Keesokan harinya. Seperti biasa sekolah akan selalu ramai di jam-jam itu.
"Selamat pagi teman-teman." ucap Amora ketika memasuki kelas dan dibalas sahutan oleh mereka.
"Selamat pagi bidadari yang jatuh dari langit." balas siswa kelas yang bernama Sigit pada Amora.
"Selamat pagi juga, Sigit." balas Amora dengan senyuman.
"Duh pagi hari disenyumin sama cewek cantik tuh suka lemes aku." ucap Sigit yang langsung disoraki oleh anak-anak kelas.
Amora hanya tersenyum menanggapinya dan segera menghampiri Fani yang sudah ada di mejanya.
"Tumben ceria banget." ledek Fani.
"Kemarin Bunda pulang. Ini bawa oleh-oleh buat kamu." ucap Amora sambil menyerahkan satu wadah berisi cookies. Fani pun menerimanya dengan senang hati.
"Oia gimana sama kak Bara?" tanya Fani mulai menyelidik.
"Sepertinya kali ini Amora yang harus minta maaf deh sama kak Bara."
"Nah gitu dong." balas Fani akhirnya lega mendengar penuturan Amora.
"Kasian tahu kak Bara sampai bela-belain kamu kayak gitu. Padahal udah cakep, pinter, ketua OSIS lagi."
Sebenarnya Amora memang sudah berencana untuk pergi menemui Bara dan meminta maaf akan sifatnya yang kurang enak selama ini. Dan mungkin tidak seharusnya ia berperilaku seperti itu. Tak lama bel masuk pun berbunyi. Semua murid memasuki kelasnya masing-masing dan memulai pembelajaran.
Saat ini guru mata pelajaran biologi memasuki kelas Amora. Mata pelajaran yang mereka tunggu-tunggu karena selain gurunya yang humoris, mata pelajaran yang beliau ajarkan pun mudah dipahami.
Setelah pelajaran selesai, guru itu pun hendak pergi.
“Ada yang tau Bara anak kelas 12 IPA 1?” tanya guru tersebut sebelum keluar kelas.
Amora yang mendengarnya refleks mengangkat tangannya.
“Saya tahu, Pak.” Ujar Amora membuat gaduh seisi kelas.
“Dia pasti tahu, Pak. Orang kak Bara itu gebetannya.” Celetuk salah satu siswi.
“Bapak salah udah nanya gitu yah?” ucap pak guru dengan ekspresi kaget yang dibuat-buat.
“Iya, Pak. Harusnya bapak nanyanya, kak Bara kapan jadian sama Amora, gituh.” Balas siswi itu yang langsung membuat tawa gaduh seisi kelas termasuk guru tersebut.
Wajah Amora langsung memerah saat itu juga. Pasalnya, ia juga memang hendak menemui Bara, tapi tidak disangka akan terjadi seperti ini.
“Ya sudah kalau begitu Amora tolong panggilkan Bara ke ruangan saya yah.” Ucapnya dengan senyuman yang penuh arti.
“Iya, Pak.” Jawab Amora tersipu.
Amora menoleh ke arah Fani. “Udah sana, temui pangeran berkuda putihmu.” Goda Fani melihat tingkah teman sebangkunya itu.
“Kalau udah ada guru pelajaran kedua, titip…”
“Iya, iya. Udah sana.” Potong Fani dan mendorong Amora untuk segera menemui Bara.
Akhirnya Amora keluar kelas dan berjalan menuju gedung kelas 12. Melewati beberapa gedung untuk sampai di sana. Ia ingat kalau kelas 12 jurusan IPA letaknya ada di lantai atas.
Sesampainya di depan gedung tersebut, tiba-tiba kegugupan menghampirinya.
“Gimana kalau ternyata sekarang kak Bara malah membenci dirinya?” batin Amora.
Sebab selama ini sifat Amora tidak baik pada Bara padahal belum tentu dirinya itu salah. Dan belum tentu juga Bara memiliki hubungan dengan Stella, seperti yang selama ini menghantui pikirannya.
Amora akui bahwa Stella juga cukup cantik dan seksi berbeda sekali dengan dirinya. Entah apa yang membuatnya sampai berpikir seperti itu. Padahal Amora adalah gadis tercantik yang ada di SMA. Sifatnya yang kurang percaya dirilah yang membuatnya terpuruk.
Ketika sampai di undakan tangga, Amora melihat semua anak kelas 12 berada di luar kelasnya masing-masing. Tak ada guru satu pun di sana. Apa mungkin guru-guru nya sedang rapat ya? Tanya Amora dalam hatinya.
“Wohow, ada anak kelas 11 ke sini, guys.” Ucap seorang siswi yang langsung menghampiri Amora beserta dua teman lainnya yang mengekor di belakang.
“Kak Stella?” tanya Amora lirih sekaligus terkejut.
“Sepertinya elo udah tau gue, jadi gue gak akan memperkenalkan diri lagi.” Ucap Stella dengan pandangan merendahkan.
“Mau apa lo kemari? Ini tuh daerah khusus kelas 12 tau!” ucap Siska yang memang antek Stella dari dulu.
“Berani-beraninya lo dateng ke sini.” Sarkas Sonia tak kalah sewot.
“A… Amora cuma mau ketemu kak Bara aja, Kak.” Ucap Amora gugup. Pasalnya ia sudah dikelilingi oleh ketiga kakak kelasnya itu.
“Wah, Stel. Dia udah berani-beraninya mau nemuin calon elo.” Adu Sonia.
“Gak akan gue biarin.” Ucap Stella dengan pandangan licik.
“Siska! Ambilin make up gue.” Titah Stella dan Siska pun bergegas mematuhi perintahnya.
“Sebelum elo nemuin my honey Bara, elo harus gue dandanin dulu.” Ucap Stella mendekati Amora.
“Biar seksi.” Bisiknya di telinga Amora. Amora bergidik ngeri dan mundur perlahan menyadari Stella dan Sonia mulai menggerayangi dirinya.
“Pegangi dia!” titah Stella pada Sonia.
“Agh! Lepasin, Kak.” Ronta Amora ketika tubuhnya ditahan paksa oleh Sonia.
“Diem atau baju lo gue sobekin!” Ancam Stella.
Stella sangat senang melihat Amora yang tidak berontak lagi. Ia pun langsung melancarkan aksinya. Semua yang menyaksikan kejadian itu hanya menggelengkan kepala tapi tidak ada yang berani menghentikannya. Mereka memilih tak mau berurusan dengan Stella jika hidupnya ingin aman.
“Lo itu jangan sok cantik!” hardik Stella sambil membuka kancing baju Amora kasar sehingga menampilkan belahan yang tersembunyi di dalamnya. Semua mata para siswa laki-laki yang menyaksikan itu langsung berseru riang melihatnya.
“Jangan, Kak,” pinta Amora setengah menangis. Ia sudah tak bisa lagi menahan semua ini.
“Ini Stel.” Siska menyerahkan make up yang diminta Stella.
“Elo kalau mau cantik, harus gue dandanin dulu.” Stella mengeluarkan lipstick merahnya dan memolesnya asal di bibir Amora. Amora mencoba menolaknya namun wajahnya dicekal tangan Stella sehingga Stella bebas memoles wajah Amora dengan leluasa.
Kedua tangan Amora dicekal oleh Siska sehingga ia sama sekali tak bisa berontak sekuat apapun. Amora hanya bisa menangis tersedu saat dirinya dipermainkan seperti ini.
Sementara mereka bertiga tertawa dengan sangat kencang melihat kondisi Amora yang mengenaskan. Stella pun mengabadikan momen itu dengan memotret tubuh Amora yang terlihat seksi oleh polesannya.
“Lumayan buat gue jadiin korban mucikari.” Ucap Stella sambil tertawa penuh kemenangan.
“Tapi, kayaknya ada yang kurang deh,” ucap Stella sambil mengamati hasil karyanya itu. Kondisi Amora sudah berantakan dengan baju seragam yang tak bisa dikancing lagi karena dilepas paksa hingga kancingnya terlepas entah kemana. Amora hanya menutupi bagian atasnya dengan menyilangkan kedua tangannya.
“Oh iya tinggak rokok!” ucap Stella histeris berpura-pura mendapat ide dan langsung mengeluarkan sebatang rokok dari sakunya. Ia langsung menyulut ujung batang rokok tersebut hingga menyala.
“Nih, hisap!” perintah Stella menyerahkan rokok itu ke arah Amora. Amora menggeleng kuat karena sudah tak tahan lagi dengan perlakuannya.
“Guys,” Stella memberi kode untuk memegangi Amora. Perlahan ia mendekatkan ujung batang rokok yang menyala itu ke tangan Amora yang sedang dipegangi oleh Siska dan Sonia.
“Aaaaakkkhhh!” teriak Amora merasakan perihnya sundutan rokok yang masih menyala itu terkena kulit tangannya. Tangisnya makin menjadi dan terdengar sangat menyayat hati.
“Itu karena elo udah ganggu apa yang menjadi milik gue!”
“Stella!!” teriak seseorang membuat semuanya melihat ke arah suara tersebut. Dan betapa terkejutnya wajah Stella setelah tahu siapa yang memanggilnya itu.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments