Dua hari berlalu sampai akhirnya hari ini diperbolehkan untuk pulang, Aditya masih setia mendampinginya tidak peduli pada mulut Rima yang terus saja mengomel tanpa jeda.
"Makan dulu abis ini kita pulang," Aditya mencoba untuk menyuapi Rima tapi Rima menolak dirinya memilih makan dengan tangan sendiri, kini dirinya sudah lebih baik jadi tidak perlu merepotkan orang lain.
Namun saat menarik paksa piring dari tangan Aditya, tanpa sengaja malah menumpahkan isinya hingga mengenainya, baru saja pakaiannya diganti kini sudah kotor lagi.
Dengan perlahan Aditya meletakkan piring pada meja mengambil baju bersih lagi untuk Rima, Rima hanya diam saja saat Aditya membantunya untuk memakaikan pakaian.
Selama beberapa hari ini Aditya terus saja merawat dirinya sekalipun dirinya terus mengomel, Rima menyadari kini walaupun hanya dalam hati.
"Aku pesan makan yang baru," Aditya memanggil seorang perawat lelaki, meminta bantuan untuk membeli makanan yang baru di restoran yang bersebelahan dengan rumah sakit.
Rima tidak ingin memakan makanan dari rumah sakit, sehingga Aditya memutuskan mencari makanan sesuai keinginan istrinya daripada tidak makan sama sekali.
Setelah beberapa saat Aditya kembali ke kamar tanpa bicara menyingkirkan selimut dan mengangkat Rima untuk duduk di atas kursi roda sambil menunggu makanan tiba.
"Dokter ini makanannya," seorang perawat memberikan paper bag pada Aditya, dia tahu Aditya adalah seorang Dokter ahli jiwa.
Setelah menerima Aditya pun langsung duduk di sofa saling berhadapan dengan Rima.
"Buka mulut," titah Aditya.
Rima langsung membuka mulut tidak ingin melakukan kesalahan-kesalahan lagi seperti sebelum-sebelumnya, dirinya memang sangat ceroboh sehingga tidak pernah benar, bahkan memilih kekasih saja salah hampir saja menjadi pelakor.
"Dok, aku sudah kenyang," setelah memakan beberapa suapan Rima pun menyudahi terlalu memaksa pun hanya membuat mual.
"Baiklah kita pulang sekarang," ucap Aditya.
"Dok aku ingin jalan saja, aku lelah tidak pernah berjalan," mengingat Aditya terus mengangkat tubuhnya merasa tidak nyaman dirinya yang biasa bergerak bebas kini merasa ototnya sedikit kaku karena tidak bergerak bebas lagi.
"Kamu masih butuh istirahat," ucap Aditya.
"Jalan sendiri aja nanti kalau nggak kuat aku bilang," tawar Rima.
Ke kamar mandi pun Aditya yang mengangkat membuat kaki terasa kaku, dengan berat hati Aditya pun mengangguk lalu membantu Rima untuk bangun dari kursi roda.
"Apa baik-baik saja?" tanya Aditya.
"Kakiku ini sepertinya kaku, sudah dua hari tidak jalan," keluh Rima.
"Ya sudah hati-hati," ucap Aditya.
Rima dan Aditya pun keluar berjalan dengan beriringan hingga tanpa sengaja Rima melihat Reno bersama istrinya yang sudah hamil tua.
Reno sudah sejak tadi melihatnya dari kejauhan hanya saja Rima yang baru menyadarinya dengan cepat Rima memasang wajah manis, mengangkat sebelah tangan Aditya agar merangkul pundaknya, sesaat kemudian Rima pun memeluk perut rata suaminya sambil terus melanjutkan langkah kaki.
Aditya tahu mengapa istrinya melakukan itu, tidak apa biar saja, ini juga ada keuntungannya dan karena sudah membantu pasti juga bisa meminta bayaran dari si cerewet istri cantiknya itu.
Reno pun tersadar setelahnya hanya bisa diam saat melihat Rima yang sudah berlalu pergi entah dengan siapa.
Rima belum pernah mengatakan tentang status istri dadakannya pada Reno, saat itu masih berusaha untuk mencari waktu yang tepat berharap Reno tidak shock mengetahui pernikahannya namun ternyata semua malah berbalik ternyata Reno yang menyiapkan bom waktu membuat perasaan Rima hancur seketika.
Dijadikan selingkuhan tidak pernah menjadi mimpi seorang Rima, Rima pun duduk di samping Aditya menatap keluar dari kaca mobil di hadapannya.
Aditya masih diam tanpa kata menunggu Rima yang duluan bersuara.
"Kenapa belum jalan?" Rima bingung kemudian bertanya.
Akhirnya apa yang ditunggu oleh Aditya datang juga, Rima tampaknya sudah tersadar dari lamunannya tentang Reno, Aditya bisa membaca isi kepala Rima.
"Dokter," seru Rima.
"Kamu tahu setiap pekerjaan itu ada bayarannya?" sebelah tangan Aditya bertumpu pada kemudi, menatap Rima dengan intens.
"Maksudnya?" untuk kali ini otak Rima tidak bisa bekerja dengan normal setelah bertemu tanpa sengaja dengan Reno yang membuat suasana hati berantakan.
"Kamu belum sadar juga?"
"Sekarang Anda banyak tingkah juga, selama ini aku pikir anda itu manusia robot, diam aja digodain juga diam aja," gerutu Rima.
Aditya tersenyum dan mengangkat bahunya seakan tidak peduli.
"Cepat bayar, kamu sudah menggunakan aku untuk memanas-manasi mantan pacarmu tadi kan?" Aditya kembali mengembalikan topik yang awal, tidak ingin Rima lepas begitu saja.
"Memangnya berapa bayarannya? lagi pula apa Anda tidak punya uang sampai harus meminta bayaran pada anak keluarga miskin seperti aku?" kesal Rima.
"Ck" Aditya mengetik kepala Rima, kesal sekali ketika membahas perihal status sosial.
Aditya tidak pernah membandingkan antara si kaya dan si miskin karena jaminan bahagia itu bukan kekayaan.
"Sakit!"
"Cepat bayar!"
"Aku bayar pakai apa? anda saja tidak pernah memberiku nafkah! katanya suami, suami apa? Anda itu tahunya cuma meniduri aku saja!" omel Rima dengan panjang lebar.
"Mau aku tiduri lagi?" Aditya menggerakkan kedua alis matanya menggoda Rima.
"Isshh apaan sih! ayo pulang" ucap Rima.
"Kau akan membayar kerja keras ku tadi di ranjang?" tebak Aditya.
"Nggak!" ucap Rima cepat.
"Lalu?" tanya Aditya.
"Aku turun saja! aku bisa pulang sendiri" Rima ingin sekali menangis, Aditya benar-benar membuatnya hampir mati karena terus menggodanya.
"Ahahahaha," Aditya menahan tangan Rima untuk tidak keluar begitu juga dengan tawanya yang menggelegar melihat wajah panik Rima yang sangat menggemaskan.
"Aku bercanda," imbuh Aditya.
Pertama kali Rima melihat Aditya tertawa bahkan sampai terbahak-bahak.
"Ternyata anda benar-benar manusia," Rima benar-benar heran lelaki sedingin salju itu bisa juga tertawa.
"Memangnya aku apa?" tanya Aditya.
"Coba tertawa lagi!" ucap Rima.
"Untuk apa?"
"Aku jual nanti, aku jual videonya bisa dapat uang banyak, aku yakin di rumah sakit para Dokter dan perawat pasti berminat untuk membelinya secara anda itu irit bicara apalagi tertawa," jelas Rima.
"Dasar gila! Untung saja suamimu Dokter jiwa jadi kau bisa segera ditangani," ucap Aditya.
"Aku nggak gila!"
"Aku yang gila!" ucap Aditya.
"Bagus! sadar," Rima pun tersenyum puas, Aditya mengakuinya sebagai orang gila.
"Tergila-gila padamu!" ucap Aditya lagi.
Rima terdiam seketika itu meneguk saliva dengan pahit tetapi perlakuan Aditya mampu membuatnya diam selama beberapa hari yang dengan sabar merawat dirinya.
'Rima dia itu penjahat! jangan mau tertipu dia dan Reno sama saja! batin Rima'
Aditya melirik Rima.
"Kenapa diam?" Aditya bertanya sambil menyalakan mesin mobilnya kemudian mengusap kepala Rima lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Rima masih diam saja dengan menggigit jari telunjuknya.
'Kenapa jantungku berdebar? jantung kamu kenapa? Rima lagi-lagi membatin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-02-06
0
ATIN Supriatin
lanjut
2023-02-06
0
Rahmad Wicakj Sono
lanjut thor
2023-02-06
0