kali Ayah menceritakan semua ini kepadamu? Andai saja, Bundamu masih ada dan melihat kamu sekritis ini, sudah pasti Bunda akan senang. Kamu begitu mirip dengan Bundamu, Aya," ucap Tendean lirih.

Pria itu menghela nafas dengan memperhatikan putri kecilnya. "Bukankah putri kita begitu menggemaskan, Desy? Tentu kamu akan sangat berbahagia ketika melihat Anaya tumbuh dengan sangat baik."

Memang ada rasa sesak yang bisa Tendean rasakan ketika menceritakan semuanya. Akan tetapi, dia sadar bahwa hanya melalui ceritanya, melalui foto-foto Bundanya saja, Anaya bisa mengenal Bundanya. Raganya memang sudah tiada, tetapi kisahnya akan tetap terkenang oleh Tendean dan juga Anaya untuk selamanya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***