Sore harinya mereka sampai di tempat yang mereka tuju, semua orang terbangun karena gerakan rem bis yang berhenti.
Xixi yang tidur cukup nyenyak pun terbangun, dan terkejut saat mendapati dirinya tertidur di bahu Leon.
"Kau sudah bangun?" Tanya Leon sambil menatap Xixi.
Xixi yang merasa tidak enak hanya mengangguk pelan, dia lalu menoleh ke jendela dan melihat jika mereka sudah sampai di tempat yang selama hampir 5 jam perjalanan mereka tempuh.
"Dia sangat menggemaskan jika baru bangun tidur."
Leon tertegun dengan apa yang hatinya katakan, segera dia menggelengkan kepalanya beberapa kali untuk menghilangkan pikirannya itu, Leon berdiri dan mengambil tasnya yang ada di bagasi dalam bis.
"Semuanya, kita sudah sampai. Ayo turun dan ambil barang-barang kalian di bagasi." Ucap ketua kelompok.
Semua mahasiswa yang ada di dalam bis turun satu persatu, dan seperti biasa Xixi akan turun paling akhir. Tapi sayang selain Xixi ada dua orang lagi yang belum turun dari bis.
Kedua orang itu saling memandang dan tersenyum dengan mencurigakan. Xixi yang merasa ada aneh dengan kedua orang itu langsung keluar dari bis dengan cepat.
"Xixi, kau kenapa?" Tanya Lulu yang melihat Xixi begitu terburu-buru turun dari bis.
Xixi menggelengkan kepalanya "Tidak, tidak apa-apa. Aku tadi hanya ketiduran dan takut tertinggal."
"Ya ampun, apa semalam kamu kurang tidur?"
Xixi hanya mengangguk dan tersenyum pada Lulu.
"Kau ini. Sudahlah, ayo ambil barang-barang mu. Katanya kita masih harus naik ke atas lagi."
Xixi mengangguk mengerti.
Leon yang tidak begitu jauh mendengar percakapan Lulu dan Xixi, dia lalu melihat ke dalam bis. Dia melihat ada dua orang di dalam bis itu, tapi tidak tahu siapa mereka berdua.
"Pasti mereka ingin berbuat hal yang tidak baik pada Xixi, karena itu dia langsung turun dengan tergesa-gesa."
Setelah semua mahasiswa mengambil barang-barang mereka, mereka pun mulai menaiki jalanan yang ada di kaki gunung itu untuk sampai di tempat mereka akan mendirikan tenda.
Sekitar 25 menit mereka menaiki jalan yang belum tersentuh aspal itu, akhirnya mereka sampai di tempat yang cukup rimbun dengan rerumputan.
"Baiklah, disana sudah ada nomor yang di tancapkan diatas tanah. Kalian bisa memilih nomor untuk tempat kalian mendirikan tenda, sebelum mendirikan tenda, kalian bisa mencabuti atau memotong rumput yang agak tinggi itu." Ucap ketua kelompok.
Beberapa mahasiswa maju ke depan untuk mengambil kertas nomor yang di letakan di dalam sebuah toples yang cukup besar.
Setelah mengambil nomor mereka kemudian mencari nomor yang di tancapkan diatas tanah, sesuai dengan nomor yang mereka ambil dari dalam toples tadi.
"Xixi, kita dapat nomor 23." Ucap Lulu yang tadi mengambil nomor.
"Iya, ayo kita cari nomor 23 itu."
"Ayo." Lulu mengangguk dengan semangat.
Lulu dan Xixi mencari nomor 23 yang di tancapkan diatas tanah, tapi ketika mereka melihat nomor itu. Dua orang mahasiswa sedang mencoba memindahkan nomor itu.
"Hei, apa yang kalian lakukan dengan nomor 23 itu?"
Kedua orang itu terkejut, beberapa mahasiswa yang mendengar juga menoleh ke arah Lulu juga orang yang mencoba memindahkan nomor yang tertancap itu.
"Itu... Aku... Aku..."
Lulu mendekati kedua orang itu dan menatap mereka dengan tajam karena mereka mau mencoba memindahkan nomor miliknya ke tempat lain.
"Apa kalian mencoba untuk menukar nomor 23 ini dengan nomor yang kalian bawa itu?" Lulu menunjuk ke nomor yang di bawa oleh salah satu mahasiswa itu.
"Kami, tidak. Mana mungkin kami melakukan itu, kau... jangan memfitnah!"
Kedua mahasiswa itu mengelak, mereka mencoba membela diri agar tidak di marahi oleh dosen.
"Pergi kalian, ini tempat kami!" Seru Lulu dengan tegas.
Mereka yang tidak berhasil melakukan apa yang mereka inginkan pergi dengan perasaan kesal.
Leon yang tendanya tidak jauh dari mereka hanya bisa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalian ini, berani-beraninya berhadapan dengan tuan putri keluarga Smith. Aku saja tidak bisa berkutik di depannya."
Xixi mendekati Lulu "Lulu sudah, sekarang ayo kita dirikan tendanya saja."
"Aku kesal dengan mereka, mentang-mentang mereka laki-laki jadi mereka mengira kita tidak berani melawan."
"Iya, sudah. Ayo kita mulai, sebelum gelap."
Lulu akhirnya mengangguk, dia kemudian mengeluarkan tenda yang dia bawa.
Dengan keahlian Xixi dan Lulu, mereka berdua akhirnya bisa mendirikan tenda yang lumayan besar untuk mereka berdua. Bahkan mungkin bisa untuk tiga orang.
"Bagus, akhirnya selesai juga." Lulu terlihat puas dengan tenda yang mereka dirikan.
"Kau mandilah dulu, aku akan menjaga barang-barang kita disini." Ucap Xixi.
"Iya, kalau begitu aku akan mandi duluan."
Xixi mengangguk sambil tersenyum.
Setelah mengambil perlengkapan mandinya, Lulu kemudian pergi ke kamar mandi yang sudah di persiapkan oleh pihak kampus.
Sementara Lulu mandi, Xixi merapikan barang-barang mereka. Dia meletakan koper milik Lulu dan tas milik nya di ujung tenda agar memberi tempat yang lebih luas di dalam tenda.
"Kau tidak mandi?"
"Oh, ya Tuhan!" Xixi tersentak karena terkejut mendengar suara dari belakangnya.
Xixi menoleh dan melihat Leon berdiri di depan tendanya.
"Kenapa kau selalu membuatku terkejut?" Ucap Xixi yang masih memegangi dadanya.
"Maaf, aku tidak tahu."
Xixi menghembuskan nafasnya, dia lalu keluar dari dalam tenda.
"Untuk apa kau kesini?"
"Aku hanya ingin tahu kenapa kau belum mandi, hari mulai gelap."
"Aku menunggu Lulu selesai mandi. Aku lihat dia banyak berkeringat tadi."
Leon mengangguk "Nanti kalau kau mau mandi, bilang padaku.
"Kau, mau apa kau?" Tanya Xixi sambil menutupi dadanya dengan kedua tangannya sambil menatap Leon penuh curiga.
Leon menggelengkan kepalanya "Meskipun kau berubah dan memakai pakaian sexy, aku tidak akan menyentuhmu jika kau tidak mengijinkannya."
Xixi menatap Leon dengan tajam.
"Huft, aku sudah berjanji pada paman dan bibi William untuk menjagamu. Jadi berhentilah berfikir yang tidak-tidak."
"Ayah dan ibuku? Kapan mereka memberitahu mu?"
"Tadi malam, paman dan bibi menghubungi orang tuaku dan berkata agar aku menjagamu disini."
Xixi mengangguk "Oh."
"Jadi...."
"Lu... Lulu kau sudah selesai?" Ucap Xixi agar Leon tidak melanjutkan ucapannya.
"Iya. Leon, kenapa kau disini?" Tanya Lulu sambil manatap Leon yang ada didepan tenda mereka.
"Oh, aku... Aku sedang bertanya apa kalian butuh bantuanku atau tidak."
"Kami sudah memasang tenda kami sendiri, jadi tidak memerlukan bantuan mu."
"Oh begitu.. Kalau begitu, aku kembali dulu ke tendaku."
Leon begitu gugup saat tahu Lulu sudah kembali, sebenarnya dia bisa bersikap biasa saja. Tapi mungkin karena dia sedikit terkejut jadi gugup seperti itu.
"Ada apa dengan Leon?" Tanya Lulu.
Xixi menggelengkan kepalanya "Aku tidak tahu."
"Sudahlah, ayo kau mandi juga. Sudah mulai gelap."
"Iya."
Xixi lalu masuk kedalam tenda untuk mengambil perlengkapan mandinya, setelah itu dia pergi ke kamar mandi dimana tadi Lulu pergi sendirian.
Saat berangkat ke kamar mandi Xixi tidak mencurigai apapun, karena tidak jauh dari kamar mandi ada dua orang senior yang berjaga.
"Akhirnya segar juga." Gumam Xixi.
Setelah mandi Xixi pun keluar dan berjalan seperti biasanya karena dia tidak merasa akan terjadi hal apapun. Tapi....
"Aaaaakh!" Jerit Xixi mengejutkan orang-orang yang tidak jauh dari sana.
Leon yang ikut mendengar jeritan itu pun segera berlari.
Ketika sampai, Leon melihat sudah banyak orang yang berdiri berkerumun.
"Ada apa ini?" Tanya Leon sambil mencoba masuk kedalam kerumunn.
Setelah melihat Xixi yang terduduk diatas tanah, Leon pun langsung berjongkok di sampingnya.
"Kenapa kau tidak mendengarkan aku, untuk pergi bersama?" Ucap Leon.
"Berhentilah bicara, kaki ku sakit sekali."
Leon segera melihat kaki Xixi ketika dia berkata bahwa kakinya sakit, dan dia melihat kaki Xixi yang berdarah akibat pecahan kaca yang tertancap di telapak kakinya.
"Kenapa ada pecahan kaca disini?" Ucap Leon dengan geram.
Tanpa banyak berkata lagi Leon menggendong tubuh Xixi dan membawa Xixi ke tenda darurat untuk mendapatkan pertolongan pada kakinya yang menginjak pecahan kaca.
Para mahasiswa yang melihat itu saling berbisik dan mulai mempertanyakan hubungan antara Leon dan Xixi.
Di dalam tenda darurat, Leon menghubungi Lulu, dia juga menghubungi supir pribadinya agar datang ke tempat camping mereka.
Tak berapa lama Lulu datang dengan wajah cemas "Apa yang terjadi pada Xixi?" Tanya Lulu dengan nafas terengah-engah.
"Dia menginjak pecahan kaca sewaktu kembali dari kamar mandi."
"Pecahan kaca? Bagaimana bisa ada pecahan kaca di sekitar lokasi camping?"
Leon menggelengkan kepalanya "Aku juga tidak tahu."
"Ini pasti seseorang sengaja melakukannya. Karena sebelumnya aku yakin tidak melihat ada pecahan kaca ketika aku kembali dari kamar mandi."
"Aku akan mencari tahu. Aku sudah menghubungi supir pribadiku, dan di sedang kesini."
"Apa?"
"Jika ini di biarkan, dia akan terinfeksi. Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi."
Lulu mengangguk mengerti, dia juga tidak ingin terjadi apa-apa pada Xixi.
"Kita sudah menghentikan pendarahannya, tapi lukanya terlalu dalam." Ucap tim medis yang memberikan pertolongan pada Xixi.
"Katakan, bagaimana bisa ada pecahan kaca di area camping?" Tanya Lulu pada petugas medis.
"Kami sudah mengusuri area ini, dan dalam jarak 100 meter dari area ini semuanya tidak terdapat pecahan kaca, ataupun benda yang berbahaya."
Leon dan Lulu saling bertatapan.
"Ini jelas ada orang yang sengaja melakukannya untuk membuat Xixi terluka." Ucap Lulu.
"Kau benar. Untuk sementara kau tinggal disini dengan Xixi. Aku akan membantu kalian membereskan semuanya dan kita akan kembali setelah supir ku datang."
"Tapi tugas kuliah kita?"
"Aku akan bicara dengan dosen, jika mereka menyulitkan kita dengan nilai. Maka aku akan menyulitkan semua dosen dengan kejadian ini."
Lulu melihat Leon yang begitu menyeramkan saat marah, dia jadi semakin curiga dengan hubungan antara Leon dan Xixi.
"Tetap disini."
Leon pergi dari tenda darurat setelah berbicara dengan Lulu yang masih bertanya-tanya tentang hubungan Leon dengan teman baiknya yang tengah berbaring diatas bangkar kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Renireni Reni
xixi smg sgr jujur sm lulu
2023-07-03
0
AbC Home
aduh mulai posesif leon
2023-02-12
1