Menanti Pasangan Hati

Menanti Pasangan Hati

Kesiangan

Alarm di kamar Amora sudah berbunyi dengan sangat nyaring namun tetap tak dapat membangunkannya. Ia masih terpejam di alam mimpinya.

Pintu kamarnya dibuka oleh seseorang dan betapa terkejutnya ia melihat remaja itu masih tertidur padahal alarmnya sudah berbunyi dari tadi.

"Ya ampun neng Amora! Bangun, Neng!"

"Hem. Lima menit lagi." ceracaunya tanpa membuka mata.

"Coba liat jam berapa ini, Neng!" dengan terpaksa, Amora membuka matanya dan melihat ke arah jam dindingnya.

"Ya ampun, bibi kenapa gak bangunin Amora?" Dengan panik, ia segera berdiri mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar untuk segera ke kamar mandi.

"Dari tadi juga udah bibi bangunin tapi neng Amora gak bangun-bangun." Amora panik karena melihat jarum jam yang akan menunjukkan pukul 7 tepat.

Bi Siti hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan majikannya yang ceroboh itu. Ia kemudian kembali ke dapur untuk menyiapkan bekal karena yakin kalau Amora pasti tidak akan sempat untuk sarapan.

Amora yang sudah selesai mandi segera memakai seragamnya dan hanya mengikat rambutnya. Sudah tidak ada waktu lagi baginya.

Setelah semua persiapan selesai, Amora segera berlari menuruni anak tangga.

"Bi, Amora pergi dulu yah."

"Sarapan dulu, Neng."

"Enggak, Bi. Amora udah telat."

Seperti yang sudah bi Siti duga bahwa Amora akan melewatkan sarapannya.

"Tunggu, Neng. Ini bawa bekalnya buat sarapan di sekolah." ujar bi Siti sambil memasukkannya ke dalam tas Amora.

"Makasih bi Siti. Amora pergi dulu yah."

"Hati-hati, Neng." Amora bergegas keluar gerbang dan mencari angkutan umum.

Amora hanya tinggal bersama dengan bi Siti, sedangkan kedua orang tuanya bekerja di luar kota. Bekerja keras untuk membahagiakan anak semata wayangnya, yaitu Amora.

*

Disisi lain, Bara yang bangun kesiangan tengah dimarahi Mamahnya karena kebiasaannya yang begadang main game hingga kesiangan.

"Iya iya Mamah sayang, nanti Bara janji gak akan maen game lagi deh."

"Halah bohong." ujar Mamah Bara sambil menjewer kupingnya geram.

"A.. ampun, Mah. Sakit," ringis Bara.

"Janji gak akan main game lagi?"

"I.. iya janji Mah." ucap Bara.

"Udah sana, kamu udah telat juga."

"Ya udah kalau gitu Bara berangkat dulu ya, Mah." sambil mencium tangannya.

"Tapi Bara janjinya hari ini aja yah."

"Maksudnya?" tanya Mamah Bara bingung.

"Kalau besok, Bara gak janji gak maen game." cengenges Bara langsung kabur saat Mamahnya hendak memukulnya.

"Astaga punya anak satu, ngeselinnya minta ampun deh." geram Mamah Bara melihat kelakuan anak semata wayangnya itu langsung kabur dengan motor gede nya.

Di tengah jalan, Bara yang membawa motor gedenya itu masih tersenyum membayangkan ekspresi Mamahnya yang melihat kejahilannya. Enak banget rasanya menjahili Mamahnya sendiri.

Tak berapa lama, Bara melihat cewek yang memakai seragam sekolahnya sedang berdiri di pinggir jalan.

"Amora?" gumamnya. Iapun memberhentikan motornya tepat di hadapan Amora.

*

Amora terkejut ketika seseorang memberhentikan motornya tepat di hadapannya.

"Kak Bara?" ucap Amora ketika melihatnya melepaskan helm.

"Ayo naik, ini udah telat." ajak Bara.

"I.. iya." ucap Amora gugup dan kemudian naik ke atas jok belakang motornya. Ia merasa sedang duduk di atas pagar saking tingginya ia berada.

"Pegangan ya, kita akan ngebut." ucapnya.

"I.. iya, Kak." ucap Amora masih terasa gugup sambil mengenakan helm yang diberikan Bara.

Motor pun melaju dengan sangat kencang membuat Amora tersentak dan refleks memeluk Bara. Motor melaju memecah jalanan kota. Pohon-pohon dipinggir jalan seolah hanya bayangan karena kecepatan motor tersebut.

Amora yang ketakutan, membenamkan wajahnya dibalik punggung Bara. Bara yang menyadarinya langsung memelankan laju motor membuat Amora melepas pelukannya.

"Ini gila." batin Amora. "Kak Bara gila banget kalau bawa motor." Bara hanya tersenyum menanggapinya karena kebiasaan jahilnya itu kadang tak tau tempat.

Tak berapa lama mereka sampai di belakang gedung sekolahnya.

"Kok kita ke belakang sekolah, Kak?"

"Emang lo mau kita ketahuan telat?"

"Enggak juga sih," gumam Amora.

"Ayo ikut." ajak Bara sambil menarik tangan Amora. Amora terkejut karena tiba-tiba tangannya ditarik oleh kakak kelasnya itu. Hal yang belum pernah ia lakukan sama sekali.

Bara yang sudah sampai di depan gerbang, mulai memanjat gerbang tersebut dengan mudahnya. Amora hanya memandang Bara yang sudah ada di atas gerbang dengan bingung.

"Astaga, gue lupa nih anak baik-baik." gumam Bara.

"Kamu bisa naik?" tanya Bara dan dibalas gelengan oleh Amora.

"Ya udah pegang tangan gue." tawarnya sambil menjulurkan tangannya ke bawah.

Amora melihat kiri kanan untuk memastikan. Setelah dirasa aman, ia langsung memegang tangan Bara dan langsung ditarik olehnya. Tangan Amora yang satunya bertumpu pada gerbang dengan kakinya yang dibantu memanjat oleh Bara.

Setelah sampai di atas, Bara langsung turun terlebih dahulu dan merentangkan kedua tangannya.

"Turun aja gak papa, biar gue yang tangkap," setelah hati Amora sudah siap, ia mulai mengambil ancang-ancang untuk melompat.

Amora mulai melompat dan Bara bersiap menangkapnya. Namun pijakan Bara yang tak seimbang membuat keduanya jatuh dengan posisi Bara yang di bawah Amora.

Amora yang menyadari itu langsung berdiri dan membantu Bara.

"Ya ampun maaf, Kak. Amora gak sengaja." panik Amora karena melihat sudut bibir Bara yang lecet. Mungkin itu karena insiden barusan.

"Siapa disana!" ujar penjaga yang mendengar suara di belakang gerbang. Bara refleks menarik tangan Amora untuk bersembunyi di balik tembok.

Amora langsung membelalakkan matanya menyadari kakak kelasnya itu memeluk dirinya erat. Ia belum pernah sedekat itu dengan laki-laki.

Amora merasakan aroma maskulin dari Bara yang menggetarkan hatinya. Jarak wajahnya yang dekat membuatnya menyadari betapa tampannya lelaki yang ada di hadapannya itu.

Kulit putih bersih dengan tubuh tegap dan tinggi itu masih mengungkungnya, membuat jantung Amora makin tak karuan.

Setelah dirasa aman karena tak ada suara penjaga lagi, Bara langsung menatap wanita yang ada di dekapannya. Ia melihat ekspresi paniknya yang sangat lucu. Ingin sekali rasanya dia menjahilinya.

"Kak," tatap Amora memberikan kode untuk melepas pelukannya. Bara yang tersadar segera melepaskannya.

"Kenapa gue meluk dia ya?" batin Bara.

"Kak Bara?" tanya Amora memelas.

"Kenapa? Ada yang luka?" tanya Bara. Amora menggeleng.

"Rok Amora robek. Sepertinya waktu mau turun, tersangkut." tutur Amora sambil menundukkan wajahnya malu.

Ia bingung bagaimana dia mau sekolah dengan kondisi seperti itu? Bara yang mendengarnya langsung membuka jaket dan melingkarkan nya di pinggang Amora.

"Gimana? Udah gak masalah lagi kan?" tanya Bara dan dibalas anggukan.

"Astaga kenapa cewek ini bisa seimut itu?" batin Bara melihat wajah Amora yang terlihat imut dan manis di matanya.

"Makasih ya Kak." ucap Amora tulus dengan senyum manisnya.

"Astaga kalau kayak gini gue bisa jatuh cinta sama ini anak." batin Bara sambil mengangguk menjawab ucapan Amora.

***

Terpopuler

Comments

PORREN46R

PORREN46R

semangat ya Author
uda mampir ni

2023-03-23

1

bunga pertemanan

2023-03-22

1

Ary Al Kahfi

Ary Al Kahfi

hy

2023-02-21

0

lihat semua
Episodes
1 Kesiangan
2 Penolakan Bara
3 Pemaksaan
4 Sang Penolong
5 Pendekatan
6 Terkejut
7 Orang Itu
8 Salah Paham
9 Curhat
10 Salah
11 Amarah
12 Rencana
13 Strategi
14 Latihan
15 Pembelajaran
16 Mulai Protektif
17 Kesempatan
18 Sang Pendatang
19 Penyesalan
20 Kebanggaan
21 Keluarga Atmanaja
22 Keluarga Mortis
23 Quality Time With Friends
24 Pertandingan
25 Kejadian Tak Terduga
26 Firasat
27 Pergerakkan
28 Upaya
29 Step Two
30 Truth or Dare
31 Penyergapan
32 Jalan Lain
33 Keputusan
34 Keputusan #2
35 Hujan
36 Mimpi dan Kenyataan
37 Teman
38 Berita
39 Menyembunyikan
40 Duka Mendalam
41 Dalam Suasana Duka
42 Hari Baru
43 Tujuan Hidup
44 Masalah yang Belum Terselesaikan
45 Mengurai Rasa
46 Putus
47 Cobaan
48 Kode yang Tersamarkan
49 Sebuah Ide
50 Bed Feeling
51 Petunjuk
52 Rangkaian Suatu Peristiwa
53 Tugas yang Berat
54 Nasib
55 Keadilan
56 Hasil Investigasi
57 Isi Hati
58 Menyerah
59 Lepas Kontrol
60 Menerobos
61 Menyingkap Rasa
62 Sang Penerus
63 Dunia Fantasi
64 Help and Trap
65 Awal Perubahan
66 Takdir yang Bersangkutan
67 Pengumuman
68 Hati yang Kosong
69 Gangguan Mental
70 Kerja Kelompok
71 Kekhawatiran yang Mendalam
72 Temani Aku
73 Konsekuensi dan Tugas
74 Mencoba Hal Baru
75 Mimpi Itu Nyata
76 Pertemuan Tak Terduga
77 Rahasia yang Mulai Terkuak
78 Tekad
79 Duri
80 Melangkah Maju
81 Teman Lama
82 Kelabu yang Membuat Bisu
83 Pilihan yang Sulit
84 Serangan di Malam Hari
85 Alasan
86 Berdua Bersamamu
87 Api yang Mulai Berkobar
88 Antara Cinta dan Harta
89 Alasan Balas Dendam
90 Ancaman Mematikan
91 Aliansi Bryan dan Indera
92 Gerakan Pemberontakan
93 Sasaran Pertikaian
94 Badai Mulai Mereda
95 Membuka Lembar Baru
96 Akhir Penantian
Episodes

Updated 96 Episodes

1
Kesiangan
2
Penolakan Bara
3
Pemaksaan
4
Sang Penolong
5
Pendekatan
6
Terkejut
7
Orang Itu
8
Salah Paham
9
Curhat
10
Salah
11
Amarah
12
Rencana
13
Strategi
14
Latihan
15
Pembelajaran
16
Mulai Protektif
17
Kesempatan
18
Sang Pendatang
19
Penyesalan
20
Kebanggaan
21
Keluarga Atmanaja
22
Keluarga Mortis
23
Quality Time With Friends
24
Pertandingan
25
Kejadian Tak Terduga
26
Firasat
27
Pergerakkan
28
Upaya
29
Step Two
30
Truth or Dare
31
Penyergapan
32
Jalan Lain
33
Keputusan
34
Keputusan #2
35
Hujan
36
Mimpi dan Kenyataan
37
Teman
38
Berita
39
Menyembunyikan
40
Duka Mendalam
41
Dalam Suasana Duka
42
Hari Baru
43
Tujuan Hidup
44
Masalah yang Belum Terselesaikan
45
Mengurai Rasa
46
Putus
47
Cobaan
48
Kode yang Tersamarkan
49
Sebuah Ide
50
Bed Feeling
51
Petunjuk
52
Rangkaian Suatu Peristiwa
53
Tugas yang Berat
54
Nasib
55
Keadilan
56
Hasil Investigasi
57
Isi Hati
58
Menyerah
59
Lepas Kontrol
60
Menerobos
61
Menyingkap Rasa
62
Sang Penerus
63
Dunia Fantasi
64
Help and Trap
65
Awal Perubahan
66
Takdir yang Bersangkutan
67
Pengumuman
68
Hati yang Kosong
69
Gangguan Mental
70
Kerja Kelompok
71
Kekhawatiran yang Mendalam
72
Temani Aku
73
Konsekuensi dan Tugas
74
Mencoba Hal Baru
75
Mimpi Itu Nyata
76
Pertemuan Tak Terduga
77
Rahasia yang Mulai Terkuak
78
Tekad
79
Duri
80
Melangkah Maju
81
Teman Lama
82
Kelabu yang Membuat Bisu
83
Pilihan yang Sulit
84
Serangan di Malam Hari
85
Alasan
86
Berdua Bersamamu
87
Api yang Mulai Berkobar
88
Antara Cinta dan Harta
89
Alasan Balas Dendam
90
Ancaman Mematikan
91
Aliansi Bryan dan Indera
92
Gerakan Pemberontakan
93
Sasaran Pertikaian
94
Badai Mulai Mereda
95
Membuka Lembar Baru
96
Akhir Penantian

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!