Februari Kelabu

Suami mana yang tidak merasa panik dan khawatir di saat yang bersamaan ketika mengetahui istrinya sekarang berada pada kondisi kritis. Dengan menggenggam tangan Desy di sana, dan juga dengan terus membisikkan kata-kata yang menguatkan, Tendean benar-benar berharap bahwa istrinya bisa melewati masa kritis ini.

"Tolong lakukan yang terbaik untuk istri saya," pinta Tendean sekarang.

Bahkan Tendean yang notabenenya adalah seorang Dokter kini berbicara dengan nada yang seakan mengiba. Meminta rekan Dokternya yang kini menangani Desy untuk bisa menyelamatkan istrinya yang tak sadarkan diri di atas ranjang kesakitan. Air mata pun terus menetes dengan sendiri dari kedua mata Tendean.

"Pasien mengalami tekanan darah tinggi, Dokter Tendean," ucap Dokter di sana.

Bukannya Tendean tidak tahu, tetapi dia sangat tahu dengan risiko melahirkan dengan tekanan darah tinggi. Selain itu, tekanan darah juga bisa melonjak dengan begitu hebatnya menjelang persalinan. Tak jarang, para ibu harus meregang nyawa ketika melahirkan bayinya.

Bisa Tendean lihat sarung tangan medis yang semula dikenakan oleh Dokter yang semula berwarna putih, kini berwarna merah di sana. Selain itu, arah pandangan Tendean juga mengamati monitor tanda vital. Ya, dari alat ini setidaknya Tendean bisa memantau kondisi fisiologis istrinya secara teratur dan memastikan stabilitasnya. Monitor ini berisi informasi tanda vital pasien yang bisa berubah-ubah dalam hitungan detik.

"Heart rate pasien menurun," ucap seorang Dokter di sana.

Ya, terlihat dalam detak jantung yang ditampilkan di bagian atas monitor ini terasa turun. Orang dewasa sendiri memiliki detak jantung antara 60 - 100 denyut per menit (bpm). Akan tetapi, denyut jantung Desy hanya sekitaran 50 bpm saja.

"Saturasi oksigen pasien juga melemah," balas seorang Dokter yang lain.

Parameter saturasi oksigen yang tertera dengan tanda SpO2 di sana juga terlihat melemah. Sehingga mulai diberikan alat bantu pernafasan kepada pasien. Situasi di dalam ruangan itu terasa begitu genting. Bukan hanya saturasi oksigen Desy yang melemah, tetapi Tendean pun merasakan dadanya kian sesak.

Kondisi Desy yang kian tak stabil, dan juga Heart Rate yang kini hanya menandakan garis lurus saja.

Tiiittt ....

Bunyi dari monitor di ruang ICU. Sebagai tanda bahwa denyut jantung sudah berhenti, dan saturasi oksigen melemah. Ketiga Dokter yang ada di sana  pun menundukkan wajahnya. Diikuti dengan gelengan kepala secara samar.

"Maafkan kami, Dokter Tendean."

Hanya kata maaf yang terucap. Tidak ada lagi kata yang mampu diucapkan oleh Dokter di sana. Sementara dunia Tendean dalam sedetik saja seolah berhenti berputar. Jantungnya merasa nyeri. Bahkan bisa dia rasakan tidak ada denyut nadi di tangan istrinya.

"Bu Desy sudah menghadap Sang Pencipta," ucap Dokter di sana.

Air mata pun berlinangan dengan sendirinya. Di hari ketika, putrinya lahir, justru Desy justru yang harus menghadap sang Pencipta. Hari terpahit dalam hidup Tendean. Bulan kelahiran istrinya justru menjadi bulan di mana istrinya itu kembali ke haribaan-Nya. Meninggalkan Tendean sendiri dengan bayinya yang bahkan belum bisa melihat dunia.

***

Keesokan harinya ....

Tendean bersama keluarga besarnya akhirnya mengebumikan jenazah Desy di salah Memorial Park yang ada di pinggiran Jakarta. Walau tak rela, tapi Tendean kini berada dalam posisi harus rela, harus ikhlas.

"Yang kuat dan sabar, Dean," ucap sang Ayah yang bernama Ali Soedono.

Pria yang masih muda itu hanya bisa menganggukkan kepalanya secara samar. "Berat, Pak," balas Tendean.

Hingga akhirnya, Tendean turut untuk turun ke liang lahat dan membaringkan istri tercinta di pembaringan terakhirnya. Tidak hanya itu, Tendean pun mengumandangkan adzan di telinga yang istri yang sudah terbujur kaku. Dalam hatinya, pria itu bergumam perlahan. "Beristirahatlah dalam damai, Desy, istriku ... aku akan menjaga dan merawat bayi kita, Anaya. Cintaku untukmu selamanya."

Hingga akhirnya Tendean keluar dari liang lahat dan mulailah tanah dimasukkan ke dalam liang lahat, dan juga mengubur tubuh Desy di sana. Sejatinya yang dari tanah akan kembali ke tanah. Ciptaan akan kembali kepada penciptanya.

Kini, Tendean bersujud di depan pusara dengan nisan yang tercetak nama Desy Febyanti di sana. Air matanya sampai kering dan tidak bisa berlinang. Namun, bisa Tendean rasakan dadanya yang terasa sesak. Dunia yang dia lihat tidak lagi berwarna.

Bumi seakan berhenti berrotasi, tidak ada lagi siang. Akan tetapi, yang tersisa hanyalah malam. Pekat dan juga gelap.

"Dulu kita sama-sama berjanji untuk saling mencintai satu sama lain. Membesarkan buah hati kita. Akan tetapi, kamu pergi mendahuluiku, Desy. Bulan Februari yang selalu kelabu di dalam hidupku. Dengan tenggelamnya surya di dalam hatiku."

Di bawah nisan, kekasihnya jiwa berada dalam pembaringan untuk selamanya. Sementara di depan pusara, Tendean memejamkan matanya. Rasanya begitu sebak di dada.

Akan tetapi, inilah kenyataan yang harus dia terima. Menduda, ketika bayinya masih kecil, dan usianya masih begitu muda. Memulai hari dengan status sebagai seorang Duda.

Terpopuler

Comments

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

mampir ya thor

2023-06-22

1

Rahma Inayah

Rahma Inayah

br bc sdh melow .
tp.bgus crtnya lnjut...

2023-03-12

0

Riskejully

Riskejully

thor... air mataku meleleh karenamu, tanggung jawab kau

2023-02-26

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!