Opa Tendean masih terkejut bisa bertemu dengan Dianti di Kebun Binatang Ragunan. Sebab, sesungguhnya Dianti bukanlah sosok yang asing untuknya. Ada kisah lama yang pernah terajut dulu.
"Lucu dan cantik yah Cucunya Mas Dean," ucap Dianti yang tadi sudah memilih supaya Citra memanggilnya Oma saja.
"Benar, dia adalah putrinya Aya, putriku," balas Opa Tendean.
Citra kemudian bertanya kepada Opanya. "Opa, jadi Oma Dian ini temannya Opa yah?" tanyanya.
"Benar, Citra. Temannya Opa, makanya Citra memanggilnya kan Oma Dian tadi. Iya kan?"
Dianti kemudian kembali tersenyum. "Kalau memanggilku Tante, aku sudah berumur, Mas. Sudah hampir setengah abad juga usiaku. Jadi, Citra yang cantik ini memanggilnya Oma saja yah," balas Dianti.
Opa Tendean kembali berbicara kepada Citra. "Yuk Citra, berikan salam untuk Oma Dianti dulu."
"Halo Oma ... namaku Citra. Terima kasih Oma sudah nolongin Citra," ucapnya.
"Sama-sama Sayang ... lain kali lebih berhati-hati yah saat berjalan, perhatikan yang ada di depanmu dan di kanan dan kirimu. Kadang ktia tidak tahu ada akar pohon atau batu-batu, supaya kakinya tidak terantuk," ucap Oma Dianti.
"Iya, Oma," balas Citra.
Opa Tendean kemudian turut tersenyum, sembari kedua tangannya memegangi bahu Citra. "Sekarang, kamu tinggal di mana, Di?" tanyanya.
"Sekarang di Jakarta, Mas. Sudah lama, aku pindah dari Bandung ke Jakarta," jawabnya.
Citra kemudian menarik tangan Opanya dan menyela pembicaraan keduanya. "Opa, kita duduk di sana yah, Citra mau melihat burung yang cantik itu, Opa."
Akhirnya, Opa Tendean pun mengantar Citra untuk melihat burung itu. Begitu juga dengan Dianti yang mendekat dan turut melihat burung yang indah itu.
"Itu namanya burung Merak, Citra. Kalau seluruh bulunya terbuka, dia akan sangat cantik. Burung Merak biasa juga disebut sebagai Burung Khayangan," ucap Oma Dianti.
"Wah, menang benar-benar cantik ya Oma," balas Citra.
Opa Tendean membiarkan Citra mengamati aneka unggas yang ada di sekitaran sana. Kemudian dia kembali bertanya kepada Dianti.
"Kesibukanmu sekarang apa, Di?" tanyanya.
"Aku masih suka dengan buku dan anak-anak, Mas. Kami mendirikan Taman Baca Kasih Bunda. Kalau Mas Dean memiliki buku-buku bekas dan tidak dibaca lagi, bisa disumbangkan. Nanti pihak kami bisa mengambilnya," ucap. Dianti.
"Kamu masih sama ya, Di? Masih suka dengan buku dan anak-anak," jawabnya.
Dianti pun mengulas senyuman tipis di wajahnya. "Banyak yang berubah dalam hidup. Akan tetapi, aku masih menyukai itu-itu saja," jawabnya.
Lantas, Ayah Tendean bertanya lagi kepada Dianti. "Kamu sudah memiliki berapa anak, Di?" tanya Ayah Tendean dengan lirih.
Terlihat Dianti tersenyum samar di sini, "Aku memiliki banyak anak, Mas ... anak asuh karena aku menginvestasikan sejumlah royalti dari bukuku untuk anak-anak di Panti Asuhan Kasih Bunda."
Dianti sendiri adalah seorang penulis buku anak-anak. Penulis buku yang berhasil menerbitkan beberapa buku Best Seller, hasil royalti penjualan bukunya dia investasikan untuk sejumlah anak-anak kurang beruntung di Panti Asuhan Kasih Bunda.
"Mulia sekali, Dian," ucap Ayah Tendean.
"Biasa aja Mas Dean ... jadi, ini sendirian saja sama Citra yah? Sekarang Aya sudah sebesar apa?" tanya Dianti lagi.
"Sudah menikah, dan Anaya memiliki tiga anak. Yang kecil baru saja lahir, bayi kembar fraternal di rumah," balas Opa Tendean.
"Wah, hebat ... kembar fraternal putra dan putri kan? Biasanya disebut kembar emas itu Mas, karena sudah begitu langka. Kapan yah terakhir ketemu Anaya? Waktu dia se-Citra ini atau lebih besar yah?" tanya Dianti mengingat-ingat.
"Benar ... waktu kami berlibur ke Bandung dulu. Sudah begitu lama ya Di ...."
Citra kemudian berteriak kegirangan kala melihat bulu-bulu burung merak membuka dengan begitu sempurna. Terlihat begitu elok dan juga anggun. Beberapa kali Dianti juga mengabadikan gambar burung merak itu.
"Oma, burung meraknya difoto yah?" tanya Citra.
"Iya, mau Oma gambar untuk membuat buku cerita nanti," jawabnya.
"Citra bisa membaca buku loh Oma," balasnya.
"Oh, ya ... buku apa yang Citra sukai?" tanyanya.
"Buku Papa dan Liburan Terbaik, Oma ... ada Candi Prambanan, Tana Toraja. Citra suka," balasnya.
"Oma kapan-kapan beri bukunya Oma mau?" tanyanya.
"Mau ... mau Oma ... cerita anak? Oma pembuat buku yah?" tanya Citra lagi.
"Iya, Oma penulis buku anak-anak, Citra ... nanti datang ke Taman Baca yang baru Oma buat yah ... ajak Mama dan Papa juga," balasnya.
"Iya Oma ... nanti yah," balas Citra.
Opa Tendean kemudian tersenyum, "Boleh minta alamat dan nomor kamu, Dian ... nanti aku akan kumpulkan buku-buku di rumah. Senang kalau buku bisa disalurkan dengan tepat."
Akhirnya keduanya pun bertukar nomor dan akan bertemu lagi untuk bisa memberikan buku-buku di Taman Baca Dianti yang ada di kawasan Bendungan Hilir.
"Opa, itu Oma yah?" tanya Citra.
"Iya Oma Dian ... kenapa Nak?" balas Opa Tendean.
"Istrinya Opa ... kalau Mama kan sama Papa ... kalau Opa kan sama Oma dong?" balas Citra.
Opa Tendean tertawa di sana, "Bukan begitu juga Citra ... nanti kalau Citra lebih besar, pasti Citra akan memahaminya," balas Opa Tendean.
"Kapan-kapan ajak Citra ke tempa Oma Dian ya Opa ... mau dikasih buku sama Oma," balasnya.
"Tentu Citra," balas Opa Tendean.
Pertemuan yang tidak disengaja. Sudah begitu lama waktu berlalu dan sekarang Opa Tendean dipertemukan lagi dengan wanita bernama Dianti itu. Bahkan anak sekecil Citra pun bisa berpikir bahwa ada Papa ada Mama, ada Opa dan tentunya ada Opa. Begitu lucunya Citra hingga bisa menerka sedemikian rupa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Latifah Effa
pertemuan yg tak terduga
2023-02-27
0
Putra Alif
lanjut thor
2023-02-26
0
Rini Haryati
lanjut thor
2023-02-26
0