Terkejut

Bara yang mendengar ajakan Amora terkejut namun tetap terlihat tenang. Kenapa dia malah diajak ke kamarnya Batin Bara bingung. Amora yang menutup mulutnya dengan kedua tangannya tampak sangat gugup.

“Emang boleh?” tanya Bara memastikan.

“Enggak.” Jawab Amora refleks dengan polosnya.

Padahal tadi dia yang mengajak, tapi sekarang malah menjawab tidak. Bara hanya tersenyum menanggapi kepolosan Amora. Aneh sekali spesies yang satu ini. Batinnya.

“Ka.. kalau gitu Amora mau ganti baju dulu yah.”

“Mau kakak anter?” ledek Bara menahan senyum.

“Ish nyebelin!” ujar Amora dan langsung bergegas meninggalkan Bara yang tertawa terbahak-bahak.

Sesampainya di kamar Amora, Amora langsung melampiaskan kekesalannya. Kenapa dia sampai ngomong kayak gitu dengan refleksnya. Benar-benar memalukan sekali. Kenapa juga Bara malah ikut menggodanya. Ah, sebel! Batin Amora. Iapun langsung bergegas mengganti baju seragamnya dengan setelan biasa.

Bara sedang menunggu di bawah, tepatnya di ruang tamu. Saat itu ia melihat pigura besar yang memperlihatkan gambar sepasang wanita dan pria dewasa, yang di tengahnya berdiri seorang anak perempuan. Mungkin itu orang tua Amora dan foto Amora saat kecil.

Ia pun tak heran jika kedua orang tua Amora tidak ada di sini. Kemungkinan tengah sibuk bekerja, sama seperti orangtuanya. Tiba-tiba suara panggilan di ponselnya berdering. Bara langsung mengangkat panggilan tersebut.

“Bar, si Ari berulah lagi.” Ucap seseorang di sambungan.

“Apa yang dia lakukan?” tanya Bara.

Kemudian orang itu langsung menceritakan apa yang Ari lakukan. Bara hanya mengangguk mendengarkan semua penuturannya.

“Terus amati pergerakan dia. Kalau dia udah bertingkah kelewatan, segera kabari gue.”

“Oke.” Balas suara tersebut dan langsung menutup panggilan.

Tak lama Amora sudah sampai di ruang tamu.

“Maaf ya kak nunggu lama. Ini jaket punya kakak. Makasih ya udah bantuin Amora.” Ucap Amora sambil menyerahkan jaket Bara. Bara langsung mengenakan jaketnya saat itu juga.

“Kenapa kak Bara makin cakep yah pakai jaket itu.” Batin Amora.

“Ini minuman dan camilannya. Silahkan dinikmati.” Ujar bibi yang menghampiri mereka berdua dan meletakkan nampan berisi camilan dan minuman.

“Makasih, Bi.” Ucap Bara yang dibalas anggukan.

“Kalau gitu bibi balik ke dapur dulu ya,” ucap bi Siti kemudian pergi meninggalkan Amora dan Bara.

“Oia, Ra. Rumah kamu luas yah. Tapi apa gak ada security atau penjaga satupun?” tanya Bara setelah bi Siti tak ada di ruangan.

“Em, itu..” Amora pun menjelaskan alasan mengapa sampai saat ini ia tidak diperbolehkan oleh kedua orang tuanya untuk memiliki penjaga di rumahnya.

“Makanya Amora agak trauma setelah kejadian itu.” Tutur Amora. Memang sangat menyakitkan ketika kita menceritakan kembali kejadian yang tak mengenakan yang pernah dialami. Bara yang mendengarnya pun langsung mengepalkan tangannya, kesal dengan apa yang sudah menimpa Amora.

“Maaf ya, kakak jadi ngingetin kamu sama kejadian itu.”

“Gak papa kok.” Ujar Amora menyunggingkan senyuman berusaha tegar.

“Oia mau denger satu cerita gak?” tanya Bara berusaha membuat suatu cerita yang bisa menghibur Amora.

“Mau. Cerita apa?” Dan akhirnya mereka berdua bercakap-cakap yang didominasi oleh Bara. Ia menceritakan beberapa kejadian lucu dan kekonyolan yang dirinya dan teman-temannya alami. Hal itu tak ayal membuat Amora

tertawa. Sedangkan Bara merasa senang melihat Amora bisa tertawa kembali.

“Ternyata kak Bara bisa kayak gitu juga, yah.” Tutur Amora masih dengan gelak tawanya. Tak lama ponsel Bara berdering, isyarat pesan masuk. Ia hanya melihat sepintas.

“Oia untuk sekarang kamu jauhi Ari ya. Dia laki-laki yang gak baik.” Pinta Bara sambil membaca isi pesan yang masuk ke ponselnya.

“Iya, Kak.” Jawab Amora tanpa membantah.

“Oia berapa nomor kamu?” tanya Bara dan Amora langsung menyebutkan nomor ponselnya. Tak lama ponsel milik Amora berdering tanda pesan masuk.

“Itu nomor kakak. Kalau ada apa-apa hubungi kakak aja.”

“Baik, Kak.” Ucap Amora yang langsung menyimpan nomornya. Diam-diam ia merasa senang mendapatkan nomor ponsel Bara.

“Kalau gitu kakak pamit dulu yah.”

“Oh iya, Kak.” Setelah acara pamitan itu, Amora langsung bergegas berlari ke kamarnya sebelum akhirnya bi Siti menahannya.

“Neng Amora, ini roknya kenapa sobek ya?” tanya bi Siti saat akan mencuci seragam sekolah milik Amora.

“Oh, i.. itu..” Amora gugup mencari alasan apa yang tepat untuk diutarakan. Tidak mungkin dirinya menceritakan bahwa sebenarnya ia memanjat gerbang karena datang kesiangan dan roknya tersangkut ketika hendak turun dari atas gerbang.

“Itu digigit anjing, Bi.” Jawab Amora sekedarnya dan langsung bergegas lari ke arah tangga.

“Digigit anjing?” gumam bi Siti aneh sambil melihat Amora yang berlari ke kamarnya di lantai atas seolah menghindarinya.

*

“Gimana Der, aman?” tanya Bara yang baru datang dan memberikan salam khas ala anak cowok.

“Sampai saat ini masih aman sih, Bar.” Jawab Deri.

“Abis kencan ya, lo?” tanya Faisal yang ada di sebelah kiri Deri. Amir yang tahu pun tersenyum menggoda Bara.

Bara langsung menatap tajam ke arah Deri karena hanya orang itu yang tahu kemana Bara pergi.

“Sorry, Bar. Gue diancem sama mereka. Elo kan tau, gue cuma sabuk ijo, mana berani sama mereka yang udah sabuk coklat kayak elo.” Ucap Deri yang tahu jenis tatapan Bara.

“Kali ini gue maafin.” Ucap Bara kemudian duduk di sebelah kanan Deri sambil menyalakan PC komputernya. Mereka sedang berada di warnet yang memang sudah di booking untuk menjadi markas mereka karena fasilitasnya yang sangat bagus.

“Si Bondan dimana?” tanya Bara tanpa mengalihkan tatapannya dari layar komputer.

“Di toilet.” Jawab Deri tanpa menoleh juga.

Mereka berempat tengah sibuk dengan game yang dimainkan secara tim itu.

“Jangan ke situ, Sal. Musuh tadi ngumpet disemak-semak.” Ujar Bara pada Faisal.

“Eh anjir. ******! Beneran ada musuh.”

“Liat peta, Bro.” ujar Amir.

“Iya sorry-sorry.”

“Der, jagain gue. Gue mau turtle dulu.” Titah Bara yang saat itu menjadi hyper.

“Tenang, di rumput aman, Bar.”

Tak lama Bondan muncul dari arah toilet.

“Lama amat lo, Dan?” Tanya Amir.

“Berak ya, lo?” tanya Faisal tanpa mengalihkan pandangannya dari komputer.

Bondan hanya berjalan terengah dan duduk di sebelah Amir, bersebrangan dengan ketiga kawannya yang sedang fokus menatap layar monitor.

“Kayaknya gue mencret.” Ucap Bondan terlihat lesu di kursi gaming yang disediakan warnet tersebut.

Hening sejenak. Tak lama semua yang ada di situ tertawa terbahak-bahak mendengar penuturannya.

“Makanya makanan basi lo embat sih.” Ujar Deri.

“Udah ah berisik. Cepet beresin dong maennya. Gue juga pengen ikutan.”

“Sabar, Bro. Bentar lagi juga victory.” Ucap Faisal.

Di tengah kefokusannya itu, dering ponsel mereka secara bersamaan berbunyi, tanda ada pesan masuk di grup.

“Siapa yang chat?” tanya Bara tetap fokus dalam game.

“Mungkin si Yuda.” tebak Deri, karena cuma Yuda yang tidak ikut kumpul.

“Coba lo liat dulu, Bar. Takut ada yang penting. Gue jagain hero elo kalau ada yang nyerang.” Bara pun langsung meraih ponselnya dan membuka chat di grupnya.

“Si Yuda ngirim link. Aneh banget itu anak.”

Amir dan Faisal saling pandang seolah mengerti apa maksud dari link tersebut dan malah menyuruh Bara untuk membukanya.

“Buka aja, Bar.” Ucap Faisal mengerlingkan mata nakalnya.

“Apaan sih, kepo gue.” Ucap Bondan menghampiri Bara ingin melihat karena ia memang sedang tidak membawa ponsel.

Deri yang berada di sebelah Bara pun ikut menoleh saat Bara mengklik link tautan yang ada di chat grup. Dan ketika link itu dibuka, sebuah video yang bertelanjang sedang melakukan kegiatan panas.

“Ah.. ah.. ah..” refleks mereka bertiga membelalakkan kedua bola matanya dengan adegan yang tersaji di dalam video tersebut.

“Yuda sialan!” teriak ketiganya namun perhatian mata mereka tidak beralih sedikitpun dari tayangan video tersebut.

***

Terpopuler

Comments

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

lanjut thor 👍

2023-03-28

0

lihat semua
Episodes
1 Kesiangan
2 Penolakan Bara
3 Pemaksaan
4 Sang Penolong
5 Pendekatan
6 Terkejut
7 Orang Itu
8 Salah Paham
9 Curhat
10 Salah
11 Amarah
12 Rencana
13 Strategi
14 Latihan
15 Pembelajaran
16 Mulai Protektif
17 Kesempatan
18 Sang Pendatang
19 Penyesalan
20 Kebanggaan
21 Keluarga Atmanaja
22 Keluarga Mortis
23 Quality Time With Friends
24 Pertandingan
25 Kejadian Tak Terduga
26 Firasat
27 Pergerakkan
28 Upaya
29 Step Two
30 Truth or Dare
31 Penyergapan
32 Jalan Lain
33 Keputusan
34 Keputusan #2
35 Hujan
36 Mimpi dan Kenyataan
37 Teman
38 Berita
39 Menyembunyikan
40 Duka Mendalam
41 Dalam Suasana Duka
42 Hari Baru
43 Tujuan Hidup
44 Masalah yang Belum Terselesaikan
45 Mengurai Rasa
46 Putus
47 Cobaan
48 Kode yang Tersamarkan
49 Sebuah Ide
50 Bed Feeling
51 Petunjuk
52 Rangkaian Suatu Peristiwa
53 Tugas yang Berat
54 Nasib
55 Keadilan
56 Hasil Investigasi
57 Isi Hati
58 Menyerah
59 Lepas Kontrol
60 Menerobos
61 Menyingkap Rasa
62 Sang Penerus
63 Dunia Fantasi
64 Help and Trap
65 Awal Perubahan
66 Takdir yang Bersangkutan
67 Pengumuman
68 Hati yang Kosong
69 Gangguan Mental
70 Kerja Kelompok
71 Kekhawatiran yang Mendalam
72 Temani Aku
73 Konsekuensi dan Tugas
74 Mencoba Hal Baru
75 Mimpi Itu Nyata
76 Pertemuan Tak Terduga
77 Rahasia yang Mulai Terkuak
78 Tekad
79 Duri
80 Melangkah Maju
81 Teman Lama
82 Kelabu yang Membuat Bisu
83 Pilihan yang Sulit
84 Serangan di Malam Hari
85 Alasan
86 Berdua Bersamamu
87 Api yang Mulai Berkobar
88 Antara Cinta dan Harta
89 Alasan Balas Dendam
90 Ancaman Mematikan
91 Aliansi Bryan dan Indera
92 Gerakan Pemberontakan
93 Sasaran Pertikaian
94 Badai Mulai Mereda
95 Membuka Lembar Baru
96 Akhir Penantian
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Kesiangan
2
Penolakan Bara
3
Pemaksaan
4
Sang Penolong
5
Pendekatan
6
Terkejut
7
Orang Itu
8
Salah Paham
9
Curhat
10
Salah
11
Amarah
12
Rencana
13
Strategi
14
Latihan
15
Pembelajaran
16
Mulai Protektif
17
Kesempatan
18
Sang Pendatang
19
Penyesalan
20
Kebanggaan
21
Keluarga Atmanaja
22
Keluarga Mortis
23
Quality Time With Friends
24
Pertandingan
25
Kejadian Tak Terduga
26
Firasat
27
Pergerakkan
28
Upaya
29
Step Two
30
Truth or Dare
31
Penyergapan
32
Jalan Lain
33
Keputusan
34
Keputusan #2
35
Hujan
36
Mimpi dan Kenyataan
37
Teman
38
Berita
39
Menyembunyikan
40
Duka Mendalam
41
Dalam Suasana Duka
42
Hari Baru
43
Tujuan Hidup
44
Masalah yang Belum Terselesaikan
45
Mengurai Rasa
46
Putus
47
Cobaan
48
Kode yang Tersamarkan
49
Sebuah Ide
50
Bed Feeling
51
Petunjuk
52
Rangkaian Suatu Peristiwa
53
Tugas yang Berat
54
Nasib
55
Keadilan
56
Hasil Investigasi
57
Isi Hati
58
Menyerah
59
Lepas Kontrol
60
Menerobos
61
Menyingkap Rasa
62
Sang Penerus
63
Dunia Fantasi
64
Help and Trap
65
Awal Perubahan
66
Takdir yang Bersangkutan
67
Pengumuman
68
Hati yang Kosong
69
Gangguan Mental
70
Kerja Kelompok
71
Kekhawatiran yang Mendalam
72
Temani Aku
73
Konsekuensi dan Tugas
74
Mencoba Hal Baru
75
Mimpi Itu Nyata
76
Pertemuan Tak Terduga
77
Rahasia yang Mulai Terkuak
78
Tekad
79
Duri
80
Melangkah Maju
81
Teman Lama
82
Kelabu yang Membuat Bisu
83
Pilihan yang Sulit
84
Serangan di Malam Hari
85
Alasan
86
Berdua Bersamamu
87
Api yang Mulai Berkobar
88
Antara Cinta dan Harta
89
Alasan Balas Dendam
90
Ancaman Mematikan
91
Aliansi Bryan dan Indera
92
Gerakan Pemberontakan
93
Sasaran Pertikaian
94
Badai Mulai Mereda
95
Membuka Lembar Baru
96
Akhir Penantian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!