Si pemilik telinga terlihat sangat kesal dengan obrolan itu. Dia menggenggam erat tangannya. Juga memukul daun tanaman hias dengan kasar karena kesal.
'Sialan kak Jaka. Sejak kecil hingga dewasa seperti sekarang, kenapa dia selalu menganggap Jesika adiknya? Kenapa bukan aku, hah! Padahal, aku adalah adik kandungnya. Kenapa dia tidak membela aku? Kenapa dia lebih memilih membela Jesika dari pada aku?'
'Tidak! Aku tidak akan membiarkan kak Jaka merusak semuanya. Aku tidak akan membiarkan Jesika mengambil semua yang aku punya. Sudah cukup dia mengambil apa yang seharusnya jadi milikku sejak kecil. Sekarang, aku tidak akan mengizinkannya lagi. Tidak akan pernah.'
Mila. Dia sejak tadi ada di sana. Sebenarnya, dia ditugaskan oleh sang mama untuk memanggil Jesika. Namun, saat dia sampai ke tempat tersebut, dia langsung mendengarkan obrolan antara Jesika dan Jaka. Tentu saja obrolan itu membuat langkah Mila langsung terhenti. Karena yang dibicarakan oleh keduanya adalah dirinya sendiri.
'Aku akan usir kamu dari keluargaku, Jesika. Kebetulan, ini adalah peluang yang paling baik untuk menendang kamu dari rumah ini. Selain aku bisa terbebas dari perjodohan dengan pria sakit mental, aku juga bisa menyingkirkan kamu. Plus, aku bisa menghukum kamu di sana. Hidup tersiksa sebagai pembantu si pria sakit mental yang akan jadi suami tidak berguna nya kamu nanti.'
Mila tersenyum licik. Dia tidak akan membiarkan kesempatan itu hilang. Kesempatan menyingkirkan Jesika dari rumahnya. Karena sejak kecil, dia selalu beranggapan kalo Jesika telah merebut semua yang dia punya kecuali sang mama.
Karena itulah, dia sangat benci kakak angkatnya itu. Ditambah, si kakak angkat yang selalu lebih dibandingkan dengannya. Baik di rumah, maupun di sekolah. Jesika selalu lebih unggul dari dia. Karena itu, dia akan selalu berusaha menyakiti Jesika bagaimanapun caranya. Selagi ada kesempatan, maka dia tidak akan melepaskan kesempatan itu sedikitpun.
Mila langsung keluar dari persembunyiannya itu untuk menghadang Jaka. Tidak akan dia biarkan Jaka berhasil membujuk Jesika untuk mengikuti apa yang Jaka katakan.
"Jesika! Di sini kamu ternyata!"
Sontak saja, Jaka dan Jesi langsung terkejut. Pertanyaan yang masih belum sempat Jesi jawab pun terpaksa mereka abaikan karena kedatangan Mila dengan teriakan menggelegar nya seperti barusan itu.
"Mila. Ada apa?" Jesi bertanya dengan suara lembut.
Namun, belum sempat Mila menjawab pertanyaan Jesika, Jaka yang duluan angkat bicara. Dia bangun dari duduknya dengan tatapan tajam ke arah sang adik.
"Kamu ini tidak tahu sopan santun ya, Mila. Datang-datang langsung berteriak. Kamu pikir, kamu itu siapa, hah!"
"Kak Jaka kok malah bicara gitu sama aku? Kenapa malah nanya aku siapa, hm? Sudah jelas-jelas kalau aku ini adalah adik kaka. Anak kandung keluarga ini. Apa kak Jaka lupa akan hal itu."
Pertanyaan Jaka dengan nada kesal, langsung Mila jawab dengan nada yang sama. Tentu saja dia selalu seperti itu. Tidak pernah menghormati Jaka sebagai kakaknya sejak kecil hingga dewasa seperti saat ini.
"Mila!" Jaka yang kesal langsung berteriak dengan nada tinggi.
Karena itu, Jesika harus jadi penengah agar perdebatan sengit antar saudara ini tidak semakin berlanjut. Karena pada akhirnya, yang kena masalah tetap dirinya juga.
"Aduh ... kak Jaka, Mila. Kalian ini kok malah berdebat sih? Mila datang nyari aku, kak. Dia pasti ada perlu. Jadi .... "
"Dia pasti nyari kamu karena mama ingin bertemu, Jesi. Jadi, aku sarankan kamu jangan dengarkan apa yang Mila katakan. Jangan pergi."
"Kak Jaka! Kamu sudah gila ya? Mama ingin bertemu dengan Jesika, kenapa kamu pula yang marah, hah? Kamu larang dia buat ketemu mama itu kenapa? Kamu ingin mama marah-marah nantinya sama dia? Iya?"
Jaka langsung menatap tajam adiknya.
"Aku tahu apa yang ingin mama bicarakan dengan Jesi, Mila. Dan semua itu, juga usulan dari kamu. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya ada dalam benakmu itu. Makin hari, kamu makin menjadi-jadi."
"Kak Jaka! Kamu .... "
"Mila sudah! Jangan berdebat dengan kak Jaka lagi. Kamu bilang mama ingin bertemu dengan aku, bukan? Ayo kita pergi sekarang, Mila!"
Jesika lagi-lagi berusaha menghentikan perdebatan adik kakak yang selalu saja seperti musuh bebuyutan itu. Karena setiap kali bertemu, pasti akan ada perdebatan dan pertengkaran.
Ucapan itu bukan malah membuat Mila bahagia. Tapi, malah sebaliknya. Dia semakin kesal pada Jesika.
Dia tatap Jesika dengan tatapan tajam.
"Kamu senang, kan? Kak Jaka selalu belain kamu. Padahal kamu bukan siapa-siapa di rumah ini. Kamu hanya .... "
"Mila cukup! Kamu selalu melewati batas mu saat bicara. Apa kamu tidak sadar apa yang kamu bicarakan itu, hah?" Jaka langsung memotong perkataan Mila dengan cepat.
"Aku sadar! Aku sangat sadar saat bicara. Yang tidak sadar itu kamu, kak! Kamu yang selalu membela dia!" Mila berucap sambil menuding Jesika dengan tangannya. "Padahal dia bukan siapa-siapa. Tapi kamu bela habis-habisan. Jadi, yang tidak sadar itu kamu, kak Jaka."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Eric ardy Yahya
gak usah berharap lebih deh , kamu tuh iri gak bisa dapat apa yang kamu mau , sekarang mau membalikkan keadaan ? gak usah PD deh , palingan nanti kalau sudah miskin pasti kamu datang mengemis deh.
2024-01-28
0
Eric ardy Yahya
udah jelas pasti si Mila nih . dasar wanita iri tidak tau diri , kurang apa coba dia punya segalanya namun selalu menganggap itu belum cukup , apa mau dikasih pernikahan dengan pria gila baru bisa buat otak kamu berputar lagi ?
2024-01-28
0
🍭ͪ ͩ🏡 ⃝⃯᷵ᎢᶬKristin⒋ⷨ͢⚤
jahat banget kamu Mil,, tak santet baru tahu rasa
2023-02-25
0