Bara mulai terpacu untuk melatih Amora. Dalam refleksi, menurutnya Amora sudah cukup bagus, namun jika lawannya bisa menangkis serangan Amora, justru dia akan dalam bahaya.
"Ada dua cara melihat situasi saat terjadi. Jika lawan kita jaraknya sangat dekat, kamu bisa menggunakan cara tadi." ucap Bara.
"Yang kedua, kamu bisa menggunakan cara ini untuk menyerang lawan kamu dengan sekali serangan." penjelasan Bara membuat Amora bingung.
Bara pun mendekati Amora kembali. Amora tidak mundur lagi, ia malah ikut maju menghampiri Bara.
"Sekarang cobalah kamu sentuh kakak." ujar Bara malah membuat Amora terkejut.
"Sentuh gimana?" tanya Amora lebih kepada tangannya yang ia angkat. Ia bingung harus menyentuh Bara di sebelah mananya.
Bara hanya tersenyum melihat Amora yang begitu polos itu.
"Terserah kamu mau sentuh kakak dimana." ucap Bara tersenyum sambil berbalik badan. Kini ia membelakangi Amora.
Amora pun mendekat ke arah Bara dan mencoba menyentuh bahunya. Namun, sebelum ia bisa menyentuh bahu Bara, dengan sekejap mata, Bara menarik tangan Amora sehingga tubuh Amora pun terangkat ke arah depan dan terjatuh ke atas matras.
Begitu tiba-tiba membuat Amora merasa kebingungan. Bagaimana mungkin ia langsung dijatuhkan dengan sekejap mata saja.
"Sakit?" tanya Bara melihat Amora yang hanya terdiam dalam jatuhnya.
Apa ini terlalu cepat untuknya mengajari Amora teknik tersebut? tanyanya dalam hati. Pasalnya Amora baru pertama kali berlatih, mungkin masih belum siap untuk menerima pelatihan ini. Bara pun tak ayal jadi mengkhawatirkannya.
Bara menjulurkan tangannya untuk membantu Amora berdiri.
"Gimana? Masih mau lanjut?" ucap Bara hati-hati dalam berbicaranya.
"Ajari Amora teknik tadi, Kak!" ujar Amora antusias.
"Seriusan? Kamu gak papa?"
"Iya, seriusan." balas Amora penuh semangat. Berbeda sekali dengan anggapan Bara, ternyata Amora malah semangat untuk belajar bela diri dengannya.
Hampir saja ia membuat Amora terjatuh dengan keras di atas matras. Ia lupa bahwa yang ia ajar adalah seorang perempuan, bukan laki-laki yang selama ini sering ia ajar.
"Oke, kalau gitu kakak ajari dulu tekniknya." ucap Bara. Amora mendengarkan dengan kefokusan tingkat tinggi penuturan Bara. Ia sangat bersemangat melihat teknik barusan. Ia harus bisa melakukannya, tekad Amora.
"Jadi bagaimana? sudah mengerti?" Amora pun mengangguk.
"Oke, sekarang cobalah." ucap Bara mencoba mempraktikkan sebagai orang jahat yang hendak menyentuh Amora.
Amora yang sudah paham tekniknya langsung menarik lengan Bara yang hendak menyentuhnya dan mencoba menjatuhkannya. Namun bukan Bara yang jatuh, malah Amora yang terjatuh ditimpa tubuh Bara.
Bara yang mempersiapkan diri untuk jatuh di atas matras, langsung merubah tekniknya saat mengetahui Amora salah mempraktikkan tekniknya itu. Ia malah membuat dirinya yang terjatuh, sehingga dengan sekejap Bara menahan kepala Amora agar tidak terbentur dengan kedua tangannya.
Alhasil kini malah Bara yang mencoba melindungi Amora. Sementara itu, Amora mengerjapkan matanya menyadari ia terjatuh dengan Bara di atasnya. Posisi kedua tangan Bara berada di bawah kepala Amora, menyentuh lantai.
"Kamu gak papa?" tanya Bara dengan sorot mata khawatir. Namun Amora hanya mengangguk dan sangat gugup menyadari posisi mereka yang sangat dekat. Aroma maskulin dari tubuh Bara membuat jantung Amora berpacu lebih kencang.
Entah mengapa hati Bara rasanya jadi tak karuan melihat Amora dengan jarak wajah yang sangat dekat, memperlihatkan betapa cantik parasnya. Hal itu membuat Bara ingin melakukan sesuatu saat melihat bibir merah muda Amora yang alami.
"Wow what happened guys?!" ucap seseorang yang tiba-tiba mendatangi mereka berdua, membuat Bara dan Amora jadi salah tingkah.
"Wah, si Bara makin kesini makin agresif yah."
"Mungkin ini efek video yang dikirim si Yuda kayaknya."
Deri dan Bondan pun tertawa terbahak setelah berhasil menggoda Bara.
"Aduh, sorry loh, Bar. Kita jadi ganggu." goda Bondan. Sementara itu Amora jadi kikuk menyadari situasinya. Rasanya ia ingin segera kabur dari hadapan mereka saking malunya.
Bara tetap terlihat tenang seperti biasanya, tanpa ada perasaan kaku sama sekali.
"Ada apa kalian kesini?" tanya Bara mencoba mengalihkan suasana.
"Sensei mau ketemu sama elo, Bar."
"Oh, oke. Amora, kamu latihan sama Deri dan Bondan dulu ya." ucap Bara dan dibalas anggukan oleh Amora.
"Gue titip dia dulu ya."
"Tenang aja, Bar. Aman kalau sama kita." Setelah itu Bara menemui Sensei dan meninggalkan Amora bersama kedua temannya itu.
*
"Bara, tiga minggu lagi ada turnamen di luar negeri, kandidat kita hanya ada kamu yang memenuhi syarat. Apa kamu bersedia mengikuti lombanya?" tanya Sensei.
Bara cukup bingung karena di sekolahnya pun akan ada acara, dan yang menjadi penanggung jawabnya adalah dirinya.
"Akan saya pikirkan dulu, Sensei."
"Baiklah saya tidak akan memaksamu. Segera kabari kalau kamu sudah memutuskannya." Selanjutnya mereka berdua membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan karateka.
*
"Ehem. Udah sampai mana, Ra?" tanya Bondan mulai menggoda Amora dengan pertanyaan ambigunya.
"Apanya ya, Kak?" Amora balik tanya. Ia harus memastikan maksud pertanyaan kakak kelasnya itu agar tidak salah menjawab, karena pertanyaannya sangat ambigu.
"Ya, maksudnya latihannya sudah sampai mana, gitu. Bukan nanya tadi kissingnya udah sampai mana. Ehem!" tutur Deri membuat Amora membulatkan matanya.
Walau bagaimanapun juga, dengan posisi tadi, Bara terlihat seperti sedang mencium Amora karena kedua tangannya yang menahan kepala Amora agar tidak terjatuh di lantai, bukannya di matras. Padahal niat Bara adalah melindungi Amora, tapi tetap saja tak bisa lepas dari kesalah pahaman mereka berdua.
"Kak Bara gak ngelakuin apa-apa kok. Tadi kepala Amora mau jatuh ke lantai, jadi ditahan sama tangan kak Bara." jelasnya.
Bondan dan Deri hanya ber-oh ria. Sepertinya mereka berdua tidak mempercayai perkataan Amora karena mereka lebih greget kalau hal tersebut benar-benar terjadi.
"Udah, udah. Jangan digoda mulu cewek orang. Mending langsung latihan aja." ucap Deri. Mereka berdua pun akhirnya melatih Amora teknik-teknik dasar dalam karateka.
"Udah belajar teknik kuda-kuda belum?" Amora menggeleng menjawab pertanyaan Deri. Dan ia pun langsung mengajari Amora bagaimana teknik tersebut dan seberapa pentingnya teknik itu.
"Teknik kuda-kuda dalam bela diri itu penting. Karena kunci serangan itu terletak pada kuda-kuda tersebut, kalau kuda-kuda nya salah, bisa-bisa kaki kita patah saat ditendang oleh lawan." tutur Deri.
Amora yang mendengarnya menganggukkan kepala. Ternyata belajar ilmu bela diri itu lumayan kompleks tidak seperti dugaannya.
"Kak Deri bisa contohin gak tekniknya? Entah kenapa Amora lebih menyukai langsung mempraktikannya dibanding teori yang banyak.
"Oke, bisa." Deri menunjukkan beberapa teknik kuda-kuda dalam karate yang sangat banyak namun hanya menampilkan beberapa saja yang bisa digunakan untuk teknik menyerang.
"Coba sekarang kamu praktekan." titah Deri. Amora pun mengambil ancang-ancang dan membuka kakinya selebar bahu mengikuti instruksi yang Deri paparkan.
Namun Deri dan Bondan malah tersenyum melihat Amora yang walaupun sudah mengikuti instruksinya, tapi ia malah terlihat seperti seorang penari yang siap melakukan tariannya.
"Gue serasa lgi ngajarin tarian sama dia. Kenapa badannya lentur banget ya?" gumamnya pada Bondan.
"Emang badannya aja yang belum terbiasa kali, Der." timpal Bondan sepemikiran.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments