Amora dan Fani masih memakan bekalnya di dalam kelas. Tiba-tiba banyak anak kelas yang berhamburan masuk dengan sangat heboh.
"Itu kenapa sih, Fan?" tanya Amora penasaran.
"Entahlah." jawab Fani mengangkat kedua bahunya sambil melanjutkan makannya.
Fani melihat ke arah depan dan langsung penasaran juga. Akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Guys, ada apaan sih rame banget?" tanya Fani dengan suara cukup keras agar teman-temannya yang ada di depan bisa mendengarnya.
Amora hanya diam mencoba tak tertarik dengan hal-hal yang seperti itu. Ia tetap melanjutkan makannya yang hampir selesai.
"Tadi di kantin, kak Bara ditembak sama cewek loh! Aku denger sih katanya adik kelas." ucap salah satu dari mereka antusias. Amora yang mendengar hal itu langsung terdiam, seolah waktu berhenti saat itu juga.
"Seriusan?" tanya Fani meyakinkan.
"Iya serius. Orang tadi banyak kok yang ngeliatnya. Ceweknya juga lumayan cantik lagi. Kayaknya sih anak kelas 10. Tapi gak tau deh kelas 10 berapa." jelasnya.
Fani melirik ke arah Amora yang terdiam.
"Tapi masih cantikan Amora kemana-mana lah." ucap Fani meyakinkan Amora yang hanya terdiam saat itu.
"Itu mah udah jelas kali." jawab salah satu anak kelas yang dibarengi anggukan yang lain.
Namun sayangnya, orang yang mereka bicarakan itu sudah berada dalam lamunannya. Amora tidak memperhatikan percakapan teman-temannya lagi setelah pernyataan bahwa Bara ditembak oleh seorang siswi cantik. Ia sibuk dengan lamunannya.
Bel masuk pun berbunyi dengan sangat nyaring sehingga membangunkan Amora yang terlalu dalam dengan lamunannya.
"Mikirin apa sih, Ra?" tanya Fani melihat teman sebangkunya itu.
"Eng.. enggak." jawab Amora gugup karena baru sadar dirinya jadi pusat perhatian.
"Pasti lagi mikirin kak Bara yah?" goda Fani.
"Enggak. Siapa juga yang mikirin kak Bara. Dia kan bukan siapa-siapa Amora." jawab Amora bohong. Karena dari tadi yang ada dalam lamunannya adalah Bara.
Fani hanya geleng-geleng kepala melihat kawannya itu. Amora itu cantik. Bahkan bisa dibilang sangat cantik, dengan kulit putih mulus, hidung yang tidak pesek dan tidak terlalu mancung, bahkan bisa dibilang imut.
Hanya saja Fani pikir Amora itu kurang percaya diri saja bahwa dirinya bisa dikatakan sempurna. Namun Fani bersyukur karena Amora dengan kecantikannya itu tidak terbesit sifat sombong yang biasa cewek cantik sandang.
Bahkan ada yang merasa sedikit cantik saja bisa sombong melebihi yang semestinya. Namun Amora tidak seperti itu. Karena hal itulah yang membuat Fani mengaguminya.
"Woy! Guru-guru katanya pada rapat sampe jam 2." ujar seseorang yang tergesa masuk ke dalam kelas dengan nafas yang masih terengah.
Seluruh siswa yang mendengarnya seketika langsung bersorak riang. Ada yang sampai naik ke atas meja, memukul meja, bahkan sampai berpelukan. Sebuah selebrasi yang sangat tidak diindahkan, namun dirindukan para murid.
Entah kenapa Amora malah tidak bersemangat, berbanding terbalik dengan teman-temannya.
"Kayak orang yang lagi patah hati aja kamu, Ra." ujar Fani menggodanya.
"Gak tau. Amora ngantuk." ujar Amora langsung menelungkupkan kepalanya diantara kedua tangannya di atas meja. Fani yang melihat itu hanya menggeleng kepalanya.
"Kenapa Amora jadi gini ya? Kok hati Amora sedih denger kak Bara ditembak sama cewek lain?" tanya Amora di hatinya. Iapun mencoba memejamkan matanya seolah bisa menepis wajah Bara yang ada di pikirannya.
"Sorry guys, ganggu hari bahagianya. Amoranya ada gak?" ucap seorang siswa laki-laki menghentikan selebrasi anak kelas.
"Oh ada kak. Itu di belakang." tunjuk salah satu siswi kelas.
"Thank you manis." ucap laki-laki itu membuat seisi kelas hening seketika karena kedatangannya.
"Halo cantik." sapa laki-laki itu setelah berdiri tepat di hadapan Amora. Fani langsung menyenggol pundak Amora. Iapun bangkit dan terkejut melihat ada seorang laki-laki berdiri tepat di hadapannya.
"Ada apa ya, Kak?" tanya Amora bingung.
"Nama kakak, kak Ari. Ikut kakak bentar, yuk," ajak laki-laki yang bernama Ari tersebut.
"Kemana?" tanya Amora yang tangannya langsung ditarik tanpa aba-aba oleh Ari. Fani yang terkejut juga bingung harus berbuat apa untuk menolong Amora. Pasalnya tampang Ari terlihat amburadul khas anak nakal dengan pakaian yang semrawut sekedarnya tanpa ada kerapihan sedikitpun.
Anak kelaspun tak ada yang berani mendekati bahkan menolongnya. Karena mereka sangat hapal bagaimana watak kakak kelas yang satu itu.
"Semoga si Amora baik-baik aja." ucap salah satu siswi yang ada di kelas dan dibalas anggukan oleh yang lainnya.
Amora yang tangannya ditarik tidak bisa melakukan apa-apa selain mengikutinya di belakang. Banyak pasang mata yang menyaksikan itu, termasuk anak 12. Sampai akhirnya Amora dibawa ke suatu tempat di sudut belakang sekolah.
Tangan Amora langsung dilepaskan oleh Ari.
"Kak Ari mau apa bawa Amora kesini?" tanya Amora sedikit takut.
"Ada yang mau kak Ari omongin sama kamu." jawab Ari sambil memastikan keadaan sekitar.
"Gini, kamu mau gak masuk ke Genk kakak? Kita lagi kekurangan cewek cantik soalnya." jawab Ari dengan kerlingan nakal menatap wajah Amora.
"Genk? Eng.. enggak kak. Amora gak mau." jawab Amora geleng kepala.
"Kalau gitu Amora balik ke kelas yah."
"Et, tunggu dulu." tahan Ari sambil mencekal kedua tangan Amora.
"Kalau kamu ikut gabung, imbalannya kamu bakalan aman dan dilindungi sama Genk kita. Kakak jamin. Gimana?"
Amora tetap menggeleng. Ari yang mulai kehabisan akal langsung mempunyai ide lain. Ia mulai mendekatkan wajahnya sambil mempererat kungkungan tangannya.
"Kakak jangan deket deket." ujar Amora mencoba membalikkan pandangannya ke samping menghindari Ari.
"Gimana kalau kita jadian?" tanya Ari dengan nada sensual tepat di telinga Amora. Amora malah merinding sekaligus ketakutan.
"Amora harus cepat-cepat pergi dari sini." batinnya.
"Maaf, Kak. Amora gak tertarik." ucap Amora sambil mencoba melepas kungkungan tangan Ari yang kuat. Namun hasilnya nihil. Ari yang mengetahui lawan bicaranya hendak lari darinya tersenyum dengan sinis.
"Baru kali ini gue ditolak sama cewek." gumamnya memperlihatkan seringai aslinya. Dia memandangi wajah Amora dan hendak menciumnya, namun Amora langsung memalingkan wajahnya.
"Gak usah jadi cewek munafik. Cewek cantik kayak elo rata-rata udah gak virgin." bisiknya di telinga Amora. Seketika wajah Amora langsung memerah tanda marah.
"Jangan sembarangan ngomong kamu! Amora masih perawan!" bentak Amora tak terima. Ia memberanikan diri meskipun tak ayal dirinya sebenarnya sangat ketakutan.
"Wohow! Gue suka cewek yang menantang kayak gini." ucap Ari dengan seringai nakalnya.
Dan saat itu juga Ari langsung menerkam Amora. Ia mencekal kedua tangannya sembari mencoba mencium paksa Amora.
Amora memberontak sekuat tenaga.
"Kak Ari lepas!" teriak Amora hampir menangis.
"Tolong lepasin." ujar Amora menyayat hati dengan lelehan air mata.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
mis FDR
aku mmpir nih kk, semangat kk 💪
2023-03-29
1
վմղíα | HV💕
lanjut thor tetap semangat
2023-03-28
1
CindyL1996
terimakasih 😊
2023-03-24
0