Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah Rima hanya diam.
Diam tanpa kata!
Apa yang dilihat dan diketahuinya barusan sungguh luar biasa begitu mengejutkan di saat perasaan sedang tidak menentu, entahlah semua berjalan begitu saja tidak tahu apakah cinta atau hanya sebuah pelampiasan, karena kesal pada Aditya yang memaksanya untuk menjadi istri, jujur saja saat ini perasaan Rima bukan sakit hanya saja sedikit kecewa, kecewa dan malu pada Aditya yang ternyata Reno tidak lebih baik.
Lantas siapa yang lebih baik?
Aditya?
Tidak mungkin juga mengingat menikah saja dengan cara memaksanya.
Rima menarik nafas panjang, semua terasa begitu berat. Bahkan sangat mengejutkan bagaikan sebuah hadiah yang disiapkan.
"Apa kamu tidak ingin turun?" ucap Aditya.
Rima pun beralih menatap Aditya, tersadar ternyata sudah sampai di rumah.
Rumah siapa?
Rumah keluarga Devan.
Dengan rasa malas Rima pun turun dari mobil, kakinya berjalan pelan menuju kamar.
"Rima," panggil Arini yang datang dari arah dapur.
Rima pun menghentakkan kakinya yang ingin menginjak anak tangga, menoleh pada Arini yang perlahan semakin mendekati.
"Kamu dari mana?"
Arini juga melihat Aditya yang muncul dari belakang Rima.
"Kalian habis makan di luar yah?" tebak Arini dengan senyuman.
"Biasa ya namanya wanita hamil," ucap Arini lagi sambil mengusap perut Rima yang masih rata.
"Kalau begitu segera istirahat,"
Rima mengangguk dan segera menaiki anak tangga menuju kamarnya yang terletak di lantai dua.
"Aditya, kamu dan Rima tidak bertengkar kan?" tanya Arini.
"Nggak Ma, mungkin mood Rima sedang buruk, aku minta Mama maklum saja karena dia sedang hamil muda," jelas Aditya menutupi apa yang sebenarnya terjadi sehingga Rima hanya diam membisu.
"Iya kamu benar sekali, ya sudah kamu istirahat saja temani istrimu, jangan lupa buatkan susu hangat!" ucap Arini.
"Iya Ma," ucap Aditya.
Aditya pun segera menaiki anak tangga menyusul Rima yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar. Rima masih diam di sisi ranjang duduk dalam pikirannya yang tengah gusar, kesal, benci, malu bercampur menjadi satu, bibirnya yang biasa mengoceh pun mendadak kelu. Sampai akhirnya terlihat sebuah gelas berisi susu di hadapannya mata Rima mengikuti tangan yang memegang gelas tersebut sampai akhirnya tampak wajah Aditya.
"Minum,"
Kembali menatap gelas berisi susu di tangan Aditya dengan berat hati Rima mengambil alih menatap gelas tersebut cukup lama, sampai akhirnya meneguk isinya secara perlahan.
"Ganti pakaianmu!"
Rima pun tersadar belum mengganti pakaiannya sama sekali, tetapi saat ini suasana hati benar-benar kacau. Sehingga memilih tidak peduli dan langsung merebahkan tubuhnya.
"Rima nanti tidur mu tidak nyenyak," kata Aditya mengingatkan.
"Dari awal menikah juga tidurku tidak pernah nyenyak," ketus Rima.
Aditya pun tidak lagi berbicara sampai akhirnya Rima merasa mual dan muntah di tempatnya seketika.
Awalnya Rima ingin berlari menuju kamar mandi sayangnya belum juga bergerak sudah keluar begitu saja.
"Tidak apa-apa biar aku yang bersihkan," segera Aditya menyingkirkan selimut yang terkena muntahan Rima, membersihkan tanpa rasa jijik.
Rima sudah sangat lemas sehingga memilih untuk merebahkan tubuhnya.
"Tunggu dulu bajumu kena muntahan juga," dengan cekatan Aditya mengambil sebuah piyama dan membantu Rima untuk mengganti pakaiannya.
"Tidak usah! aku bisa sendiri," tolak Rima.
Aditya tidak menjawab sama sekali memilih terus membantu Rima untuk mengganti pakaian hingga selesai.
Setelah selesai Rima menuruni ranjang mengambil mineral untuk dirinya sendiri.
"Aku bisa mengambilnya kalau kamu mau,"
"Aku tidak mau!" ketus Rima.
Tidak masalah, Aditya menerima setiap perlakuan Rima. Biar saja Rima melakukan apa saja asalkan bisa yakin bila dirinya benar-benar tulus mencintai bahkan mungkin dengan cara ini bisa membuat hati Rima menjadi miliknya, Aditya terlalu berharap untuk bisa diterima hingga bahagia bersama dalam menjalani biduk rumah tangga.
Sesaat kemudian Rima kembali memuntahkan cairan bening, mungkin tidak makan seharian membuatnya masuk angin, lagi-lagi Aditya membersihkan dengan tangannya sendiri.
Pertama kalinya Aditya bersedia melakukan hal tersebut tanpa rasa jijik.
"Aku bisa bersihkan sendiri,"
"Ayo tidur ini sudah malam!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-02-03
0
Rahmad Wicakj Sono
lanjut thor up yanh banyak sperti kemaren
2023-02-03
0