Hati Yang Terluka
Jam makan siang hampir
tiba, kira-kira limabelas menit lagi. Renata sudah mulai sibuk berkemas untuk
membereskan berkas-berkas yang ada di mejanya. Sebelum keluar untuk makan
siang, semuanya harus sudah bersih dari atas mejanya. Tiba-tiba Tia, sahabatnya
yang juga satu kantor nyelonong menghampiri Renata sambil cengar cengir tanpa
dosa, yang kemudian mencubit pipi Renata tanpa alasan dan membuat mata Renata
melotot, tapi hanya dibalas tawa oleh Tia.
“Yuuuk... cepetan. Gue
keburu pingsan nih...Atau kamu nunggu diajak makan sama pak Erwin...?” Kata Tia
sambil menarik tangan Renata.
Tak lama keduanya keluar
kantor dengan taxi online yang sudah dipesan.
Mereka makan siang di
restaurant yang tidak jauh dari kantor. Suasana restaurant yang cukup ramai karena
jam makan siang, namun masih menyisakan beberapa kursi yang kosong. Selain
menyediakan menu yang beragam, suasana restauran juga cukup nyaman dengan
berbagai tanaman hias yang sangat menyejukkan. Mereka mengambil tempat di
pojokan yang menjadi lokasi favorit mereka, lalu memesan makanan dan minuman
sesuai selera masing-masing, Tia mulai bicara pelan-pelan.
“ Ren gimana....jadi ya
gue kenalin.....yang sekarang beda Ren. Gua jamin.....Bibit, bobot sama
bebetnya gak usah diragukan, kalau itu memang persyaratan kamu” kata Tia sambil
tertawa.
Tia berusaha mengenalkan
seseorang cowok dengan sahabatnya. Dan sekarang, entah sudah yang ke berapa
kali usaha yang dilakukan Tia tapi ditolak Renata. Dia tidak rela sahabatnya
terus terkurung dalam rasa sedih dan sakit hati akibat dikhianati pacarnya,
atau lebih tepatnya, calon tunangannya.
Yaaaa... hubungan yang
telah terjalin beberapa tahun harus kandas karena sebuah pengkhianatan. Sebuah
perlakuan yang benar-benar menyakitkan bagi Renata. Kesetiaan dan cinta yang
terus dia pelihara, dia perjuangkan harus berakhir di tengah jalan. Apalagi
seharusnya dalam beberapa bulan mendatang, mereka bertunangan, sesuai dengan
rencana, dan beberapa bulan berikutnya menikah.
“Apalagi sih Tia....kamu
gak bosen-bosennya ya.... Berapa kali aku harus ngomong....aku belum bisa untuk
saat ini. Tolong kamu paham donk....please.....” Jawab Renata dengan muka
sedih.
“Justru aku sangat-sangat
paham Ren....aku gak mau melihat kamu begini terus. Aku ingin kamu yang dulu
kembali lagi. Renata yang ceria, yang cerewet, suka iseng dan selalu semangat.
Renata yang jadi inspirasi semua orang, yang selalu ringan tangan menolong
orang. Aku ingin itu kembali lagi Ren.... . Mau sampai kapan loe terus begini
setia sama rasa sakit hati loe. Loe juga harus bahagia Ren, tidak selamanya
harus terkurung dalam kesedihan...”
Renata menundukkan
kepalanya. Yaaaaa.... akibat pengkhianatan itu menjadikan Renata berubah 180
derajat. Sepertinya tidak ada lagi sisa-sisa dari Renata yang dulu. Senyum yang
dulu selalu manis dan ceria, sekarang untuk senyum pun sepertinya dipaksakan.
Begitu ajaibnyakah kata-kata pengkhianatan itu berdampak. Rasa percaya kepada
laki-laki sudah hilang. Harapannya juga hilang. Hatinya benar-benar patah.
“Ren...coba dech kamu
buka sedikiiiitttt....saja hatimu. Atau paling tidak buka dirimu untuk mau
mencoba lagi. Memang menyakitkan yang
kamu alami. Tapi tidak harus terus menerus kamu begini kan ? Kamu berhak bahagia
Ren....dengan cintamu, dengan masa depanmu...Raihlah itu.....kamu harus bisa berdamai
dengan hatimu.” ucap Tia lagi dengan penuh semangat.
“Bahagia....?
Cinta....?” Jawab Renata dengan tetap muka yang sendu dan tersenyum miris.
“Why not
Renata.....?. Gue tau, kamu satu-satunya orang yang gue kenal, yang terkenal
sulit untuk jatuh cinta. Tapi begitu kamu sudah juatuh cinta...yaaa...kayak
begini jadinya..”
“Ahhh... udah lah. Gak
usah diomongin lagi...Bikin gak napsu makan aja loe....”Renata cepat memotong
omongan Tia. Tidak ingin memperpanjang omongan, yang menurut dia tidak penting
dan menyakitkan kalau diteruskan.
Sementara itu di sudut
tempat duduk yang lain, sepasang mata di balik kacamata hitamnya mengawasi ke
dua gadis yang duduk di pojokan itu dengan tidak berkedip. Yaaaa.. sepasang
mata dari seorang pemuda yang selalu mengamati sejak ke dua gadis itu masuk ke
restauran. Dia adalah Bramantyo atau yang biasa dipanggil Bram, teman Tia,
lebih tepatnya sahabat Arya, pacar Tia, yang akan dikenalkan dengan Renata. Ada
rasa yang lain di hatinya begitu melihat wajah Renata dengan kesedihan yang
terpancar di mukanya. Ada sesuatu perasaan aneh yang tiba-tiba datang, yang dia
sendiri tidak tau apa sebabnya, padahal baru pertama kali dia melihat gadis
itu. Sebegitu hancurnyakah hati gadis itu dengan rasa cintanya yang
terkhianati? Bram memang sudah mendengar semua cerita tentang Renata dan kisah
cintanya dari Tia. Makanya Tia sangat antusias untuk mengenalkan Bram dengan
Renata dan berharap ada kecocokan diantara keduanya.
Bram mencoba mengikuti
keinginan Tia, tapi dengan catatan dia ingin melihat dulu Renata dari sisi yang
lain dengan cara diam-diam mengamati dan mengikuti Renata tanpa sepengetahuan
Renata. Tia menyetujui apa maunya Bram. Tia merasa Bram lah orang yang pas
untuk Renata. Maka siang ini dimulailah rencana Bram mengamati Renata saat
makan siang, sesuai kesepakatan dengan Tia. Inilah pertama kali Bram melihat
Renata secara diam-diam tanpa diketahui Renata. Bahkan Tia pun tidak tau dimana
posisi duduk Bram, karena dia tidak ingin Renata curiga kalau sampai Tia
kelihatan mencari-cari seseorang dengan mengedarkan pandangan matanya. Yang
jelas Tia tau bahwa Bram pasti sudah duduk manis dengan posisi tersembunyi di
dalam restaurant. Itu kesepakatan mereka berdua tadi melalui chat kalau Bram
akan datang lebih dulu di restaurant itu.
“Ren kamu jangan pesimis
gitu donk sayangggg.....Smangaaaaatttt....sobat.. Jalan masih panjang. Tidak
cukup hanya berdiam diri menangisi masa lalu. Apakah dengan begini loe merasa
bahagia? Enggak kan ?Jangan bohongin diri sendiri Ren...Oke?’
Renata menatap Tia
mendengar kata-kata itu. Ahhhh.....laki-laki itu, Aditya... Laki-laki kurang
ajar seperti kata Tia. Laki-laki yang sudah beberapa tahun mengisi hari-hari
indahnya. Laki-laki yang sudah mengajarkan akan indahnya cinta. Yaaa....cinta
pertamanya. Cinta yang begitu indah, tapi....juga sangat menyakitkan bahkan
sudah menorehkan luka yang begitu dalam di hatinya.
Renata tersenyum tapi
terlihat senyuman yang sangat miris. Aditya, nama yang terukir di dasar
hatinya, yang ingin ia lupakan, tapi sangat sulit. Laki-laki yang sudah
meninggalkan luka yang teramat dalam di hatinya. Sepertinya rasa bencinya pada
Aditya sebesar rasa cintanya.Dan ini sangat-sangat menyakitkan bagi Renata.
Laki-laki itu sudah berhasil membuat hidupnya benar-benar terpuruk. Membuat
harapannya hancur tanpa meninggalkan sisa. Tiga tahun lebih masa-masa indah dia
lalui bersama Aditya. Merenda kasih dan merajut cita-cita masa depan berdua.
Yang akhirnya.....berantakan semua.
Tanpa terasa di sudut
matanya telah menetes air mata, yang buru-buru dia hapus dengan tisue. Dia
tidak ingin orang lain melihatnya. Tapi ternyata pemandangan ini tidak luput
dari penglihatan Bram. Dia melihat kalau Renata sempat mengeluarkan air mata
yang buru-buru dihapus. Ada desiran halus di hati Bram melihat hal itu. Sepertinya
hatinya sakit melihat Renata. Dia sempat mengepalkan tangannya tanpa tahu
sebabnya. Apakah dia marah dengan penyebab air mata Renata keluar? Entahlah....
“Permisi....pesanannya
mbak....” Tiba-tiba datang pelayan membawa nampan untuk menghantarkan makanan
dan minuman yang dipesan, lalu meletakkan pesanan di meja.
“Sudah lengkap mbak
pesanannya. Silakan dinikmati...”
“Oke terimakasih mas....”
jawab Tia. Renata masih sibuk dengan tisuenya mengusap ke dua matanya. Tia
menyadari itu. Dia sangat paham dengan suasana hati sahabatnya, dan diapun juga
bisa merasakan kesedihan itu.
“Sory....Ren...aku gak
bermaksud......”
“Its okey...aku gak papa
kok. Aku aja yang terlalu cengeng.Yuk makan....cacingku dah teriak-teriak
nih....” Renata menyahut sambil sedikit mencoba bercanda untuk menetralkan
suasana.
“Enak juga nih smua
makanan di sini. Kayaknya gak bisa berpindah ke lain hati dech. Smuanya serba
enak dan pas ...” Ucap Tia sambil
mengunyah makanannya.
Tiba-tiba ponsel Tia ada
notifikasi chat, dari Bram.
“Tia aku dah bisa
lihat wajah temenmu dari tempat dudukku.....”
“Trus gimana
kesannya mas? Cantik kan....?”
“Cantik sih,
Cuma.......”
“Cuma
knapa....jangan bikin penasaran ya.....”
“Mukanya sedih
amat. Kasihan lihatnya....”
“Mau lanjut mas...?”
tantang Tia
“Hhhmmmm......”
“Asyik bener chating. Katanya udah
laper...malah dianggurin tuh makanan..” tiba-tiba Renata nyeletuk sambil
mengunyah makanannya.
“Tau nih orang gangguin
aja. Gak seneng liat orang mau makan...” jawab Tia sekenanya biar Renata tidak
curiga.
Ya.. Arya dan Tia memang sudah sepakat untuk mengenalkan Bram
dengan Renata. Arya tahu persis siapa Bram. Dia sudah bersahabat sejak SMP dan
kebetulan sama-sama kuliah dengan jurusan yang sama juga. Sampai kemudian Bram
melanjutkan S2nya diluar negeri, baru pisah. Tapi sekembali Bram dari luar
negeri, mereka kumpul lagi. Bahkan Arya menjadi salah satu orang kepercayaan
papi Bram di perusahannya. Keduanya sudah seperti sodara, bahkan orang tua Bram
sudah menganggab Arya seperti anak sendiri. Persahabatan Bram dan Arya adalah
persahabatan yang tulus. Meskipun dengan latar belakang ekonomi yang berbeda,
tapi tidak membuat itu jadi penghalang. Bahkan saat kuliah dulu, disaat Arya
mengalami kesulitan biaya karena ekonomi orang tuanya yang pas-pas an, Bram dengan
tulus tanpa pamrih membantu Arya, hanya demi satu kata “persahabatan”. Bram
merasa begitu banyak berkat yang diberikan Tuhan untuk keluarganya, maka dia
harus berbagi. Itu yang diajarkan oleh kedua orang tuanya kepada anak-anaknya
sejak kecil. Sehingga tidak heran kalau keluarga Bram terkenal dengan jiwa
sosialnya.
Arya dan Tia juga tau
tentang cerita cinta lama Bram. Hampir sama dengan Renata, Bram juga ditinggal
oleh pacar yang sangat dicintainya dengan alasan yang tidak jelas setelah menjalin
hubungan beberapa tahun. Bahkan Bram sudah memantapkan hatinya untuk segera
melamar pacarnya. Pacarnya memutuskan hubungan dengan Bram yang sama sekali tidak pernah
terbayangkan oleh Bram. Yang akhirnya Bram baru paham ketika pacarnya ke luar
negeri mengejar karier sebagai model dan hanya mengatakan maaf di pertemuan
terakhirnya tanpa menjelaskan alasannya. Bram yang sangat setia dengan
cintanya, tidak dapat menerima kenyataan itu. Dan itulah akhir cerita cinta
Bram dengan pacarnya, yang membuat dia menutup hati untuk urusan cinta sampai
saat ini. Terlalu menyakitkan, bahkan membuat dia sedikit trauma untuk memulai
lagi. Dia tidak mau disakiti lagi. Dia menjadi laki-laki yang dingin untuk
urusan cinta. Tapi untuk sekedar sebagai teman tanpa melibatkan urusan perasaan
dengan makluk yang namanya perempuan, Bram termasuk orang yang mudah berteman
& berkomunikasi, bahkan orangnya lebih cenderung konyol dan suka bercanda. Dia sangat menghormati
makluk berjenis kelamin perempuan, seperti yang selalu diajarkan papinya, bahwa
wanita harus dihormati, tapi NO LOVE. Titik....!!
Kejadian itu sudah
terjadi lebih dari tiga tahun yang lalu. Hal itu menyebabkan Bram menjadi
laki-laki yang cuek dengan perempuan, dia menutup hatinya . Dia sibukkan
dirinya dengan study dan pekerjaannya. Bahkan sekarang, diusianya yang sudah
cukup matang untuk menikah, dia masih tetap belum memiliki pacar, apalagi
keinginan untuk menikah. Ini yang membuat maminya sibuk menjodoh-jodohkan Bram
dengan anak temannya, tapi Bram tidak merespon. Dia tetap sibuk dengan
pekerjaannya di perusahaan pertambangan, bahkan sudah memiliki posisi yang
cukup lumayan. Selain itu, Bram bersama teman-temannya sudah merintis usaha
sejak kuliah, yang sekarang sudah cukup besar dan Bram ditunjuk sebagai
direkturnya. Meskipun orang tuanya juga memiliki perusahaan yang salah satunya
di bidang pertambangan, tapi dengan alasan akan belajar dan mencari pengalaman
di tempat lain, dia belum mau terjun mengurus perusahaan orang tuanya,
meskipun orang tuanya berkali-kali membujuk.
Makanya dia menyodorkan Arya untuk membantu papinya. Dan kebetulan Arya adalah
seorang pekerja yang ulet dan mumpuni, sehingga papinya menunjuk sebagai salah
satu orang kepercayaannya.
Tiga tahun lebih Bram
mengubur rasa cintanya dan menutup hatinya. Tapi sekarang, pertama kali dia
melihat seorang gadis yang bernama Renata, seolah-olah memberikan rasa lain di
hatinya. Apakah ini namanya cinta pada pandangan pertama? Bram belum mau
mengakuinya. Tapi....tatapan sendu itu seolah-olah terus membekas di hatinya.
Ditambah lagi dengan tetesan air mata gadis itu yang sempat dia lihat dari jauh.
Dalam pandangan Bram, gadis itu terlihat rapuh dan butuh topangan untuk
bersandar.
“Aaaahhhhhh.....aku harus
mendapatkannya..” ucap Bram dalam hatinya
Selesai makan sambil mengamati
Renata, Bram kembali ke kantornya. Masih banyak pekerjaan yang harus dia
selesaikan hari ini. Tapi pikirannya benar-benar tidak bisa konsen dengan
dokumen-dokumen yang ada di mejanya. Pikirannya masih tertuju pada raut muka
Renata yang sendu. Ada sesuatu yang hilang ketika Renata dan Tia selesai makan
dan meninggalkan restauran itu.
“Apakah aku harus
mengejarnya...????” kata Bram dalam hati.
Bram duduk sambil
mengacak-acak rambutnya.
Bayangan wajah Renata
terus menari-nari dalam pikirannya. Lalu dia membuka ponselnya, ada WA dari Tia
yang ternyata mengirimkan foto Renata secara diam-diam. Terlihat wajah cantik
Renata di layar ponsel nya. Rambut hitam sebahu dengan hidung yang sedikit
mancung, mata bulat dengan tatapan mata yang menyiratkan ada kesedihan di sana,
serta bibir yang mungil dengan senyum tipis.
“Re....na......ta......”
desah Bram menyebut nama.
“Ada apa dengan kamu
Ren.....Kenapa aku baru lihat sekali, sepertinya ada banyak cerita yang bisa
kubaca dari wajahmu......?” Kata Bram dalam hatinya.
Kembali dia membolak
balikkan dokumen di depannya tanpa membaca. Ditutup lagi, buka lagi dan tutup
lagi. Itu yang dilakukan Bram di mejanya, dengan laptop yang tetap terbuka tapi
sama sekali tidak disentuhnya. Pikirannya melayang kemana-mana. Tapi hanya satu
bayangan yang ada di benaknya. Wajah Renata yang sendu. Mata itu...... penuh
kesedihan.....Bram kemudian mengusap-usap mukanya dengan kasar sambil beberapa
kali menghela nafas panjang.
“Hooiiiii.....bro ngapain
loe, kayak cacing kepanasan mau lahiran...ada apa sih? Gua liatin dari tadi tu
dokumen cuma dibolak balik doang. Kucel ntar lama-lama....” Tiba-tiba Joni,
salah satu temannya yang kebetulan duduk di dekatnya bertanya.
“Loe kenapa? Gua
lihat-lihat sejak loe pulang dari makan siang jadi aneh begini. Kesambet setan
dimana...??? Gak biasanya loe gelisah..., mana pake ngucel-ngucel rambut lagi.
Ngaca tuh....muka udah kayak apaan aja...” Kembali Joni melanjutkan
pertanyaannya panjang kali lebar.
Bram cuma nyengir
mendengar keheranan temannya. Kali ini sepertinya dia benar-benar menyerah
dengan hatinya. Pertemuan pertama yang bisa memporak porandakan perasaannya.
Bayangan wajah Renata yang seolah-olah selalu mengikutinya.
“Loe lagi jatuh cinta
bro? Sama cewek mana...????” tanya Joni penasaran. Karena yang dia tahu, selama
ini Bram belum punya pacar, bahkan dekat dengan cewek pun tidak pernah, tapi
kali ini tingkahnya jadi aneh mendadak.
“Gaaak.... gua cuman lagi
penasaran aja....”
“Penasaran ma cewek?”
desak Joni lagi, ikut-ikutan penasaran juga.
“Aaahhhhh....udah deh,
gak ada apa-apa kok.” sahut Bram
“Ayolaaahhh...sama cewek
mana, gak usah pake rahasia segala.” Joni mendesak lagi
“Upss...udah gua lagi
banyak kerjaan , ntar lagi... minggu depan mesti ke lapangan nih, jadi harus
kelar dokumennya....” Bram menghindar.
Yaaa, Bram memang tidak
mempunyai teman wanita yang dekat, apalagi yang namanya pacar. Meskipun banyak
cewek-cewek yang mengharapkan jadi pacarnya, bahkan istrinya. Dengan wajah yang
ganteng, body yang tinggi proporsional, serta pekerjaan yang bagus dan dari
keluarga kaya, siapa yang akan menolak, bahkan kalau perlu mengorbankan harga
dirinyapun mau, asal bisa jadi pacar Bram. Untunglah Bram berasal dari keluarga
yang taat akan agama dan selalu diajarkan untuk menghargai wanita.
“Bram...sebenernya cewek
yang seperti apa sih yang loe cari....? Gak ada satupun yang menarik gitu dari
sekian cewek yang ada..., yang deket sama loe..???” tanya Joni heran.
“Hhhmmmm....kemaren
belum...tapi gak tahu besok-besok.” Jawab Bram pendek
“Cewek mana....ada di
kantor ini??? Atau temen gereja loe, atau mantan temen sekolah...kuliahhhh???’
Joni mencecar dengan pertanyaan, makin penasaran.
“Udaaahhhh....besok-besok
lagi...berisik amat loe....!!!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
coba nyimak dl thorrr
2024-08-13
0
Yunerty Blessa
lanjut
2022-10-09
0
Oh Dewi
Ceritanya seru kaya novel yang judulnya (Siapa) Aku Tanpamu
2022-06-06
0