"Adit... Aditya," Arini menggerak-gerakan lengan anaknya hingga berulang kali berusaha untuk membangunkan dari lelapnya, akhirnya mata Aditya pun terbuka dan melihat Arini dengan jelas.
"Kamu susul Rima, Mama khawatir sama keadaannya," pinta Arini dengan perasaan was-was.
Aditya pun melihat ke samping ternyata Rima tidak ada kemudian menatap ke arah jendela ternyata hari sudah mulai siang, teriknya matahari pagi sudah menerangi bumi kembali Aditya baru sadar ternyata dirinya tertidur.
"Rima ke mana Ma?" Aditya bergegas bangun sambil merenggangkan otot-otot yang terasa kaku, tidak tidur semalaman sungguh membuat tubuh tidak nyaman.
"Sekarang kamu bersihkan diri ke kamar mandi dulu agar lebih segar," pinta Arini.
Aditya pun menurut, kemudian kembali menemui Arini dengan tubuh lebih segar.
"Rima ke mana Ma?" sejak tadi Aditya belum menemukan jawaban atas pertanyaannya hingga kembali bertanya.
Sebab belum melihat Rima kembali ke kamar sampai saat ini.
"Katanya ke rumah sakit melihat keadaan Bapaknya," jelas Arini.
"Ke rumah sakit sendirian?" Aditya benar-benar terkejut mendengarnya.
"Ma kenapa tidak mengatakan dari tadi, semalam dia meriang, demamnya sangat tinggi," Aditya berdoa semoga tidak terjadi hal buruk pada Rima dan kandungannya.
"Kamu susul sekarang,"
"Ke rumah sakit mana?" tanya Aditya.
"Mama tidak tahu, kamu hubungi dia lalu tanyakan sekarang di mana, dia tadi membawa ponsel," kata Arini semakin cemas memikirkan menantunya.
"Ponsel?" bukankah ponsel Rima ada padanya pikir Aditya.
"Iya Mama yang mengambilnya dari saku jaketmu,"
Aditya mengerti.
"Ma aku pergi dulu, menghubunginya di perjalanan saja," ucap Aditya.
"Hati-hati,"
Segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sedangkan sebelah tangannya berusaha untuk menghubungi Rima.
Nomor ponsel Rima sudah lama ada padanya tetapi tidak dengan Rima yang tidak mengetahui nomor ponsel suaminya sendiri, ponsel Rima pun berdering terlihat nomor tidak dikenal membuatnya tidak ingin menjawab panggilan tersebut, tetapi melihat profil aplikasi hijaunya merasa mengenal orang tersebut, Rima baru melihat jelas ternyata Aditya dengan jas putihnya.
Kepalanya yang sakit membuat pandangan mata pun sedikit buram sehingga butuh waktu untuk melihat siapapun.
"Rima itu siapa? mana tahu penting," Ibu Rima yang duduk di samping Rima pun bersuara, pikirannya bercabang dua antara Rima yang sedang sakit dan suaminya yang belum juga sadarkan diri, sungguh Ibu Rima tidak menginginkan hal ini dirinya ingin anak dan suaminya pulih kembali.
Setelah berulang kali ponselnya berdering Rima pun menjawabnya.
"Kamu di mana?" perasaan Aditya lebih tenang saat Rima menjawab panggilan telepon darinya sehingga belum juga terdengar suara Rima sudah bertanya dengan cepat.
Aditya takut Rima terjatuh ataupun sampai keguguran, dirinya sangat menginginkan seorang anak dari Rima, apalagi itu dapat membahayakan keadaan Rima sendiri.
"Aku di rumah sakit, Bapak aku kecelakaan nanti aku pulang," Rima pun memutuskan panggilan telepon sepihak, berbicara saja membuatnya begitu lelah.
"Bu aku mual,"
Merebahkan dirinya di atas kursi tunggu dan menjadikan paha ibunya sebagai bantal dengan harapan semoga rasa lelahnya bisa pulih.
"Rima kamu pucat sekali kita ke UGD saja," Ibu Rima pun khawatir melihat keadaan putrinya, wajah pucat Rima begitu memprihatinkan.
"Aku nggak apa-apa Bu, kalau aku juga dirawat nanti bagaimana dengan Bapak Bu," Rima tidak ingin menjadi beban ibunya sehingga menolak untuk dibawa ke UGD.
Suara ponsel Rima kembali berdering dan Rima pun menerimanya kembali.
"Kamu di rumah sakit mana?" tanya Aditya dari seberang sana.
"Di rumah sakit..." panggilan terputus, Rima menatap layar ponselnya yang perlahan gelap artinya baterai habis, memang sejak kemarin tidak pernah melakukan pengisian daya.
"Sebaiknya kamu pulang, Ibu takut suamimu marah apalagi kamu sepertinya tidak meminta izin dulu," Ibu Rima pun mengutarakan kekhawatirannya mengingat saat ini putrinya sudah memiliki suami bahkan tengah berbadan dua.
"Nanti aku tunggu Bapak sadar dulu," tawar Rima.
"Nanti Ibu kabari kalau Bapak sudah sadar," ucap Ibu Rima lagi.
"Bu," Rima menunjukkan raut wajah memohon membuat Mia luluh begitu saja dan terpaksa mengangguk lemah.
Tiba-tiba seorang Dokter keluar dari ruang ICU memanggil keluarga pasien yang kini ditangani.
"Saya istrinya Dok," Ibu Rima pun bangkit dari duduknya, kursi tunggu yang berada di depan pintu ruang ICU adalah tempatnya menunggu.
"Bapak Mamat sudah sadar Bu,"
Mia dan Rima pun tersenyum bahagia mendengar kabar tersebut.
"Syukurlah," segera Mia dan Rima masuk untuk melihat keadaan Mamat.
Benar saja ternyata mata Mamat sudah terbuka, tersenyum pada istri dan anaknya, Rima bernapas selama ternyata Mamat masih bisa menatapnya.
"Bapak yang kuat ya biar kita cepat kumpul lagi, kita akan punya cucu Pa, Rima sedang mengandung cucu kita," ujar Mia agar membuat Mamat bersemangat untuk sembuh.
Senyum Mamat semakin lebar ternyata berita yang diberitahukan padanya adalah sebuah kado terindah dalam hidupnya.
"Bu kepalaku sakit," Rima mencoba untuk duduk di lantai takut jadinya malah tidak sadarkan diri jika terus berdiri.
"Dokter tolong anak saya," Mia yang panik dengan segera memanggil Dokter.
Rima pun dibawa ke UGD untuk ditangani.
"Kamu Rima kan?" tanya seorang perawat.
Rima mengangguk lemah, sekalipun dirinya berbaring di atas brankar tetapi kesadaran masih sepenuhnya hanya saja tubuhnya terasa lelah dan lutut yang tidak tahan berdiri terlalu lama belum lagi perutnya terasa lapar.
Pagi tadi diganjal dengan roti saja rasanya kurang mengingat bukan hanya dirinya yang membutuhkan makanan.
"Bisa hubungi suaminya?" tanya Dokter melihat keadaan Rima cukup memprihatinkan.
"Ponsel saya kehabisan baterai Dok, tidak apa saya bisa pulang sendiri," jelas Rima.
"Dok ini teman saya, kami dulu sama-sama bekerja di Rumah Sakit Stay Healthy milik Dokter Devan dan dia ini istri Dokter Aditya sepupu Dokter Devan," jelas seorang perawat yang cukup mengenal Rima.
"Oh, anda istri Dokter Aditya, pantesan sepertinya pernah lihat Anda, saya juga hadir di acara pernikahan kalian, biar saya menghubungi Dokter Aditya," ucap Dokter tersebut segera menghubungi Aditya, memberitahu keadaan Rima saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments