Rasanya Memiliki Ibu?

Menjelang pukul 11.00, Tendean sudah bersiap untuk menjemput Anaya. Memang Tendean sengaja menjemput Anaya sebelum pukul jam 11.00, itu juga supaya dia bisa menjemput Anaya, dan juga mengenal beberapa orang tua wali murid. Ketika memasuki Taman Kanak-Kanak itu, rupanya sebagian besar yang menjemput adalah kaum ibu-ibu. Jujur, Tendean merasa tidak percaya diri, karena dia satu-satunya pria di sana.

"Jemput anaknya ya Pak?" tanya seorang Ibu di sana.

"Iya, menunggu anak saya," balas Tendean.

"Wah, padahal yang lainnya dijemput Mama-mamanya," balas ibu itu.

Tendean pin menganggukkan kepalanya. "Iya, Ayahnya yang jemput," balasnya.

Selain itu, juga Tendean yang berdiri di sana sesekali mengamati kapan kira-kira Anaya akan menyelesaikan sekolahnya. Itu juga karena hari ini Tendean memilih cuti hari. Sebenarnya ketika siang hari, dia ingin ke rumah sakit dan memulai praktiknya sebagai Neurolog di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta. Akan tetapi, mengingat hari pertama sekolah adalah hari yang penting untuk Anaya, akhirnya Tendean memutuskan untuk mengambil satu hari cuti dan mengkhususkan hari ini untuk Anaya. Sampai akhirnya, anak-anak TK A itu pulang, beberapa anak sudah turun, tetapi Anayanya masih belum turun.

Hingga akhirnya, barulah Anaya turun dan dengan wajah yang murung. Pemandangan yang aneh. Jika biasanya Anaya terlihat ceria, kali ini anak kecil itu justru tampak murung. Oleh karena itu, Tendean pun menggendong putrinya itu dan mengajaknya menuju ke dalam mobilnya.

Sebagai Ayah, Tendean memilih diam terlebih dahulu dan membiarkan Anaya. Sebab, dia sangat mengenal Anaya. Pasti nanti Anaya akan menceritakan semuanya kepadanya. Oleh karena itu, sekarang Tendean memilih diam dahulu. Ketika mereka sudah sampai di rumah, barulah Anaya bertanya.

"Ayah, Aya gak jadi dititipkan ke Day Care yah?" tanyanya.

"Kenapa Aya?" balas sang Ayah dengan singkat.

"Kan tadi Ayah bilang kalau usai sekolah Aya akan berada di Day Care sampai jam dua siang. Kok sekarang kita di rumah, Ayah?" tanyanya bingung.

Akhirnya Tendean pun menganggukkan kepalanya. "Benar. Sebenarnya, Ayah mau ke rumah sakit tadi. Akan tetapi, Ayah berpikir bahwa hari pertama sekolah adalah hari yang spesial untuk kamu. Jadi, Ayah memutuskan untuk cuti satu hari. Mulai besok yah, Aya di Day care," jelas Tendean.

"Iya Ayah," balas Anaya dengan mengangguk-anggukkan kepalanya.

Setelahnya, Tendean berlutut di depan Anaya dan si Papa muda itu melepaskan sepatu dan kaos kaki Anaya. Setelahnya, dia menyimpan sepatunya Anaya. Tidak lupa, Tendean mengganti seragam Anaya dan menggantinya dengan baju rumahan saja.

"Yah, Ayah ... rasanya punya Ibu itu seperti apa, Yah?" tanya Anaya kemudian.

"Kenapa Anaya?"

Ini adalah pertanyaan yang sebenarnya susah untuk dijawab oleh Tendean. Menjelaskan semuanya dengan usia Anaya sangatlah tidak mudah. Namun, jika tidak dijawab sudah pasti Anaya akan bertanya-tanya.

"Tadi, teman-teman Anaya bercerita di kelas kalau setiap hari diasuh oleh Mamanya. Disuapin Mamanya, dan juga diantar ke sekolah oleh Mamanya. Tadi, Anaya tidak bisa bercerita, Yah ... soalnya yang Aya miliki kan cuma Ayah," ucapnya.

Mendengarkan cerita Anaya membuat dada Tendean terasa nyeri. Anak-anak mudah terbawa suasana dari lingkungan sekitarnya. Faktanya memang anak-anak seusia Anaya akan memiliki Mama yang menyayanginya dan mencurahkan kasih sayang untuknya. Sementara, Anaya sendiri memang hanya memiliki seorang Ayah.

"Kalau teman-temannya Aya ceritakan Mamanya, Aya kan bisa menceritakan Ayah," balas Tendean.

Anaya kecil pun menganggukkan kepalanya. "Iya, tadi Aya menceritakan Ayah kok. Kan yang Aya punya hanya Ayah," balasnya.

Tendean tersenyum di sana dan segera memeluk Anaya. Papa muda itu kedua matanya berkaca-kaca dan juga merasakan sedih di hatinya.

"Aya sayang Ayah kan?" tanyanya.

"Iya sayang," balasnya.

"Aya jadi teman dan sahabatnya Ayah yah?"

"Iya, Ayah."

"Jangan sedih karena Aya tidak punya Mama, tapi Aya punya Bunda yang selalu sayang Aya dan Aya punya Ayah di sini, yang akan menjadi teman dan sahabat untuk Aya. Oke?"

Di pelukan Ayahnya, Aya pun menganggukkan kepalanya. Memang dia tidak memiliki Mama. Terlahir sebagai piatu. Namun, yang dikatakan Ayahnya benar bahwa Ayahnya akan selalu ada untuknya.

Terpopuler

Comments

susi 2020

susi 2020

😍😍😍

2023-09-22

1

susi 2020

susi 2020

🙄🙄🙄

2023-09-22

1

Afternoon Honey

Afternoon Honey

banyak banyak cinta buat Ayah 💖💖💖

2023-05-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!