Setelah memastikan bahwa Rima sudah lebih baik, Nayla dan Devan pun berpamitan pulang mereka akan kembali esok hari agar Rima bisa beristirahat dan segera pulih.
Setelah Nayla dan Devan pulang, Rima pun terlelap, terbangun di saat hari sudah sore dan melihat Aditya sudah terlelap di kursi sambil menelungkupkan kepalanya pada sisi brankar yang menjadi tempat Rima berbaring, sejenak Rima terdiam menatapnya, melihat Aditya selalu sabar menghadapinya membuat hati Rima terketuk, mungkinkah dirinya terlalu kasar tapi masalahnya adalah Aditya yang menjebaknya masuk dalam pernikahan ini.
Sulit sekali untuk memaafkannya, bagaimanapun pernikahan adalah masa depan lantas bagaimana juga dengan Reno yang ternyata suami orang?
"Kurang ajar! aku pikir aku diduakan ternyata aku yang kedua," gumam Rima kesal mengingat wajah Reno yang tiba-tiba muncul dibenaknya.
Ingin rasanya Rima mengucek-ngucek wajah pria itu, belum lagi Rima berusaha bersusah payah untuk bisa bertemu dengan Reno tanpa sepengetahuan Aditya.
Ya ampun ini gila! sama sekali tidak pernah terlintas di benaknya berpacaran dengan suami orang dan malah terjadi, yang lebih menggelikan lagi ternyata Reno sudah memiliki istri dan Rima sudah memiliki suami, seperti wanita dan pria menjijikan mencari kesenangan di luar sana.
Kacau!!!
Pikiran Rima sangat kacau, coba saja jika di labrak istri sah, dirinya akan dicap sebagai pelakor.
Itu adalah mimpi buruk paling mengerikan selama hidupnya.
"Kamu sudah bangun?"
Rima pun tersadar dari pikiran-pikirannya setelah mendengar suara Aditya, entah sejak kapan Aditya bangun tapi melihat wajah Aditya juga merasa muak.
"Belum aku masih tidur, nggak lihat mataku udah kebuka, masih bertanya!" ketus Rima.
Saat itu bertepatan dengan Mia yang masuk, rasanya ada emosi yang ingin meluap begitu saja melihat dan mendengar putrinya yang kasar pada suaminya sendiri, Mia tahu Aditya adalah orang baik buktinya dengan penuh kesungguhan mengakui kesalahannya dan bersedia bertanggung jawab atas perbuatannya.
Saat di situ saja sudah memiliki tempat di hati Mia, walaupun Mia belum tahu sebenarnya Aditya berbohong demi mendapatkan Rima.
"Rima Kenapa kamu bicara seperti itu? dia ini suamimu, Ibu malu sekali kalau begini, Ibu ini sepertinya gagal mendidik anak sendiri," kata Mia penuh kekecewaan.
"Bu dia..."
"Nggak Bu, kami memang biasa seperti itu mungkin jika orang yang baru melihatnya akan bertanya-tanya, tapi kami memang biasa seperti itu dan saya pun biasa seperti itu pada Rima, kami sudah nyaman dalam rumah tangga seperti teman," jelas Aditya tidak ingin Rima tersudutkan ataupun mendapatkan amarah dari Mia.
Aditya tahu Rima butuh waktu untuk menerima dirinya, Aditya sabar menunggunya sampai kapanpun, lagi pula pikiran Mia sedang bercabang dua jika Rima yang menjawab pasti berusaha mengelak dengan jawaban yang lain, bisa saja semakin memperkeruh suasana, tidak akan membuat keadaan menjadi lebih baik.
"Tidak bisa begitu! sikap istri terhadap suami harus lembut, sopan, tidak boleh kurang ajar!" tegas Mia kemudian beralih menatap putrinya.
"Biasakan menghormati orang lain terutama suami, kalau tidak untuk orang lain minimal jaga harga diri Ibu sebagai orang tua agar tidak dipandang gagal mendidik anaknya,"
Setelah memarahi Rima seketika Mia melengos pergi kembali ke ruangan suaminya untuk mendinginkan suasana hati yang panas.
"Puas!" kesal Rima meluapkannya pada Aditya.
Aditya pun hanya diam tanpa menjawab.
"Kamu pasti sekarang ngetawain aku kan? Ibu aku aja membela kamu," ucap Rima lagi.
Aditya tidak menjawab sama sekali karena istrinya itu memang masih terlalu muda membuatnya mengerti dengan keadaan emosi yang belum stabil, belum lagi faktor hormon kehamilan yang masih butuh penyesuaian.
"Kamu merasa hebat setelah mengetahui aku pacaran sama suami orang? ngaku aja! kamu juga nggak lebih baik" ucap Rima lagi.
Aditya masih memilih diam tidak peduli pada setiap ocehan Rima, paling tidak keadaan Rima sudah lebih baik sehingga bisa mengomel tanpa henti-hentinya, itu saja Aditya sudah sangat bersyukur.
"Dok, Anda mendengar saya atau tidak?" Rima kesal saat merasa di acuhkan, kadang Aditya itu seperti kulkas lima pintu, dinginnya luar biasa.
Sulit sekali jika ingin bertanya jawab selayaknya manusia biasa.
Kapan Aditya bisa hangat? tidak pernah, paling langsung panas karena menarik paksa dirinya saat bercinta, itu pun tanpa kata hanya tangan dan tubuhnya yang bekerja.
"Makan!" Aditya memasukkan sepotong buah apel pada mulut Rima yang sedang terbuka karena terus berceloteh.
Dengan kesal Rima pun mengunyah nya dan menelannya, ingin membuangnya tetapi rasa apel itu sangat enak jika memakannya pun gengsi masih begitu besar.
Lagi pula aneh-aneh saja, saat dirinya mengomel malah Aditya memasukkan sepotong buah pada mulutnya.
"Dok kalau..."
Lagi-lagi Rima hanya berakhir dengan mengunyah buah yang dimasukkan Aditya ke dalam mulutnya.
"Ishhh," dengan kesalnya Rima mengunyah bahkan hingga terdengar suara dari mulutnya.
"Bisa nggak..."
Sampai akhirnya untuk yang ketiga kalinya Rima pun menggigit tangan Aditya saat mencoba memasukkan buah ke dalam mulutnya.
"Aduh," Aditya mengaduh merasa sakit pada jari-jari tangannya.
Rima tersenyum puas melihat Aditya meringis kesakitan.
"Rasain!" ejek Rima.
Aditya pun segera berdiri dari duduknya, mencengkram erat rahang Rima dan mencium bibir Rima dengan gemas.
"Dok!" Rima mendorong wajah Aditya kesal bukan main.
"Kenapa sih nggak sopan banget jadi laki-laki, itu tindakan kriminal! mau saya laporkan ke pihak berwajib?" ancam Rima agar Aditya tidak mengulanginya lagi.
Aditya tidak menjawab hanya diam sambil terus menatap Rima, sedikit keadaan Rima sudah membaik sehingga bibirnya kembali mengoceh tanpa hentinya.
"Ingat yah Dok, kalau aku lapor pada pihak berwajib reputasi anda sebagai seorang Dokter akan hancur!" ucap Rima.
"Em!" Aditya mengangguk seakan mengerti walaupun dalam hati merasa aneh tapi Rima memang lucu dan lain dari yang lain.
Untung saja sudah menjadi miliknya sehingga tidak ada yang bisa menahan dirinya saat bersentuhan dengan Rima.
"Isshh sana pergi!" usir Rima.
"Kalau begitu biar aku tambah saja agar laporanmu itu cepat ditanggapi oleh pihak berwajib," Aditya kembali menarik tengkuk Rima dan menciumnya.
"Dok," Rima kembali mendorong dada bidang Aditya kesal rasanya.
"Dok, kenapa Anda selalu sesukanya? saya juga sampai hamil begini" ucap Rima.
"Sudahlah kamu masih sakit lebih baik istirahat agar segera sembuh dan kita bisa pulang," ucap Aditya.
"Nggak," tolak Rima.
"Mau lagi?" tanya Aditya.
"Iya aku tidur,"
"Cepat!"
"Ishh maksa banget deh,"
"Mau aku lecehkan lagi?"
"Nggak," ucap Rima cepat.
"Tidur!"
"Dasar Dokter gila, kebanyakan bertemu orang gila!"
"Kamu salah satunya!" ucap Aditya.
"Aku nggak gila tapi kalau sering-sering ketemu Anda aku bisa gila,"
"Panggil Mas,"
"Ogah!"
Rima pun kembali menutup matanya, dirinya kembali merasakan kantuk, lebih baik istirahat agar segera pulih pikirnya, sedangkan Aditya tersenyum melihat tingkah konyol Rima.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 253 Episodes
Comments
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
2023-02-06
1
Rahmad Wicakj Sono
lanjut thor
2023-02-06
0