"Silahkan masuk, Nona!" Pak Dimas, kepala pelayan itu sendiri yang mempersilahkan Jesi masuk.
Jesi yang awaknya bengong di depan pintu, langsung tersenyum sambil memasang wajah tidak enak. "Iy-- iya, pak Dimas. Te-- terima kasih."
"Tidak perlu sungkan. Ayo! Akan saya antar kan nona ke kamar."
Jesi mengangguk pelan. Tanpa menjawab apa yang pak Dimas ucapkan, dia langsung berjalan mengikuti ke mana kaki pak Dimas itu melangkah.
"Di mana penghuni rumah ini, Pak? Apa tidak ada orang lain selain, bapak?" tanya Jesi tidak bisa menahan lagi.
Pak Dimas tersenyum dengan pertanyaan itu.
"Tentu saja ada, Nona. Di rumah ini, selain tuan besar, nyonya, tuan muda, dan saya. Setidaknya ada dua puluh dua pelayan. Tapi, hari ini, separuh dari pelayan itu sedang libur. Besok, mereka pasti akan kembali bekerja. Sedangkan yang separuhnya lagi .... " Pak Dimas menggantungkan kalimatnya. Dia langsung mengangkat tangan untuk melihat jam yang sekarang sedang melingkar di pergelangan tangannya.
"Mereka sedang istirahat sekarang. Ini waktunya istirahat."
"Oh ... ada banyak penghuni ternyata. Tapi, aku seperti merasa kalau rumah ini kosong."
Ucapan Jesi tidak mendapat jawaban dari pak Dimas. Karena sekarang, mereka sudah tiba di sebuah ruangan di mana ada seorang perempuan paruh baya yang sedang duduk di atas sofa dengan elegan.
Dari gaya berpakaiannya, Jesi sudah tahu siapa dia. Siapa lagi kalau bukan orang yang pak Dimas sebut dengan sebutan nyonya. Alias, si pemilik rumah atau bisa juga di sebut dengan sebutan, mama mertua buat Jesi. Walau, tidak seperti itu pada kenyataannya.
"Nyonya." Pak Dimas memanggil perempuan tersebut dengan penuh rasa hormat.
Perempuan tersebut langsung mengangkat wajah. Dia yang awalnya sibuk dengan gawai yang ada di genggaman, kini langsung berubah posisi.
Tatapannya lurus ke arah Jesi.
"Dia orangnya?" Perempuan itu berucap dengan nada agak sedikit berat.
Saat pertanyaan itu menyentuh kuping Jesi, Jesi merasa seperti bukan seorang menantu di sini. Melainkan, seperti seorang pembantu yang baru di datangkan dari luar dan sedang di perkenalkan pada majikannya sekarang.
Namun, dia cepat-cepat menyingkirkan pikiran itu. Karena ini bukan saatnya berpikiran yang tidak penting. Dia punya tugas di sini. Dan, itu lebih baik dari pada tetap tinggal di rumah keluarga angkat yang pastinya dia akan jadi biang masalah karena keberadaannya tidak diinginkan.
Sementara itu, pak Dimas yang mendapat pertanyaan dari majikannya langsung menganggukkan kepalanya dengan pelan, sambil berucap. "Iya, nyonya. Dialah orang nya. Namanya Jesika."
"Tidak perlu kamu sebutkan siapa namanya. Aku sudah tahu." Perempuan itu kembali berucap dengan nada agak sombong atau paling tempat di sebut dengan agak angkuh.
Lalu, perempuan itu langsung bangun dari duduknya. Dia mendekat ke arah Jesi dengan tatapan terus menatap lekat Jesi dari atas sampai kaki.
"Hm. Lumayan. Tidak terlalu buruk untuk seseorang yang akan mengurus semua kebutuhan Jona. Dia juga terlihat lumayan cantik. Kekesalanku sedikit terobati setelah melihat dia secara langsung."
"Iya, nyonya. Dia lebih baik dari pada anak kandung Emily yang bernama Mila. Karena menurut hasil penyelidikan, Mila itu tidak bisa melakukan apa-apa. Jadi, jika Emily mengirim dia ke sini, maka dia juga tidak berguna untuk tuan muda."
Ucapan itu langsung membuat Jesi menatap pak Dimas. Hatinya sedikit merasa terkejut dengan pernyataan itu. Karena ternyata, dia bisa sampai ke sini juga sudah melewati tahap seleksi.
"Kamu benar. Tapi status dia ini tidak jelas. Dia hanya anak angkat yang sebenarnya tidak cocok untuk menjadi istri dari putraku satu-satunya. Huh! Jika saja suamiku tidak keras kepala, semua ini mungkin tidak akan terjadi."
Sungguh, Jesi sangat kesal dengan ucapan dari perempuan tersebut. 'Apakah orang ini tidak punya hati dan pikiran? Atau ... apa dia sedang menganggap aku tidak punya hati ya? Bisa-bisanya dia bicara seperti itu di depan aku. Sungguh, benar-benar aku tak habis pikir dengan orang ini.'
Jesika bicara dalam hati. Tapi, dia tidak ingin marah. Karena hal itu sudah biasa bagi Jesi. Itu adalah santapannya sehari-hari sejak kecil hingga dewasa seperti saat ini. Kata anak angkat, kata bukan siapa-siapa. Itu tidak lagi berpengaruh buat hati Jesi.
"Kekhawatiran Tuan besar itu bukan tidak ada alasannya, nyonya. Dia ingin tuan muda punya pendamping yang sah. Yang bisa menjaga, sekaligus membantu memenuhi semua kebutuhan tuan muda."
"Huh! Tapi tidak seperti ini juga dong caranya. Diakan bisa pilih gadis yang punya latar belakang yang baik, yang bisa menjaga Jona, juga bisa aku anggap sebagai menantu."
"Tuan besar punya pandangannya tersendiri, nyonya. Dia pilih nona Jesika, mungkin karena beberapa alasan yang kita semua juga tidak ketahui."
"Ah, terserah padamu saja. Kamu dengan tuan besar mu itu sama saja. Ya sudah kalo gitu, bawa dia ke kamarnya. Ajari dia semua yang perlu diajarkan. Jangan buat aku kecewa."
"Baik, nyonya. Kami permisi," ucap pak Dimas.
"Ayo, nona Jesi! Saya antar nona ke kamar."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Eric ardy Yahya
belum tentu saja , bisa jadi Mertua Jesika galak karena ingin tau apakah Jesika bisa merawat Jonathan atau akan membuat hal yang sama kayak si Mila yang tukang pemalas itu .
2024-01-28
0
Naufal Azka
jgn2 nih mertua bkn emaknya kandung pula
2023-02-19
2
𝐀⃝🥀𝐑𝐚𝐧 ℘ṧ㊍㊍👏
ternyata mertua nya pun sm aj seperti mama Emely, 😔
2023-02-12
1