"Yang.." Panggil Juan, membuat Syera yang sedang membereskan buku-buku nya di meja menoleh seketika.
"Apa, sayang?"
"Kok jadi nya ngamar sih?" Tanya Juan. Tadi, kata Syera hanya melakukan pendataan saja, tapi ujung-ujung nya malah check in di salah satu kamar.
"Tadi kamu yang ngajakin kan?"
"Tapi, kata kamu kan enggak."
"Kamu gak mau ngelanjutin yang tadi pagi, sayang?" Tanya Syera tersenyum nakal, Juan berbinar. Dia pun mendekat lalu duduk di sisi ranjang, sambil merentangkan tangan nya ke arah Syera.
Syera langsung mendekat, dia duduk mengangkaang di pangkuan Juan, sambil melingkarkan kedua tangan nya di leher kokoh Juan.
"Buka ya?" Pinta Juan lirih.
"Apa nya?"
"Baju nya, sayang. Biar aku gampang nyusu nya, boleh ya?" Tanya Juan. Syera pun membuka pakaian nya, juga penutup buah kenyal nya lalu membuka nya dan melempar nya. Juan tersenyum smirk, sungguh demi apapun penampilan Syera saat ini sangat seksii.
"Sayang, kamu sangat menggoda."
"Hmmm, kamu menunggu apa lagi? Cepatlah, sebelum kamu di teror sama papa suruh pulang." Jawab Syera, Juan pun mengangguk cepat. Dia pun langsung memakan puncak buah ranum itu dengan lahap.
Pemuda itu memainkan lidah nya memutari puncak kecoklatan di puncak buah ranum yang terlihat berisi, kenyal dan membuat candu.
Syera mengusap kepala belakang Juan dengan lembut, sesekali dia merintih nikmat saat Juan menggigit pelan benjolan kecil di puncak buah itu.
"Aasshhh, Juan jangan di gigit dong.."
"Enak, gemesin juga maaf ya?"
"Pelan-pelan aja, gak ada yang minta kok."
"Lagian, kalo ada yang minta gak bakalan aku kasih. Ini cuma punya aku!" Tegas Juan membuat Syera terkekeh.
"Iya, terserah kamu saja."
Syera pun kembali memeluk kepala pemuda yang tengah asik dengan kegiatan nya di dada nya.
Selang beberapa menit kemudian, ponsel jadul Juan berdering cukup nyaring dari balik saku celana nya. Syera merogoh saku celana Juan dan mengambil ponsel nya, dugaan nya benar kalau sang papa sudah menelpon.
"Angkat dulu sebentar, sayang. Kalau papa nanyain lagi dimana, bilang aja lagi pendataan di hotel."
"Iya sayang." Jawab Juan. Pemuda itu pun menyudahi kegiatan nya, lalu mengangkat panggilan dari Roberts.
"Hallo, Pak.." Sapa Juan dengan suara yang sudah dia buat senetral mungkin.
'Lagi dimana, Ju?' tanya Roberts dari seberang telepon.
"Lagi di hotel, Pak."
'H-ah, ngapain? Kau tidak macam-macam dengan putriku kan?' tanya Roberts, dari nada suara nya terdengar kalau pria paruh baya itu tengah terkejut.
"Tidak, Pak. Nona Syera sedang melakukan pendataan, tugas dari kampus katanya."
'Ohh baiklah, selalu temani Syera ya Ju.'
"Baik, Pak." Jawab Juan. Roberts pun mematikan sambungan telepon nya, Juan pun menyimpan ponsel jadul itu di atas ranjang.
"Ponsel kamu jadul banget, yang."
"Hmm, gapapa lah masih bisa di pake. Yang penting bisa nelpon sama ngirim pesan, bukan kah itu fungsi utama nya?" Tanya Juan sambil tersenyum kecil.
"Iya sih, apa kamu gak kepikiran buat beli ponsel yang canggih gitu?"
"Gak ada uang nya, kalau pun ada aku lebih memilih buat biaya pengobatan Mama, sama makan di rumah. Aku juga pengen nyenengin adik aku, yang." Jawab Juan, membuat Syera tersenyum.
Benar, pemuda ini begitu memikirkan orang tua juga adiknya. Sungguh pemikiran yang sangat baik bagi Syera, dia menyukai pribadi Juan.
"Aku beliin kamu ponsel ya? Biar kita bisa video call."
"Tidak, Nona."
"Kenapa?" Tanya Syera heran, jika orang lain akan senang saat ada yang membelikan mereka barang atau apapun itu, berbeda dengan Juan yang malah menolak.
"Tidak apa-apa, hanya saja saya tak mau di anggap memeras kamu, sayang. Kemaren kan habis beliin baju, masa sekarang di beliin hape. Gak usahlah, ini juga masih bisa di pake." Jawab Juan, meskipun tangan nya tetap nakal bermain di buah kenyal milik Syera yang menggantung indah.
"Kalau gitu, kamu pake ponsel bekas aku aja ya? Aku ada beberapa ponsel bekas aku di rumah. Masih bagus kok, cuma aku bosen aja sama model nya."
"Itu terdengar lebih baik, sayang."
"Yaudah, nanti aku kasih ya. Sekarang, mau lanjut atau mau udahan?" Tanya Syera sambil tersenyum.
"Dikit lagi ya? Masih haus, pengen susu."
"Yaudah, cepet sayang." Jawab Syera. Juan pun dengan senang hati kembali bermain dengan puncak buah kenyal Syera dengan rakus nya. Bahkan dengan gemas nya, beberapa kali Juan menggigiti kecil hampir seluruh permukaan buah itu. Hingga membuat kulit yang tadinya putih mulus, kini terdapat bercak-bercak kemerahan karena ulah nakal bibir Juan.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Juan sudah kenyang susu murni dan kedua nya pun segera pergi dari hotel itu. Juan mengemudikan mobil nya dengan kecepatan sedang.
"Ohh iya, sayang. Leher kamu kenapa di plester?" Tanya Syera, sedari tadi pagi dia bersama Juan tapi baru menyadari kalau leher Juan di plester.
"Ini ulah bibir kamu, yang."
"Lho, kok aku sih?" Tanya Syera dengan raut wajah heran nya.
"Iya kamu, ini tuh tanda kemerahan yang kamu buat pas kita ciuman di kamar. Mama aku curiga, jadi aku plester aja biar gak keliatan terus memancing banyak pertanyaan." Jawab Juan sedikit ketus, membuat Syera baru mengingat kalau kemarin dia sempat menyesap permukaan leher Juan, karena dia menyukai aroma nya dan tak tahan untuk menyesap nya hingga meninggalkan bekas kemerahan di beberapa titik.
"Maafin ya, beb."
"Hmm, iya gapapa sayang. Tapi, ternyata kamu nakal juga ya?"
"Kamu yang ngajarin aku nakal kayak gini, sayang."
"Apa iya? Perasaan aku gak ngajarin kamu buat nakal deh."
"Iya, tapi kelakuan kamu selama ini kan gak jauh dari yang nakal-nakal." Jawab Syera sambil terkekeh pelan.
"Yaudah deh, gapapa kamu nakal. Tapi jangan nakal sama cowok lain ya, aku gak rela kalau kamu sampai gitu juga ke cowok lain, khusus nya Martin."
"Iya sayangku." Jawab Syera.
Mobil yang di kendarai Juan pun sampai di rumah besar milik Roberts, pria paruh baya itu tersenyum saat melihat putri nya pulang dengan membawa buku-buku di tangan nya.
"Sore, pah."
"Iya, sayang. Bagaimana kuliah mu hari ini, lancar?"
"Lancar kok, pah." Jawab Syera sambil tersenyum manis.
"Ya sudah, kamu masuk lalu mandi dan makan ya."
"Oke, pah."
Sedangkan Juan, dia memperhatikan interaksi antara putri dan ayah itu. Bibir nya terangkat sedikit, andai saja ayah nya masih hidup, mungkin saja Rinda tidak akan kekurangan kasih sayang seorang ayah hingga dia hanya bisa bermanja pada nya sebagai sosok pengganti ayah.
"Juan.."
"Iya, pak." Jawab Juan sambil tersenyum.
"Bagaimana Syera, apa dia tidak bergaul dengan sembarang orang?"
"Tidak, pak."
"Hmm, baguslah. Ini perkembangan yang sangat baik." Jawab Roberts, Juan hanya mengangguk. Majikan nya ini sangat baik, entah akan seperti apa yang terjadi pada nya andai dia tahu kalau dia memiliki hubungan terlarang dengan putri nya sendiri? Astaga, Juan berharap jangan sampai ketahuan.
Tak lama kemudian, Syera keluar dari rumah sambil menenteng paperbag di tangan nya.
"Ju, ini ponsel nya."
"Ponsel?" Tanya Roberts, kening nya mengernyit heran.
"Iya, ponsel buat Juan. Ponsel Juan sudah sangat jadul, pah. Jadi, Syera memberikan ponsel bekas Syera buat Juan."
"Ohh, iya biar lebih mudah komunikasi nya."
"Terimakasih, Nona."
"Sama-sama." Jawab Syera sambil tersenyum manis. Juan menerima nya, dia juga melempar senyuman manis yang membuat Syera tersipu.
'Aaaah senyuman Juan membuat hatiku jedag jedug tak karuan!' Batin Syera.
......
🌻🌻🌻🌻🌻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
lovely
s Juan beruntung bngett ya uang dapat kepuasan dpat beruntung punya body bagus dan muka ganteng
2023-02-21
5
IDA ROSIDAH
enak bgt jd Juan punya majikan Baek,dpt bonus ngapain2 anaknya lg.tp ati2 kalo ketahuan....end hidup lo
2023-02-08
1
nuna jimin🧸🧸
jangankn kamu aku ja ikut jedag jedug ser...lnjut thor
2023-02-08
1