"Rima"
Aditya terus berusaha merayu istrinya untuk membukakan pintu untuknya, mengetuk beberapa kali tetapi tidak juga membuahkan hasil sama sekali, Rima memilih tersenyum tanpa berniat untuk membukakan pintu untuk Aditya sampai akhirnya terdengar suara teriakan yang begitu kencangnya.
"MAMA"
Suara nyaring itu terdengar hingga menembus pendengaran Rima, membuatnya bertanya-tanya apakah yang terjadi di luar sana.
"Ma, bangun Ma"
Lagi-lagi mendengar suara Aditya yang panik seketika itu juga Rima memutar kunci dan ingin melihat apa yang telah terjadi di luar sana, namun saat pintu terbuka malah Aditya masuk dengan cepat.
Ah! sadar ternyata dirinya baru saja ditipu mentah-mentah.
"Mas bohong ya?" tanya Rima dengan kesal padahal sudah panik setengah mati.
Rima pun berusaha untuk menggapai gagang pintu berharap bisa melarikan diri sayangnya Aditya memeluknya dengan erat sambil terus tertawa.
"Kamu mau ke mana?" tanya Aditya diselingi tawa yang menggelegar.
"Mama tolong!" teriak Rima berharap ada yang membantu dirinya.
"Hussh!" Aditya menutup mulut Rima.
"Kamu ngapain minta tolong ke Mama mau bilang kamu Mas cium di sini?"
Rima pun menggeleng cepat dirinya tidak bisa berbicara karena tangan Aditya masih saja membekapnya.
"Terus apa?" tanya Aditya lagi.
Rima yang kesal pun akhirnya menggigit tangan Aditya hingga akhirnya mulutnya bisa terlepas dari tangan suaminya tersebut.
"Sakit," Aditya mengibas-ngibaskan tangannya bahkan bekas gigitan Rima tampak melekat di tangannya.
"Hehehe sakitnya di mana?" ejek Rima sambil menjulurkan lidahnya.
"Di sini kawan," jawab Rima sendiri bermaksud mengejek.
"Dasar kamu yah" Aditya pun mencoba untuk menangkap Rima kembali.
Rima pun berusaha untuk menghindari dengan berusaha kabur dari dalam kamar sampai akhirnya pintu pun berhasil terbuka, Rima melihat Arini yang ternyata berada di depan pintu segera Rima menjadikan Arini pelindungnya bersembunyi di belakang tubuh gemuk mertuanya tersebut.
"Ma, Mas jahat," adu Rima.
"Loh ini ada apa?" tubuh Arini bergerak sesuai dengan Rima yang menariknya saat Aditya mencoba untuk menangkapnya.
"Kamu yang menggigit tangan Mas," Aditya pun tidak mau mengalah sebab istrinya juga bersalah.
Bagaimana jika Arini menghajarnya karena aduan dari Rima, sedangkan barusan juga tangannya menjadi korban gigitan Rima.
"Mas yang bekap mulut aku," Rima pun kali ini berusaha untuk membela dirinya takut malah Arini memarahinya.
"Kenapa kamu membekap mulut menantu Mama?" wajah Arini memerah karena kesal pada Aditya.
"Bagaimana kalau dia susah bernafas? kamu lupa dia sedang mengandung! besok-besok kalau dia melakukan itu kamu hajar bagian utamanya itu biar kapok!" ucap Arini lagi.
"Bagian utama, Ma?" Rima bertanya karena bingung.
"Ini Mama kasih contoh yah," Arini menendang milik Aditya.
"Ma!" Aditya pun berusaha melindungi dirinya, beruntung bisa menghindar hingga aman saja walaupun terasa sedikit ngilu bila terjadi, Rima menahan tawa melihat wajah Aditya yang menahan emosi.
Arini pun mencubit Aditya, walaupun begitu Aditya masih berusaha melindungi dirinya lagi.
"Ma, nggak gitu,"
"Terus gimana?" Arini pun berkacak pinggang sejenak menatap wajah Aditya.
"Itu loh Ma, Rima teriak kencang banget padahal keenakan," jelas Aditya.
"Hah?" Rima sampai melongo mendengar penjelasan Aditya.
"Ye nggak gitu," Rima menggerakkan tangannya, sebab memang bukan begitu keadaannya.
"Tadi kan kamu yang minta, pas sudah hampir dikasih kamu menjerit, Mas tutup mulutmu supaya tidak terdengar Mama kan malu tapi kamu menggigit tangan Mas terpaksa Mas bilang yang sebenarnya begini," jelas Aditya dengan panjang lebar sesuai dengan karangannya sendiri.
Rima menggeleng cepat merasa bukan begitu kejadian yang sebenarnya.
"Ya ampun sepertinya Mama masih dibawah umur, tidak pantas untuk mendengarkan, bagaimana kalau Mama salah pergaulan nantinya," ujar Arini dengan anehnya.
Aditya dan Rima pun melongo dan tertawa dalam satu detik kemudian.
"Mama udah tua sok ngaku-ngaku anak dibawah umur," ejek Aditya.
"Oh iya Mama lupa," Arini mengetuk kepalanya sendiri, lama tidak tertawa bahagia begini membuatnya sedikit aneh. Bahkan merasa berbeda dengan keadaan keluarga yang jauh lebih baik.
"Mama, aduh," Rima pun melihat ke bawah.
"Kamu ngompol?" Aditya tertawa melihatnya.
"Kamu itu terlalu banyak bertemu dengan Nayla makanya begini," ucap Aditya mengingat Nayla pun pernah mengalaminya karena terlalu banyak tertawa.
"Hehehe," Rima kini merasa malu luar biasa baru saja bahagia sudah berulah.
"Itu biasa namanya sedang hamil, Mama juga dulu pernah begitu tidak lucu lagi kalau terjadi pada wanita muda dan sedang mengandung" Arini pun berada di pihak Rima membela menantunya dengan sepenuh hati.
"Iya Ma, memang nggak dirasa tiba-tiba udah turun aja" jelas Rima dengan tidak enak.
"Alasan" ketus Aditya.
"Sudahlah," Arini pun menunjukkan mulut komat-kamit pada Aditya, berusaha membuat putranya berhenti mengejek Rima.
"Mama ngomongin apa sama Mas?" tanya Rima penasaran.
Arini pun menunjukkan mulutnya yang komat-kamit tanpa suara pada Rima.
"Mama ngomong apa sih?" tanya Rima yang masih kebingungan.
"Kamu nggak ngerti?"
"Nggak Ma, emangnya Mama ngomong apa?"
"Sama Mama juga nggak ngerti, cuma orang yang tidak waras yang mengerti," jawab Arini.
Rima pun dengan refleks menatap Aditya karena dirinya yang mengerti bahwa barusan Arini memintanya untuk diam dan tidak melawan Rima.
"Maksudnya aku nggak waras Ma?"
Arini pun mengangkat bahunya dengan santai.
"Mama tidak bilang begitu yah, kamu sendiri yang mengatakannya" jawab Arini sambil berlalu pergi menuju kamarnya.
"Ahahahaha," Rima pun segera menuju kamar dengan tawa yang menggelegar dengan luar biasa.
Dirinya harus membersihkan diri untuk lebih wangi mungkin agar disayang suami, Aditya membawa kekesalannya segera menyusul Rima tapi saat dirinya akan masuk tiba-tiba pintu tertutup hingga kepalanya terbentur oleh daun pintu.
"Aduh!" Aditya pun meringis kesakitan sambil menggosok kepalanya.
"Rima buka pintunya" Aditya mengetuk pintu berharap dibukakan.
Sampai akhirnya dirinya kesal, sebab sudah dari tadi berteriak tapi tidak juga di bukakan pintu kamar, segera menggeledah laci untuk menemukan kunci cadangan akhirnya setelah susah payah kunci pun berhasil ditemukan, Aditya tersenyum kemudian mencoba untuk memasukkan anak kunci namun bersama dengan itu saat Aditya memutar gagang pintu pun terbuka.
"Tidak dikunci?" Aditya merasa lemas, seketika duduk di lantai dan mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi ternyata dari tadi Rima tidak mengunci pintu bahkan istrinya itu sedang mandi di dalam kamar mandi.
"Mas ngapain duduk di lantai?" Rima keluar dengan menggunakan handuk kuning yang melilit di tubuhnya.
Aditya pun segera bangkit dan menendang pintu hingga tertutup rapat, lalu menarik Rima dalam sekejap saja untuk terlentang di atas ranjang mungkin dengan begitu bisa membuatnya lebih baik.
"Mas" ucap Rima.
"Apa?"
Lampu pun mati dan gelap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments