Terdengar suara bel berbunyi Rima bisa bernapas sedikit lebih lega, paling tidak bisa lepas dari godaan Aditya, godaan menjengkelkan dan sangat memalukan, bodohnya Rima sangat besar, bahkan dirinya sendiri mengakuinya padahal sejak dulu merasa paling pintar sedunia itu pun karena Bapaknya yang mengatakan dan menjadi pedoman dalam hidupnya. Rima adalah wanita paling pintar, paling baik, paling pintar begitulah kata Bapaknya.
Lagi pula mengapa dirinya menggigit bibir Aditya, sungguh memalukan sekali pada dasarnya tidak mahir dalam berciuman, tetapi malah mencoba.
Jika saja Aditya tahu pasti juga dirinya akan lebih ditertawakan.
Mungkin!
"Sangat mengganggu sekali," kata Aditya tidak ingin membuka pintu sama sekali.
"Mas makanannya mungkin sudah sampai," kata Rima lagi menunjuk pintu yang masih tertutup rapat.
Dengan adanya makanan itu pasti sudah tidak membahas masalah gigitan barusan lagi pikirnya.
"Nanti saja! biarkan saja lagi pula ada pembicaraan penting" ucap Aditya.
"Apa?" Rima menunggu dengan perasaan harap-harap cemas.
Mungkinkah perihal biaya operasi Bapaknya atau apa? bukankah barusan Aditya mengatakan sudah menganggap kedua orang tuanya seperti orang tua kandungnya juga?
Ah!
Pikiran Rima mendadak kacau, diamnya Aditya membuatnya menjadi penasaran.
"Kok tegang?" tanya Aditya.
"Nggak! aku kan tanya," jawab Rima.
Aditya kembali terdiam sejenak sambil menatap wajah Rima bahkan memicingkan matanya, suasana kini terasa semakin mencekam saja, lama sekali Aditya untuk mengeluarkan perkataannya.
"Mas?" tanya Rima dengan suara pelan.
"Sepertinya kamu harus ikut les privat,"
"Les privat?"
Satu detik, dua detik, tiga detik...
Aditya masih diam sedangkan Rima pun masih menunggu.
"Iya karena kamu kurang mahir dalam berciuman jadi aku bersedia untuk menjadi guru les privat ciuman kamu," ucap Aditya.
"Ha?" di kepala Rima penuh dengan tanda tanya, antara terkejut dan juga bingung.
Sejak kapan ada les privat ciuman?
Rasanya seperti terdengar aneh, ataukah dirinya yang tidak mengetahui sama sekali karena terlalu awam selama ini.
"Biasa aja!" Aditya mengusap wajah Rima.
"Ingat yah, aku jadi guru les privat nya jadi setiap Mas pulang kerja kita akan memulai pekerjaannya,"
"Ahahahaha," Rima malah tertawa terbahak-bahak mendengar penjelasan Aditya.
Sungguh tawa Rima lepas begitu saja tanpa bisa di tahan, bagaimana bisa Aditya berpikir menjadikannya murid les privat ciuman.
Aditya pun tersenyum melihat wajah ceria Rima, tawa lepas seakan tanpa beban.
Kecantikan Rima semakin terpancar membuat matanya sulit untuk berkedip walaupun hanya sedetik saja, mengagumi kecantikan Rima tanpa hentinya, wanita itu benar-benar membuat jantungnya terus berdebar kencang tanpa hentinya, entah kelebihan apa yang dimiliki tetapi Aditya sudah jatuh begitu dalam pada pesona perawat cantik dengan kulit sawo matang dan bulu mata lentik itu.
"Sejak kapan ada les privat ciuman?"
"Sejak Mas berpikir kalau kamu perlu belajar agar mahir dalam berciuman atau kamu sudah mahir dan tadi sedang gemas pada bibir Mas ini?" Aditya menaik turunkan kedua alisnya menggoda Rima.
"Mas apaan sih!" Rima memilih diam berharap Aditya tidak menggodanya terus menerus.
Dirinya pun tidak tahu mengapa bisa ikut terbuai dan membalasnya.
"Mas buka dulu" ucap Rima.
"Iya," Aditya pun mencoba membuka kemejanya.
"Mas bukan itu" kesal Rima.
"Lalu?" Aditya tahu Rima memintanya untuk membuka pintu tetapi dirinya malah membuka baju agar wajah Rima memerah karena tidak tahan digoda.
"Pintu,"
"Oh, Mas pikir baju soalnya udah nggak sabar," celetuk Aditya.
"Mas apaan sih! dasar aneh!"
"Iya cinta iya,"
Rima turun dari pangkuan Aditya kemudian Aditya segera membuka pintu.
Apakah Rima tidak pernah berpacaran? sering tapi kenapa saat Aditya memanggilnya begitu manis malah membuatnya seperti akan meleleh.
Ini gila!
Lagi-lagi hanya bisa menarik nafas berusaha menetralkan jantung yang terus berdetak kencang tidak lama kemudian Aditya pun kembali masuk dengan membawa makanan.
"Kita makan di sini aja," Aditya pun meletakkannya di atas meja kemudian mengambil piring ke dapur dan kembali ke ruang televisi di mana Rima menunggunya.
Rima pun segera membantu dengan memindahkan makanan pada piring sesaat kemudian terdengar lagi suara bel kemudian pintu terbuka.
Rima melihat ke arah pintu sepertinya orang tersebut tahu pin apartemen Aditya sehingga bisa membuka begitu saja.
"Selamat malam," Arini pun segera masuk tersenyum pada Rima yang sedang memindahkan makanan pada piring.
"Ma" Rima segera menghentikan aktivitasnya kemudian mencium tangan Arini.
"Duduk saja kamu masih butuh istirahat," Arini pun menuntun Rima untuk kembali duduk di sofa.
"Kamu belum makan?" tanya Arini.
"Aku baru bangun tidur Ma," ucap Rima.
"Begitu, tapi ini tidak baik jangan pernah terlambat makan yah" ucap Arini.
Rima mengangguk bahagia saat mendapatkan perhatian kecil dari Mama mertuanya rasa bersalah kian menjadi-jadi ketika melihat Arini, dirinya yang pernah berpikir untuk menggugurkan kandungan merasa malu.
"Ayo makan," Aditya pun mencoba untuk menyuapi Rima.
Rima menggeleng, menolak dengan cepat karena malu pada Arini.
"Aku bisa sendiri Mas," ucap Rima.
"Kamu malu ya," goda Arini.
Rima hanya diam dengan senyuman canggung menurutnya tidak sopan jika menunjukkan kemesraan di depan orang lain terutama mertuanya.
"Sudah makan saja Mas yang suapin,"
"Mas aku bisa," ucap Rima.
"Kamu ngapain malu, orang-orang juga tahu kamu hamil sama Mas, suapin aja kan nggak yang lainnya?" tanya Aditya.
"Mas," Rima mengusap wajahnya, mengapa bisa Aditya yang dingin dan pendiam jadi seperti ini?
"Kamu itu yah, di sini ada Mama," Arini mengambil bantal sofa dan melempar pada Aditya.
"Oh ini Mama kirain figura," celetuk Aditya.
"Dasar kurang ajar!" Arini pun kembali melempar bantal pada Aditya, sedangkan Aditya segera berlindung di belakang tubuh Rima agar tidak terkena serangan bantal dari Arini, mungkin inilah Aditya yang kembali ceria setelah kepergian sang Ayah, apa lagi setelah itu Arini terkena kanker, lengkap sudah kesediaan Aditya, takut kehilangan Arini juga! sampai akhirnya Arini pun merindukan senyuman Aditya, apa lagi tawa lepas, namun kini perlahan kembali terlihat setelah mengenal wanita bernama Rima.
"Pindah kamu dari menantu Mama, mulutmu itu harus dimasukkan bantal ini agar tidak kurang ajar!" ucap Arini.
"Ampun Ma," seru Aditya.
"Mas," ucap Rima merasa tidak nyaman saat tubuhnya ikut tertarik karena Aditya yang berusaha berlindung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-02-14
1
ATIN Supriatin
lanjut
2023-02-14
0