Amora langsung memeluk Bara erat. Tangisnya makin pecah seolah tak ingin Bara pergi jauh darinya. Bara pun membalas pelukan erat Amora. Ia merasakan Amora yang sedang menangis di dalam dekapannya. Tubuhnya berguncang dan tangisannya sangat menyayat hati.
“Kakak mau kemana?” tanya Amora mendongakkan wajahnya ke atas untuk melihat wajah Bara.
“Kakak cuma pergi sebentar kok.” Jawab Bara menampilkan senyuman tanpa melepaskan dekapannya. Bara mengusap air mata di wajah Amora, lalu menyampirkan rambutnya ke belakang telinga.
“Jangan nangis.” Ucap Bara. Amora hanya mengangguk dengan sesenggukan.
“Maafin Amora. Kemarin Amora…”
“Ssut.” Potong Bara menempelkan telunjuknya di depan bibir Amora.
“Gak ada yang salah disini. Kemarin kakak paham apa yang menjadi keresahan kamu. Kakak yang harusnya minta maaf.” Amora hanya menganggukan kepala sambil menyeka air matanya yang terus mengalir.
“Bar, ayo.” Titah Sensei dan dibalas anggukan Bara.
“Kakak pergi dulu yah.” Ucapnya melepas pelukan.
“Kak,” Amora meraih tangan Bara. Seketika kehangatan mengalir di dalam hati keduanya.
Amora menatap sendu mata Bara, sedangkan Bara menatap Amora dengan pandangan penuh kasih sayang. Namun dengan berat hati Bara harus segera pergi. Ia pun melepas pelan genggaman tangannya dan mendekati wajah Amora.
“I love you.” Bisiknya tepat di telinga Amora kemudian mengecup keningnya.
*
Bryan yang menyaksikan momen itu seketika terbakar api cemburu. Lelaki di depannya seolah sangat familiar, namun ia tak tahu siapa. Tatapannya tajam menyaksikan adegan di depannya. Melihat orang yang dia sukai menangisi kepergian lelaki lain rasanya sakit sekali. Ia hanya tersenyum getir meratapi nasibnya.
Baru kali ini ia merasa sakit hati oleh seorang perempuan, karena selama ini belum pernah ada perempuan yang mampu mengetuk hatinya. Namun hanya Amora yang bisa menyusup ke dalam hatinya di pertemuannya yang pertama kali ini. Sepertinya perjuangan dia akan sulit, pikirnya.
*
“Kakak pergi dulu, yah.” Ucapnya sambil mengelus rambut Amora. Dengan berat hati Bara berbalik dan berjalan lurus ke depan. Ia terus berjalan tak mau menengok ke belakang, karena ia pasti tak akan kuat melihat mata Amora. Namun hatinya sedikit lega setelah mengungkapkan perasaannya pada Amora.
Kini ia hanya menatap tajam ke depan. Sepertinya dua minggu ke depan akan terasa berat, tapi setelah bertemu dengan Amora, rasa semangatnya mulai tumbuh kembali. Ia bertekad harus memenangkan pertandingan dan mendapatkan medali emas untuk dipersembahkan pada Amora.
*
Amora menyaksikan kepergian Bara dengan hati yang tak rela. Matanya terus menatap punggung Bara yang mulai menjauh. Hatinya sedikit lega setelah berhasil menemuinya.
“I love you too. Amora akan tunggu kakak.” Gumamnya melihat ke arah Bara yang sudah menghilang.
Ketika Amora berbalik, ia terkejut melihat Bryan yang berada tak jauh darinya.
“Ngapain lo disini?” tanya Amora heran.
“Lah, elo yang narik gue kesini, harusnya gue yang nanya dong,” jawab Bryan membuat Amora berpikir.
“Oh iya yah,” tutur Amora tertawa menyadari kebodohannya. Sementara Bryan yang tadinya sedih menjadi senang kembali setelah melihat Amora yang mulai ceria lagi. Satu hal yang Bryan sadari, Amora memang milik lelaki tadi, tapi untuk saat ini ia akan terus berjuang untuk mendapatkan hati Amora.
*
“Seriusan, Ra?” tanya Fani yang mendengar penjelasan Amora. Fio dan Della pun ikut senang mendengar ceritanya. Amora pun mengangguk.
“Wah itu berarti kalian udah resmi jadian dong?” tanya Fio.
“Udah jelaslah ngapain ditanya lagi.” Tutur Della sambil mencomot camilannya.
“Eh tapi, kenapa harus ada si Bryan juga disitu?” telisik Fani karena yang mereka tahu bahwa Bryan itu adalah anak SMA sebelah yang sangat terkenal tingkat playboynya.
“Entahlah aku juga baru sadar kalo dia masih ngikutin.” Ucap Amora santai sambil meminum milkshake strawberrynya.
Tak lama bi Siti masuk ke dalam kamar Amora dan menyediakan buah-buahan untuknya dan teman-temannya.
“Makasih, Bi.” Ucap Amora.
“Sama-sama, Neng. Ada yang mau bibi bikinin dimsum? Tadi pagi bibi beli sengaja buat stok.”
“Fio mau, Bi!” seru Fio sambil mengangkat tangannya.
“Jangan dikasih, Bi. Dia mah keenakan.”
“Halah, bilang aja kalo kamu mau juga kan?”
“Hehe boleh sih.” Dan yang lain pun tertawa mendengarnya.
“Ya sudah kalo gitu bibi siapin dulu yah.” Ujar bi Siti kemudian pergi keluar.
Tiba-tiba ponsel Amora bergetar, ada pesan masuk. Ia pun membuka isi pesan tersebut sambil memakan buah yang disediakan bi Siti. Matanya langsung membulat sempurna melihat apa yang ada dalam pesan tersebut.
“Kak Bara!” teriak Amora tertahan sambil menutup mulutnya.
“Apaan! Apaan!” Fani, Della dan Fio berebut melihat isi pesan itu.
“Ya ampun! Ganteng banget!” teriak Fio histeris.
“Kak Bara kenapa bisa keren banget sih?!” ringis Della meilihat isi foto-foto Bara yang dikirimkan ke Amora itu.
“Kakak udah sampe di Madrid. Doain ya semoga kakak menang di pertandingan.” Ucap Fani membaca isi pesan dari Bara. Ketiganya langsung tersipu seolah isi pesan itu ditujukan kepada mereka.
“Ehem. Indahnya yah yang sedang dilanda cinta.” Goda Fani sambil melirik ke arah Amora yang sedari tadi hanya senyum-senyum malu.
“Udah saatnya kamu harus menjaga hati buat kak Bara loh, Ra.” Tutur Della dibarengi anggukan yang lain.
“Hati-hati aja pokoknya sama si Bryan. Dia itu terkenal suka mainin cewek loh. Playboy banget.” Ucap Fani memperingati.
“Iya aku setuju sama kamu, Fan. Tapi Bryan cakep juga gak sih?” ucap Fio malah membela Bryan.
“Cakep sih cakep, tapi kalo playboy percuma aja, cuma makan hati.” Balas Della menggubris penuturan Fio.
“Ya ampun, lagian si Bryan gak macem-macem kok. Dia juga udah mau bantu, buat nganter ke bandara.” Ucap Amora apa adanya. Ia pun sebenarnya tak berharap dekat-dekat dengan Bryan. Cukup sekali ini saja dia bertemu dengannya hanya sekadar membantunya untuk menemui Bara.
“Pesanan dimsum sudah siap!” seru bi Siti ketika membuka pintu kamar Amora. Semuanya langsung berseru dan menyerbunya.
“Makasih bi Siti.”
“Bi Siti emang the best!”
“Ah, bisa aja eneng-eneng ini.” Jawab bi Siti malu-malu.
“Makasih ya, Bi.”
“Iya, kalau gitu bibi balik ke dapur dulu yah.”
Setelah kepergian bi Siti itu, mereka berempat berbincang-bincang ringan mengenai acara pensi. Semuanya semangat sekali menceritakan keseruan acaranya dan tentu saja hal tersebut adalah berkat rencana dan rancangan Bara beserta anggota OSIS lainnya.
Mereka dibilang sudah berhasil membuat acara pensi lancar, tanpa ada keributan sama sekali seperti yang pernah terjadi di sekolah-sekolah lain. Amora yang mendengarnya pun merasa sangat bangga karena Bara memanglah sosok yang sangat bertanggung jawab, dewasa, baik dan berjiwa penolong. Hal itu membuat Amora jadi makin mencintainya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments