Keadaan Rima,

"Adit... Aditya," Arini menggerak-gerakan lengan anaknya hingga berulang kali berusaha untuk membangunkan dari lelapnya, akhirnya mata Aditya pun terbuka dan melihat Arini dengan jelas.

"Kamu susul Rima, Mama khawatir sama keadaannya," pinta Arini dengan perasaan was-was.

Aditya pun melihat ke samping ternyata Rima tidak ada kemudian menatap ke arah jendela ternyata hari sudah mulai siang, teriknya matahari pagi sudah menerangi bumi kembali Aditya baru sadar ternyata dirinya tertidur.

"Rima ke mana Ma?" Aditya bergegas bangun sambil merenggangkan otot-otot yang terasa kaku, tidak tidur semalaman sungguh membuat tubuh tidak nyaman.

"Sekarang kamu bersihkan diri ke kamar mandi dulu agar lebih segar," pinta Arini.

Aditya pun menurut, kemudian kembali menemui Arini dengan tubuh lebih segar.

"Rima ke mana Ma?" sejak tadi Aditya belum menemukan jawaban atas pertanyaannya hingga kembali bertanya.

Sebab belum melihat Rima kembali ke kamar sampai saat ini.

"Katanya ke rumah sakit melihat keadaan Bapaknya," jelas Arini.

"Ke rumah sakit sendirian?" Aditya benar-benar terkejut mendengarnya.

"Ma kenapa tidak mengatakan dari tadi, semalam dia meriang, demamnya sangat tinggi," Aditya berdoa semoga tidak terjadi hal buruk pada Rima dan kandungannya.

"Kamu susul sekarang,"

"Ke rumah sakit mana?" tanya Aditya.

"Mama tidak tahu, kamu hubungi dia lalu tanyakan sekarang di mana, dia tadi membawa ponsel," kata Arini semakin cemas memikirkan menantunya.

"Ponsel?" bukankah ponsel Rima ada padanya pikir Aditya.

"Iya Mama yang mengambilnya dari saku jaketmu,"

Aditya mengerti.

"Ma aku pergi dulu, menghubunginya di perjalanan saja," ucap Aditya.

"Hati-hati,"

Segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sedangkan sebelah tangannya berusaha untuk menghubungi Rima.

Nomor ponsel Rima sudah lama ada padanya tetapi tidak dengan Rima yang tidak mengetahui nomor ponsel suaminya sendiri, ponsel Rima pun berdering terlihat nomor tidak dikenal membuatnya tidak ingin menjawab panggilan tersebut, tetapi melihat profil aplikasi hijaunya merasa mengenal orang tersebut, Rima baru melihat jelas ternyata Aditya dengan jas putihnya.

Kepalanya yang sakit membuat pandangan mata pun sedikit buram sehingga butuh waktu untuk melihat siapapun.

"Rima itu siapa? mana tahu penting," Ibu Rima yang duduk di samping Rima pun bersuara, pikirannya bercabang dua antara Rima yang sedang sakit dan suaminya yang belum juga sadarkan diri, sungguh Ibu Rima tidak menginginkan hal ini dirinya ingin anak dan suaminya pulih kembali.

Setelah berulang kali ponselnya berdering Rima pun menjawabnya.

"Kamu di mana?" perasaan Aditya lebih tenang saat Rima menjawab panggilan telepon darinya sehingga belum juga terdengar suara Rima sudah bertanya dengan cepat.

Aditya takut Rima terjatuh ataupun sampai keguguran, dirinya sangat menginginkan seorang anak dari Rima, apalagi itu dapat membahayakan keadaan Rima sendiri.

"Aku di rumah sakit, Bapak aku kecelakaan nanti aku pulang," Rima pun memutuskan panggilan telepon sepihak, berbicara saja membuatnya begitu lelah.

"Bu aku mual,"

Merebahkan dirinya di atas kursi tunggu dan menjadikan paha ibunya sebagai bantal dengan harapan semoga rasa lelahnya bisa pulih.

"Rima kamu pucat sekali kita ke UGD saja," Ibu Rima pun khawatir melihat keadaan putrinya, wajah pucat Rima begitu memprihatinkan.

"Aku nggak apa-apa Bu, kalau aku juga dirawat nanti bagaimana dengan Bapak Bu," Rima tidak ingin menjadi beban ibunya sehingga menolak untuk dibawa ke UGD.

Suara ponsel Rima kembali berdering dan Rima pun menerimanya kembali.

"Kamu di rumah sakit mana?" tanya Aditya dari seberang sana.

"Di rumah sakit..." panggilan terputus, Rima menatap layar ponselnya yang perlahan gelap artinya baterai habis, memang sejak kemarin tidak pernah melakukan pengisian daya.

"Sebaiknya kamu pulang, Ibu takut suamimu marah apalagi kamu sepertinya tidak meminta izin dulu," Ibu Rima pun mengutarakan kekhawatirannya mengingat saat ini putrinya sudah memiliki suami bahkan tengah berbadan dua.

"Nanti aku tunggu Bapak sadar dulu," tawar Rima.

"Nanti Ibu kabari kalau Bapak sudah sadar," ucap Ibu Rima lagi.

"Bu," Rima menunjukkan raut wajah memohon membuat Mia luluh begitu saja dan terpaksa mengangguk lemah.

Tiba-tiba seorang Dokter keluar dari ruang ICU memanggil keluarga pasien yang kini ditangani.

"Saya istrinya Dok," Ibu Rima pun bangkit dari duduknya, kursi tunggu yang berada di depan pintu ruang ICU adalah tempatnya menunggu.

"Bapak Mamat sudah sadar Bu,"

Mia dan Rima pun tersenyum bahagia mendengar kabar tersebut.

"Syukurlah," segera Mia dan Rima masuk untuk melihat keadaan Mamat.

Benar saja ternyata mata Mamat sudah terbuka, tersenyum pada istri dan anaknya, Rima bernapas selama ternyata Mamat masih bisa menatapnya.

"Bapak yang kuat ya biar kita cepat kumpul lagi, kita akan punya cucu Pa, Rima sedang mengandung cucu kita," ujar Mia agar membuat Mamat bersemangat untuk sembuh.

Senyum Mamat semakin lebar ternyata berita yang diberitahukan padanya adalah sebuah kado terindah dalam hidupnya.

"Bu kepalaku sakit," Rima mencoba untuk duduk di lantai takut jadinya malah tidak sadarkan diri jika terus berdiri.

"Dokter tolong anak saya," Mia yang panik dengan segera memanggil Dokter.

Rima pun dibawa ke UGD untuk ditangani.

"Kamu Rima kan?" tanya seorang perawat.

Rima mengangguk lemah, sekalipun dirinya berbaring di atas brankar tetapi kesadaran masih sepenuhnya hanya saja tubuhnya terasa lelah dan lutut yang tidak tahan berdiri terlalu lama belum lagi perutnya terasa lapar.

Pagi tadi diganjal dengan roti saja rasanya kurang mengingat bukan hanya dirinya yang membutuhkan makanan.

"Bisa hubungi suaminya?" tanya Dokter melihat keadaan Rima cukup memprihatinkan.

"Ponsel saya kehabisan baterai Dok, tidak apa saya bisa pulang sendiri," jelas Rima.

"Dok ini teman saya, kami dulu sama-sama bekerja di Rumah Sakit Stay Healthy milik Dokter Devan dan dia ini istri Dokter Aditya sepupu Dokter Devan," jelas seorang perawat yang cukup mengenal Rima.

"Oh, anda istri Dokter Aditya, pantesan sepertinya pernah lihat Anda, saya juga hadir di acara pernikahan kalian, biar saya menghubungi Dokter Aditya," ucap Dokter tersebut segera menghubungi Aditya, memberitahu keadaan Rima saat ini.

Episodes
1 Menurut saja!!!
2 Bisa sendiri!!!
3 Aku hamil Bu!!!
4 Keadaan Rima,
5 Rencana Aditya!!!
6 Rencana Aditya 2!!!
7 Berjanji!!!
8 Maksa banget!!!
9 Butuh bayaran!
10 Pencuri?
11 Penawaran!!!
12 Merasa canggung!!!
13 Dulu?
14 Tidak ada yang seperti kamu!
15 Semakin ketergantungan!
16 Mulai luluh!
17 Menahan malu!
18 Senyuman yang kembali!
19 Menjenguk Rima!
20 Cuma orang yang tidak waras yang mengerti!
21 Tengah berada dalam kekhawatiran...
22 Lalu bagaimana jika selamanya?
23 Tidak berani bermimpi!
24 Keinginan Jessica!
25 Tidak selamanya kebahagiaan bisa di tukar dengan uang!
26 Kebersamaan!!!
27 Bertemu lagi!
28 Gangguan!
29 Ingin dirayu!
30 Tidak ingin diperiksa!
31 Banyak keanehan!
32 Alex harus tahu!
33 Permohonan!
34 Jangan tanya itu lagi!
35 Vanya!
36 Menjenguk Nayla!
37 Minggat!
38 Ingin di rayu!
39 Andai saja tahu dari awal!
40 Sedikit panik,
41 Dasar!
42 Pasien!
43 Kehangatan itu begitu terasa.
44 Saling cinta!
45 Operasi!
46 Kamu bisa melihatnya sendiri!
47 Semoga semua itu bisa terwujud.
48 Tidur untuk selamanya!
49 Mimpi buruk!
50 Terserah pada mu saja!
51 Ke luar kota!
52 Tidak percaya!
53 Sakitnya double!
54 Sepertinya punya dendam padamu!
55 Ini serius?
56 Entah apa yang harus dilakukannya.
57 Dirinya tidak sendirian!
58 Lahiran bersama!
59 Adnan dan Felix harus melihat ini,,
60 Mas, ngatain aku!
61 Hamil lagi!
62 Ompong!
63 Beberapa tahun kemudian!
64 Nikahi Rena!
65 Aku tidak akan mengatakannya!
66 Kenapa dia sangat menyebalkan?
67 Sana jauh-jauh!
68 Rumah Sakit punya Ayah mu. Kenapa bisa kau gila!
69 Di luar pikirannya.
70 Raka yang berbeda!
71 Akal licik yang sudah tersusun rapi.
72 Aku tunggu di kantor mu!
73 Lampu hijau..
74 Pertunangan!
75 Perasaan Adnan!
76 Boleh buat Adek, tapi tidak boleh jadi...
77 Terlalu terkejut...
78 Terlalu pintar menyembunyikan hati yang luka..
79 KTP Nenek mu!
80 Jantungku kenapa berdebar?
81 Tidak ada hubungannya dengan mereka!
82 Kenapa menatap ku begitu?"
83 Masakan Cahaya!
84 Rapat seperti apa yang kalian lakukan barusan?
85 Ayo kita menikah!
86 Menentang keras!
87 Diam dan tunggu!
88 Tidak tahu diri!
89 Bukannya dapat untung malah buntung!
90 Nasib sama!
91 Teror!
92 Sudah jatuh hati pada seorang wanita..
93 Salah paham!
94 Aku tidak masalah!
95 Memilih pergi.
96 Tanpa ingin berpindah lagi...
97 Merasa nyaman...
98 Agar hubungan keduanya tidak kandas...
99 Pernikahan akan tetap berlanjut!
100 Mari kita buktikan!
101 Tidak pernah melakukan hal itu..
102 Maaf!!!
103 Jurus gila!
104 Tidak bisa menuruti keinginannya...
105 Pikirkan juga nasib mu.
106 Aku cinta kamu!
107 Tampan sekali.
108 Figuran..
109 Membantu Nenek-nenek...
110 Tidak bosan memangnya?
111 Menjalani masa hukuman!
112 Bertemu!
113 Ke rumah Ratih!
114 Hilang entah kemana!
115 Pernikahan Felix dan Cahaya!
116 Menikah hari ini juga!
117 Calon suami mu mana?
118 Salah paham!!!!
119 Malam kedua!
120 Masih belum terbiasa!
121 Berbeda dengan pasangan satunya!
122 Kenapa tegang sekali?
123 Malu sekali!
124 Mencintai Adnan sungguh sangat indah...
125 Mas Adnan!
126 Jangan gila! Adnan..
127 Coba pegang dan perhatikan!
128 Tidak usah!
129 Terima kasih!
130 Nggak nolak!
131 Mengerjai Rena!
132 Ingin di akui!
133 Hidup sederhana!
134 Cinta pertama yang berkhianat dengan kejam...
135 Berpura-pura!
136 Ke club!
137 Bukan wanita murahan!
138 Aku masih perawan...
139 Kasihan!
140 Mimpi buruk yang sangat mengerikan...
141 Ampun!
142 Percaya diri!
143 Micin!
144 Mengantar Vanya!
145 Pajangan!
146 Tak ada yang dapat memiliki pria itu...
147 Kesalahan yang sama!
148 Semoga saja mereka berjodoh..
149 Kau bukan selera ku..
150 Perduli setan dengan tanggung jawab...
151 Menepis!
152 Kesalahan Vanya...
153 Membuatnya menjadi tidak karuan..
154 Dalam waktu tujuh hari saja..
155 Vanya dan Vanya...
156 Rindu!
157 Pacaran!
158 Menunggu Felix!
159 Mencoba hal baru!
160 Mainan baru?
161 Mau uang lagi?
162 Menurut saja!
163 Tak percaya rasanya..
164 Anak bau kencur yang sedang di mabuk asmara.
165 Seakan menemukan hal baru,
166 Hanya diam tanpa perduli sama sekali.
167 Aneh?
168 Kakak senior..
169 Kenal nggak?
170 Mainan mu itu hati..
171 Ada apa?
172 Wanita mana yang bisa membuat buaya kelaparan itu tunduk?
173 Gebetan baru!
174 Bocah itu memang sulit untuk di dapatkan,
175 Kapan orang tua mu di rumah?
176 Sangat lama untuk menunggu esok hari.
177 Tidak seperti dibayangkan..
178 Semakin bertekad!
179 Tak suka dengan pengkhianatan..
180 Ketahuan!
181 Malang sekali..
182 Ingin curhat.
183 Keanehan Vanya.
184 Asisten.
185 Gelar yang mencengangkan.
186 Sia-sia saja.
187 Aku kenapa?
188 Dulak..
189 Di usir.
190 Kau lupa punya janji?
191 Terluka lagi.
192 Bersedia menunggu.
193 Bodo amat..
194 Kamu kenapa?
195 Lupa jalan pulang.
196 Mas Riki.
197 Tidak berkurang sama sekali..
198 Dasar duda lapuk!
199 Sedang berada di sebuah jurang pemisah yang siap menerjang.
200 Cepat temui Ibunya.
201 Segera mengakhiri.
202 Hidup dengan masa depan bukan dalam masa lalu,
203 Anak nakal.
204 Tidak percaya.
205 Sejuta kekesalan.
206 Anak-anak kasmaran.
207 Ayah tunggu malam ini.
208 Siapa yang mau dengan mu?
209 Maksud mu?
210 Vanya hanya bisa diam.
211 Aku mencintainya.
212 Semuanya benar-benar sangat kacau.
213 Apakah kali ini juga harus terluka?
214 Bantuan Ninda.
215 Masa depanmu masih panjang.
216 Semua pasti ada jalan keluarnya.
217 Kapan kebahagiaan itu dirasakan olehnya.
218 Hanya ada kejengkelan.
219 Berjanji.
220 Mas janji.
221 Semuanya tidak akan semudah itu.
222 Masa lalu yang kelam adalah alasan dari segalanya.
223 Dia lebih membutuhkan pria itu dari pada kita!
224 Terserah Mas saja.
225 Ke rumah Riki..
226 Cobaan ini sangat berat.
227 Mungkin kali ini ada jalan terbaiknya.
228 Waktu satu bulan.
229 Awal dari sebuah kebahagiaan.
230 Di mana pun akan terasa indah.
231 Receh.
232 Menjijikan sekali.
233 Tidak menyangka bisa seperti ini.
234 Pingsan.
235 Kebahagiaan Adnan.
236 Merasa lega.
237 Terlalu jujur.
238 Kolam renang.
239 Penuh perjuangan.
240 Tidak mau calon istri kelelahan.
241 Membongkar rahasia.
242 Restu.
243 Kedatangan Reyna dan Nanda.
244 Sama-sama aneh.
245 Cenat-cenut.
246 Ujian untuk orang yang akan menikah.
247 Marahan.
248 Dasar bocah...
249 Merasa heran.
250 Hujan-hujanan.
251 Sekedar pelukan.
252 Felix saja sudah harus diseganinya.
253 Ketiduran.
Episodes

Updated 253 Episodes

1
Menurut saja!!!
2
Bisa sendiri!!!
3
Aku hamil Bu!!!
4
Keadaan Rima,
5
Rencana Aditya!!!
6
Rencana Aditya 2!!!
7
Berjanji!!!
8
Maksa banget!!!
9
Butuh bayaran!
10
Pencuri?
11
Penawaran!!!
12
Merasa canggung!!!
13
Dulu?
14
Tidak ada yang seperti kamu!
15
Semakin ketergantungan!
16
Mulai luluh!
17
Menahan malu!
18
Senyuman yang kembali!
19
Menjenguk Rima!
20
Cuma orang yang tidak waras yang mengerti!
21
Tengah berada dalam kekhawatiran...
22
Lalu bagaimana jika selamanya?
23
Tidak berani bermimpi!
24
Keinginan Jessica!
25
Tidak selamanya kebahagiaan bisa di tukar dengan uang!
26
Kebersamaan!!!
27
Bertemu lagi!
28
Gangguan!
29
Ingin dirayu!
30
Tidak ingin diperiksa!
31
Banyak keanehan!
32
Alex harus tahu!
33
Permohonan!
34
Jangan tanya itu lagi!
35
Vanya!
36
Menjenguk Nayla!
37
Minggat!
38
Ingin di rayu!
39
Andai saja tahu dari awal!
40
Sedikit panik,
41
Dasar!
42
Pasien!
43
Kehangatan itu begitu terasa.
44
Saling cinta!
45
Operasi!
46
Kamu bisa melihatnya sendiri!
47
Semoga semua itu bisa terwujud.
48
Tidur untuk selamanya!
49
Mimpi buruk!
50
Terserah pada mu saja!
51
Ke luar kota!
52
Tidak percaya!
53
Sakitnya double!
54
Sepertinya punya dendam padamu!
55
Ini serius?
56
Entah apa yang harus dilakukannya.
57
Dirinya tidak sendirian!
58
Lahiran bersama!
59
Adnan dan Felix harus melihat ini,,
60
Mas, ngatain aku!
61
Hamil lagi!
62
Ompong!
63
Beberapa tahun kemudian!
64
Nikahi Rena!
65
Aku tidak akan mengatakannya!
66
Kenapa dia sangat menyebalkan?
67
Sana jauh-jauh!
68
Rumah Sakit punya Ayah mu. Kenapa bisa kau gila!
69
Di luar pikirannya.
70
Raka yang berbeda!
71
Akal licik yang sudah tersusun rapi.
72
Aku tunggu di kantor mu!
73
Lampu hijau..
74
Pertunangan!
75
Perasaan Adnan!
76
Boleh buat Adek, tapi tidak boleh jadi...
77
Terlalu terkejut...
78
Terlalu pintar menyembunyikan hati yang luka..
79
KTP Nenek mu!
80
Jantungku kenapa berdebar?
81
Tidak ada hubungannya dengan mereka!
82
Kenapa menatap ku begitu?"
83
Masakan Cahaya!
84
Rapat seperti apa yang kalian lakukan barusan?
85
Ayo kita menikah!
86
Menentang keras!
87
Diam dan tunggu!
88
Tidak tahu diri!
89
Bukannya dapat untung malah buntung!
90
Nasib sama!
91
Teror!
92
Sudah jatuh hati pada seorang wanita..
93
Salah paham!
94
Aku tidak masalah!
95
Memilih pergi.
96
Tanpa ingin berpindah lagi...
97
Merasa nyaman...
98
Agar hubungan keduanya tidak kandas...
99
Pernikahan akan tetap berlanjut!
100
Mari kita buktikan!
101
Tidak pernah melakukan hal itu..
102
Maaf!!!
103
Jurus gila!
104
Tidak bisa menuruti keinginannya...
105
Pikirkan juga nasib mu.
106
Aku cinta kamu!
107
Tampan sekali.
108
Figuran..
109
Membantu Nenek-nenek...
110
Tidak bosan memangnya?
111
Menjalani masa hukuman!
112
Bertemu!
113
Ke rumah Ratih!
114
Hilang entah kemana!
115
Pernikahan Felix dan Cahaya!
116
Menikah hari ini juga!
117
Calon suami mu mana?
118
Salah paham!!!!
119
Malam kedua!
120
Masih belum terbiasa!
121
Berbeda dengan pasangan satunya!
122
Kenapa tegang sekali?
123
Malu sekali!
124
Mencintai Adnan sungguh sangat indah...
125
Mas Adnan!
126
Jangan gila! Adnan..
127
Coba pegang dan perhatikan!
128
Tidak usah!
129
Terima kasih!
130
Nggak nolak!
131
Mengerjai Rena!
132
Ingin di akui!
133
Hidup sederhana!
134
Cinta pertama yang berkhianat dengan kejam...
135
Berpura-pura!
136
Ke club!
137
Bukan wanita murahan!
138
Aku masih perawan...
139
Kasihan!
140
Mimpi buruk yang sangat mengerikan...
141
Ampun!
142
Percaya diri!
143
Micin!
144
Mengantar Vanya!
145
Pajangan!
146
Tak ada yang dapat memiliki pria itu...
147
Kesalahan yang sama!
148
Semoga saja mereka berjodoh..
149
Kau bukan selera ku..
150
Perduli setan dengan tanggung jawab...
151
Menepis!
152
Kesalahan Vanya...
153
Membuatnya menjadi tidak karuan..
154
Dalam waktu tujuh hari saja..
155
Vanya dan Vanya...
156
Rindu!
157
Pacaran!
158
Menunggu Felix!
159
Mencoba hal baru!
160
Mainan baru?
161
Mau uang lagi?
162
Menurut saja!
163
Tak percaya rasanya..
164
Anak bau kencur yang sedang di mabuk asmara.
165
Seakan menemukan hal baru,
166
Hanya diam tanpa perduli sama sekali.
167
Aneh?
168
Kakak senior..
169
Kenal nggak?
170
Mainan mu itu hati..
171
Ada apa?
172
Wanita mana yang bisa membuat buaya kelaparan itu tunduk?
173
Gebetan baru!
174
Bocah itu memang sulit untuk di dapatkan,
175
Kapan orang tua mu di rumah?
176
Sangat lama untuk menunggu esok hari.
177
Tidak seperti dibayangkan..
178
Semakin bertekad!
179
Tak suka dengan pengkhianatan..
180
Ketahuan!
181
Malang sekali..
182
Ingin curhat.
183
Keanehan Vanya.
184
Asisten.
185
Gelar yang mencengangkan.
186
Sia-sia saja.
187
Aku kenapa?
188
Dulak..
189
Di usir.
190
Kau lupa punya janji?
191
Terluka lagi.
192
Bersedia menunggu.
193
Bodo amat..
194
Kamu kenapa?
195
Lupa jalan pulang.
196
Mas Riki.
197
Tidak berkurang sama sekali..
198
Dasar duda lapuk!
199
Sedang berada di sebuah jurang pemisah yang siap menerjang.
200
Cepat temui Ibunya.
201
Segera mengakhiri.
202
Hidup dengan masa depan bukan dalam masa lalu,
203
Anak nakal.
204
Tidak percaya.
205
Sejuta kekesalan.
206
Anak-anak kasmaran.
207
Ayah tunggu malam ini.
208
Siapa yang mau dengan mu?
209
Maksud mu?
210
Vanya hanya bisa diam.
211
Aku mencintainya.
212
Semuanya benar-benar sangat kacau.
213
Apakah kali ini juga harus terluka?
214
Bantuan Ninda.
215
Masa depanmu masih panjang.
216
Semua pasti ada jalan keluarnya.
217
Kapan kebahagiaan itu dirasakan olehnya.
218
Hanya ada kejengkelan.
219
Berjanji.
220
Mas janji.
221
Semuanya tidak akan semudah itu.
222
Masa lalu yang kelam adalah alasan dari segalanya.
223
Dia lebih membutuhkan pria itu dari pada kita!
224
Terserah Mas saja.
225
Ke rumah Riki..
226
Cobaan ini sangat berat.
227
Mungkin kali ini ada jalan terbaiknya.
228
Waktu satu bulan.
229
Awal dari sebuah kebahagiaan.
230
Di mana pun akan terasa indah.
231
Receh.
232
Menjijikan sekali.
233
Tidak menyangka bisa seperti ini.
234
Pingsan.
235
Kebahagiaan Adnan.
236
Merasa lega.
237
Terlalu jujur.
238
Kolam renang.
239
Penuh perjuangan.
240
Tidak mau calon istri kelelahan.
241
Membongkar rahasia.
242
Restu.
243
Kedatangan Reyna dan Nanda.
244
Sama-sama aneh.
245
Cenat-cenut.
246
Ujian untuk orang yang akan menikah.
247
Marahan.
248
Dasar bocah...
249
Merasa heran.
250
Hujan-hujanan.
251
Sekedar pelukan.
252
Felix saja sudah harus diseganinya.
253
Ketiduran.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!