Episode 3

Jam 7 pagi terlihat Bram

sudah memarkir mobilnya di dekat pintu gerbang gereja sambil matanya mengawasi

satu persatu orang-orang yang masuk ke halaman gereja untuk mengikuti ibadah.

Dia tidak mau terlewati satu orangpun, makanya dari pagi sudah standby, padahal

biasanya orang-orang datang lima belas menit sebelum ibadah dimulai.

Tepat jam 7.40 terlihat

seorang gadis cantik sendirian turun dari taxi di dekat mobil Bram parkir.

Hati Bram berdebar-debar

melihat gadis  yang memakai gaun selutut

kembang-kembang tanpa lengan yang kelihatan sangat cantik. Renata... ada

desiran halus di hatinya ketika matanya terus menatap Renata yang melangkah

memasuki halaman gereja. Bram segera turun dari mobilnya dan mengikuti dari

belakan diam-diam.

Renata mengambil tempat

duduk di barisan tengah, lurus menghadap mimbar. Sedangkan Bram diam-diam

mengambil posisi di barisan samping, posisi yang sangat ideal, karena dapat

melihat dengan jelas wajah Renata tanpa dapat diketahui pemiliknya. Matanya hampir

tidak berkedip memperhatikan Renata. Apa yang diperbuat Renata tidak lepas dari

pandangan Bram.

“Kasih

itu mengampuni. Tidak ada dendam dan amarah. Naaahhhh... ini yang sering kali

susah untuk kita lakukan. Mengampuni siapapun yang bersalah dan berbuat dosa

dengan kita. Mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Tidak ada dendam,

tidak ada sakit hati. Tapi apakah kita sudah bisa mengampuni...sudah bisa

memaafkan..? Terkadang mulut bicara mengampuni, memaafkan, tapi....hati masih

menyimpan dendam, sakit hati, amarah... Apakah

kita bahagia dengan memendam sakit hati? Apakah kita merasa puas dengan amarah

kita..?Itu artinya tidak ada kasih diantara kita. Sekali lagi saya katakan,

kasih itu mengampuni. Itu harus kita berlakukan di sepanjang hidup kita...” kata

Pendeta dalam sebagian khotbahnya yang berjudul Kasih dan Pengampunan

Bram melirik ke arah

Renata. Kembali di melihat Renata mengusapkan tisue di sudut matanya. Ini yang

ke dua kalinya Bram melihat Renata meneteskan air mata, yang sebelumnya dia

lihat di restaurant saat makan siang. Ahhhh...apakah karena isi khotbah pak

pendeta tadi? Tanya Bram dalam hati. Kasih itu harus mengampuni. Haruskah

Renata mengampuni mantan pacarnya? Mengampuni orang yang sudah membuat porak

poranda hidupnya? Itukah yang membuat dia mengeluarkan air mata? Banyak

pertanyaan yang berkecamuk di kepala Bram.

Mendengar khotbah yang

disampaikan oleh pendeta, hati Renata berdesir. Ahh....  pengampunan. Satu kata, tapi sangat susah

dilakukan. Haruskah aku mengampuni? Memaafkan? Tapiiii....terlalu sakit. Aditya.....

Nama yang masih tetap tinggal di hati Renata. Nama itu yang membuat air mata

menitik dari sudut matanya. Nama yang selalu muncul dalam pikirannya, yang

menorehkan luka yang dalam di hatinya. Dan air mata  itu yang sudah sempat terlihat oleh Bram.

“Ren sory aku gak jadi jalan

ya. Ada perlu mendadak nih...” Tiba-tiba Tia menelpon Rena setelah selesai

ibadah. Memang yang direncanakan Tia cuma pengen tau jam dan tempat gereja

Renata, sesuai permintaan Bram. Maka dia pura-pura janjian, dan untungnya Renata

tidak memahami akal Tia.

“Iya gak papa. Aku juga

mau langsung pulang kok. Agak pusing kepalaku..”jawab Renata

“Lho...knapa? Kamu

sakit..?”tanya Tia khawatir

“Gak kok. Paling cuma

kurang tidur.”

“Ok dech, hati-hati ya.

Kamu pulang sama siapa?” tanya Tia lagi

“Ya sendiri lah. Paling sama

abang taxi. Mau siapa lagi?

“Oooo....kirain...”jawab

Tia terputus. “Oke dech udah dulu ya Ren, sampai ketemu besok. Daaahhhh...” Tia

menutup telponnya.

Bram yang dari kejauhan

mengamati Rena hanya bergumam dalam hati. Ahhh...seandainya....

Yaaa seandainya dia sudah

kenal dengan Renata, pasti dia akan dengan senang mengantar pulang ke rumahnya.

Atau kalau perlu tidak langsung pulang, tapi jalan-jalan dulu sambil mengisi

hari minggu. Tapi belum waktunya. Kata Bram dalam hati lagi. Masih perlu waktu

lagi. Tapi begitu mengingat kata-kata Tia kalau ada direktur muda yang juga

sedang mendekati Renata, Bram kuatir juga. Apalagi mereka bisa setiap saat

ketemu di kantor, bahkan bisa janjian untuk ketemu di luar kantor. Aaahhhh......

Bram gusar dengan segala pikirannya tentang Renata. Apakah aku sudah jatuh

cinta dengan Renata?? Apakah aku takut kehilangan Renata???? Berbagai

pertanyaan berkecamuk dalam pikiran Bram.

Setelah dia melihat

Renata masuk ke dalam mobil, yang dia kira pasti taksi online, Bram menuju

mobilnya dan langsung pulang ke rumah.

******

“Mas...emang tadi gereja

dimana, kok gak kelihatan. Padahal kayaknya berangkat dah pagi-pagi bener? Atau

jangan-jangan....hayoooo...kabur kemana...?” Tiba-tiba adiknya, Sasa memberondong

dengan pertanyaan setelah Bram masuk ke dalam rumah.

“Ada dechhhh... mau tau

ajaaa..anak kecil. Yang jelas kan ke gereja..” jawab Bram sambil mengaca-acak

rambut adiknya.

“Diiihhhh... sebel dech.

Kebiasaan....awasss...” jawab Sasa sambil cemberut karena rambutnya berantakan.

Dia berlari mengejar kakaknya yang sudah lebih dulu lari ke kamarnya di lantai

dua.

“Duuuhhh...ini apa-apaan

sih udah pada tua masih kejar-kejaran..?” tanya mami yang baru keluar dari kamarnya.

“Mas Bram tuh mam, iseng

mulu..” jawab Sasa cemberut.

“Emang masmu sudah

pulang. Tadi gak kelihatan di gereja?” tanya mami lagi

“Udah tuh, baru aja

masuk.”

“Bram tadi kamu di mana?

Kok gak kelihatan di gereja?” Tanya maminya begitu melihat Bram di tangga, turun

menuju ruang makan..

“Di gereja lain mam.

Kebetulan ada janji ketemu temen. Dah lama gak ketemu, jadi dia ngajak

ketemuan.” Bram menjawab. Dia berbohong, biar maminya gak banyak pertanyaan.

“Kirain mami kamu gak ke

gereja. Abis berangkat paling pagi, eh gak nongol-nongol. Ada jadwal tugas tuh

kamu sama Sasa.”

“Oke siap...” jawab Bram

sambil bersikap hormat dengan maminya sambil ketawa.

“Maassss....bagi duit

donk...” rengek Sasa manja pada kakaknya. Bram memang sangat sayang pada adik

bungsunya. Mereka ada tiga bersaudara. Yang pertama kakak Bram perempuan, Erina

atau yang biasa dipanggil Nana dan sudah menikah punya satu anak. Bram anak ke

dua dan satu-satunya laki-laki, serta si bungsu Sasa, yang kebetulan umurnya

terpaut jauh dengan Bram, 13 tahun. Jadi sangat manja dengan ke dua kakaknya.

Sasa masih kelas satu SMA.

“Emang mau beli apa lagi

sih?  Kayaknya baru kemaren minta duit.?”

Tanya Bram sambil nyubit hidung adiknya. Sasa memang lebih suka ngerjain

kakaknya dan dia lebih sering minta uang ke kakaknya dari pada ke maminya.

Menurut dia, kapan lagi. Mumpung kakaknya belum punya istri. Dan Bram pun tidak

keberatan dan sering memanjakan adiknya. Tapi dia juga keras dalam mengawasi

adik perempuannya. Apalagi urusan pacar. Bram lebih cerewet daripada papi dan

maminya.

“Ada sneaker model baru

mas. Kmaren Sasa lihat di mall. Ntar malem jalan yuk, keburu diambil orang..”

rengek Sasa.

“Itu sepatu segitu banyak

masih kurang ya...?’ tanya Bram heran

“Ini beda mas... warna

dan modelnya bagus. Yaaa... please....bener ya mas....” kata Sasa dengan muka

memelas sambil menggoyang-goyangkan kedua tangan kakaknya dan kelihatan sangat

imut. Sasa memang cantik. Dengan wajah mungilnya dia masih pantas jadi anak SMP

dan kebetulan garis-garis wajahnya sangat mirip dengan Bram. Jadi siapapun yang

melihatnya akan tahu kalau mereka kakak adik. Bram sangat gemas melihat wajah

adiknya. Makanya dia tarik adiknya dan dikempit kepalanya di ketiak sambil

tertawa. Rambut adiknya diacak-acak lagi.

“Maaassss....lepasin....bau

tauuuukkk. Mamiii...toloonggg...!!!!” teriak Sasa sambil memukul-mukul punggung

kakaknya.

“Hiiihhhh...brisik...!!!”

kata Bram sambil melepaskan adiknya.

“Ampuuunn.....kenapa lagi

sih ini ber dua ribut-ribut...?” tanya papi sambil melangkah ke sofa di depan

TV.

“Mas Bram pi iseng

mulu...weeekkkk...!!!” Sasa meleletkan lidah sambil berlari ke arah papinya.

“Eeee....sudah...sudah

ayo pada makan daripada ribut terus. Nih sudah siap semua. Ayo pap makan dulu”

kata mami.

Mereka memang keluarga

yang harmonis. Hubungan orang tua dengan anak dan antar anak sangat dekat.

Saling menyayangi dan saling peduli.

“Bram anaknya tante Anie,

temen mami yang sering ke sini udah lulus kuliah lho, mami kenalin sama kamu

ya. Anaknya cantik...” tiba-tiba maminya bicara, setelah selesai makan.

“Huuukk...hukkk...” tiba-tiba

Bram tersedak mendengar omongan maminya. Sasa yang duduk di sebelah kakaknya

menyodorkan air putih ke hadapan kakaknya.

“Gak usah kaget gitu kali

mas....kayak apa aja baru denger mau dikenalin cewek.” ledek Sasa

Bram melotot mendengar

ledekan adiknya, lalu menarik kuping Sasa.

“Aduuuhhhh...sakit tau

mas...!” Sasa mendelik ke kakaknya.

“Gimana Bram...kapan kamu

ada waktu..?” tanya maminya lagi

“Ntar dulu dech mi...Bram

lagi sibuk, gak ada waktu...” Bram mengelak permintaan maminya.

“Kamu ini...kapan lagi..?

Ingat umurmu udah berapa.....ntar udah tua masih punya orok kan gak lucu. Mau

nunggu apalagi sih...?” tanya maminya lembut. Yaaa...maminya memang seorang

wanita yang lembut kalau bicara. Meskipun usianya sudah setengah abad lebih,

tapi wajahnya masih cantik, benar-benar wajah khas wanita Jawa. Papinya pun

meskipun sudah berumur, tapi garis-garis ketampananya masih ada, apalagi masih

ada darah bangsawan, sehingga wajahnya terlihat sangat berkharisma. Makanya tidak

heran kalau ke tiga anak-anaknya juga mewarisi wajah yang menawan.

“Mi.... please... kasih

waktu Bram ya..... Bram janji dech... Oke..?” jawab Bram dengan wajah dibuat

sedih

“Hmmm...kamu ini,

selaluuu... saja janji-janji terus. Kayaknya mami sampai hapal dech sama

janji-janji kamu...” jawab maminya dengan muka sedikit cemberut, meskipun nada

suaranya masih lembut

“Eeeee... bener mi, biar

aja mas Bram begini dulu. Soalnya kalau mas Bram nikah, ntar Sasa gak bisa

minta duit lagi... heeee.....” tiba-tiba Sasa memotong pembicaraan maminya.

“Hussss... kamu ini... mau

apa kamu punya kakak jadi perjaka tua....?

“Eiiitttsss... belum tua

kali mi, umur belum 30 ini...” Bram protes dibilang perjaka tua

“Iyaaa.... tapi mau

sampai kapan...? tanya maminya lagi

“Janji dech... gak lama

lagi mam. Suer....” jawab Bram sambil mengacungkan dua jarinya

Memang bukan sekali dua

kali pembicaraan seperti itu berlangsung. Dan Bram selalu saja mengelak. Bahkan

dia sampai hapal kalimat-kalimat maminya tiap kali membicarakan hal yang serupa.

Bram tidak mau memberi harapan pada maminya, yang akhirnya akan membuat maminya

kecewa. Dan memang sampai dengan saat ini dia belum benar-benar mau membuka

hatinya. Tapi..... ah... Renata...... gadis dengan wajah sendu itu.... kapan

bisa lihat wajahnya lagi ya?

“Wooiiii.... diajak ngobrol

malah bengong. Hayoooo... mikirin siapa..?” tida-tiba suara Sasa yang cempreng

di dekat telinganya membuat Bram kaget.

“Eeettt.... dah.... ngagetin

aja. Pelan-pelan napa...!!!” Bram melotot sambil mencubit hidung adiknya

“Aduuuhhh... sakiiittt...

mas. Lepasin...!!!” teriak Sasa sambil memukul kakaknya. Bram melepaskan hidung

Sasa yang terlihat memerah. Papi dan maminya geleng-geleng kepala melihat ulah

kakak adik yang kadang-kadang seperti kucing sama tikus, ribut terus. Tapi kalau

salah satu tidak kelihatan, satunya pasti mencari-cari.

“Mamimu bener Bram... kamu

mau sampai kapan begini terus... papi  sudah makin tua. Sudah saatnya kamu gantiin papi di perusahaan. Jangan

asyik dengan duniamu sendiri. Asyik kerja di lapangan berhari-hari seperti

sekarang. Di rumah seminggu, ke lapangan sepuluh hari sampai dua minggu, bahkan

bisa sebulan. Paling tidak, kalau kamu gantiin papi kan gak harus turun ke

lapangan kecuali ada hal-hal mendesak dan itupun tidak lama. Apalagi ada Arya

yang bisa bantuin kamu....” kata papinya panjang lebar.

“Piii... Bram kan masih

belajar... dan....” jawab Bram

“Belajar sampai kapan

lagi...?” papinya memotong.

“Sudah berapa tahun kamu

kerja di luar? Papi rasa sudah cukup Bram. Apalagi dengan posisimu yang sekarang,

papi rasa sudah banyak ilmu yang kamu dapat. Karena untuk mencapai posisimu

itu, bukan hal yang mudah. Dan papi tau itu. Papi kan kenal baik dengan pak

Hendrawan, bos besar kamu itu. Banyak hal yang pak Hendrawan bicarakan tentang

kinerja kamu.. Dan kamu merupakan salah satu orang penting di perusahaan pak

Hendrawan karena kinerjamu yang bagus. Apa itu belum cukup buat kamu? Papi rasa

kalau kamu balik, prospeknya akan lebih bagus buat perusahaan kita, karena di

bawah kendalimu  bisa bermitra dengan pak

Hendrawan, dan pak Hendrawan pasti setuju bekerjasama dengan kamu.”

“Iya pi... ntar Bram

pikirkan lagi. Papi gak usah kuatir. Bram pasti balik kok. “ janji Bram

“Lhoooo.... papi ini

gimana sih kok jadi urusannya ke bisnis, ini kan lagi ngomongin soal jodoh buat

Bram pi..” mami protes.

“Iya mi.... tapi kan masa

depan perusahaan juga mesti dipikirin juga. Dan itu tugasnya Bram.” Jawab papi

dengan sabar.

*****

Sementara di rumah

Renata.

Pulang dari gereja,

dengan muka lesu Renata memasuki rumahnya. Dia disambut sama pembantunya, mbok

Jum, yang sangat setia.

Mbok Jum mengasuh Renata

sejak dari kecil dan sudah menganggab seperti anaknya sendiri. Begitu Renata

putus dari pacarnya, dan memutuskan untuk pindah ke Jakarta, maka ibunya

menyuruh mbok Jum untuk menemani Renata yang tinggal di rumah kakak

laki-lakinya, yang kebetulan pindah tugas ke Kalimantan bersama keluarganya.

Ibunya tidak tega membiarkan Renata tinggal sendirian di Jakarta dalam kondisi

terpuruk karena dikhianati pacarnya , makanya mbok Jum pun ikut diboyong ke Jakarta

untuk menemani dan mengurus keperluan sehari-hari Renata. Mbok Jum juga sangat

kasihan dan prihatin dengan nasib yang dialami Renata. Dia tau persis bagaimana

kondisi Renata, karena dari kecil dia mengasuh, sehingga seperti ada keterikatan

batin antara Renata dengan pengasuhnya. Dia heran kenapa momongannya yang baik

hati itu dikhianati pacarnya.

“Jeng Rena sudah pulang,

kok mukanya kusut begitu, kenapa?” tanya mbok Jum begitu membuka pintu untuk

Renata.

“Gak papa mbok, cuma

sedikit pusing “

“Biar mbok kerokin ya,

mungkin masuk angin.”

“Gak usah mbok, buat

tidur juga ntar ilang sendiri.” Jawab Renata sambil duduk di sofa.

“Kalau begitu makan siang

dulu ya, terus tidur. Nanti sore kan sudah seger kembali. Mbok  bikin pepes ikan mas sama sambel trasi lho,

ada lalapan juga.” Kata mbok Jum sambil tersenyum.

Renata sebenarnya malas

makan dan pengen langsung tidur. Tapi dia kasihan sama mbok Jum yang sudah

repot-repot masak untuk dirinya. Memang itulah tujuan ibunya menyuruh mbok Jum

ikut ke Jakarta. Karena sejak putus dengan pacarnya, kebiasaan Rena mengurung

di kamar, makan pun harus dipaksa-paksa. Bahkan sudah beberapa kali masuk rumah

sakit karena kondisinya yang drop dengan penyakit anemia yang menyebabkan

sering pingsan tiba-tiba.. Dan sebenarnya orang tuanya keberatan ketika Renata

memutuskan untuk pergi ke Jakarta. Tapi tekad Renata yang kuat, membuat orang

tuanya mengalah, tapi mbok Jum harus ikut.

Niat Renata, dengan pergi

ke Jakarta dia akan melupakan semua sakit hatinya. Terlebih dengan kesibukan

kerjanya yang kadang-kadang mengharuskan pergi ke luar kota untuk beberapa

hari. Dan Renata beruntung bisa sekantor dengan sahabat lamanya Tia yang sudah

terlebih dahulu bekerja di kantornya.

“Rena ganti baju dulu

mbok baru makan. Tapi pepesnya saja ya gak usah pake nasi.”

“Lhoooo.... kok makan gak

pake nasi jeng. Dikit aja ya nasinya jeng. Ntar sakit lagi lhoo.”

“Yo wis mbok bentar lagi

aku makan.” Jawab Renata sambil melangkahkan kakinya ke kamar untuk ganti

pakaian.

Mbok Jum memandangi punggung

momongannya yang cantik itu sambil berkata dalam hati, kasihan jeng Rena. Semoga

mendapat jodoh yang benar-benar baik dan bertanggungjawab.

Terpopuler

Comments

Amarantha Chitoz

Amarantha Chitoz

msh penasaran

2024-08-13

0

Herni

Herni

kok gak diceritain penghianatannya gmana ya🤭

ato sy yg gak ngeh ya...hehe

2021-11-12

0

Rosmanto Marvell

Rosmanto Marvell

hadir

2021-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 *SATU*
2 Episode 2
3 Episode 3
4 Episode 4
5 Episode 5
6 Episode 6
7 Episode 7
8 Episode 8
9 Episode 9
10 Episode 10
11 Episode 11
12 Episode 12
13 Episode 13
14 Episode 14
15 Episode 15
16 Episode 16
17 Episode 17
18 Episode 18
19 Episode 19
20 Episode 20
21 Episode 21
22 Episode 22
23 Episode 23
24 Episode 24
25 Episode 25
26 Episode 26
27 Episode 27
28 Episode 28
29 Episode 29
30 Episode 30
31 Episode 31
32 Episode 32
33 Episode 33
34 Episode 34
35 Episode 35
36 Episode 36
37 Episode 37
38 Episode 38
39 Episode 39
40 Episode 40
41 Episode 41
42 Episode 42
43 Episode 43
44 Episode 44
45 Episode 45
46 Episode 46
47 Episode 47
48 Episode 48
49 Episode 49
50 Episode 50
51 Episode 51
52 Episode 52
53 Episode 53
54 Episode 54
55 Episode 55
56 Episode 56
57 Episode 57
58 Episode 58
59 Episode 59
60 Episode 60
61 Episode 61
62 Episode 62
63 Episode 63
64 Episode 64
65 Episode 65
66 Episode 66
67 Episode 67
68 Episode 68
69 Episode 69
70 Episode 70
71 Episode 71
72 Episode 72
73 Episode 73
74 Episode 74
75 Episode 75
76 Episode 76
77 Episode 77
78 Episode 78
79 Episode 79
80 Episode 80
81 Episode 81
82 Episode 82
83 Episode 83
84 Episode 84
85 Episode 85
86 Episode 86
87 Episode 87
88 Episode 88
89 Episode 89
90 Episode 90
91 Episode 91
92 Episode 92
93 Episode 93
94 Episode 94
95 Episode 95
96 Episode 96
97 Episode 97
98 Episode 98
99 Episode 99
100 Episode 100
101 Episode 101
102 Episode 102
103 Episode 103
104 Episode 104
105 Episode 105
106 Episode 106
107 Episode 107
108 Episode 108
109 Episode 109
110 Episode 110
111 Episode 111
112 Episode 112
113 Episode 113
114 Episode 114
115 Episode 115
116 Episode 116
117 Episode 117
118 Episode 118
119 Episode 119
120 Episode 120
121 Episode 121
122 Episode 122
123 Episode 123
124 Episode 124
125 Episode 125
126 Episode 126
127 Episode 127
128 Episode 128
129 Episode 129
130 Episode 130
131 Episode 131
132 Episode 132
133 Episode 133
134 Episode 134
135 Episode 135
136 Episode 136
137 Episode 137
138 Episode 138
139 Episode 139
140 Episode 140
141 Episode 141
142 Episode 142
143 Episode 143
144 Episode 144
145 Episode 145
146 Episode 146
147 Episode 147
148 Episode 148
149 Episode 149
150 Episode 150
151 Episode 151
152 Episode 152
153 Episode 153
154 Episode 154
155 Episode 155
156 Episode 156
157 Episode 157
158 Episode 158
159 Episode 159
160 Episode 160
161 Episode 161
Episodes

Updated 161 Episodes

1
*SATU*
2
Episode 2
3
Episode 3
4
Episode 4
5
Episode 5
6
Episode 6
7
Episode 7
8
Episode 8
9
Episode 9
10
Episode 10
11
Episode 11
12
Episode 12
13
Episode 13
14
Episode 14
15
Episode 15
16
Episode 16
17
Episode 17
18
Episode 18
19
Episode 19
20
Episode 20
21
Episode 21
22
Episode 22
23
Episode 23
24
Episode 24
25
Episode 25
26
Episode 26
27
Episode 27
28
Episode 28
29
Episode 29
30
Episode 30
31
Episode 31
32
Episode 32
33
Episode 33
34
Episode 34
35
Episode 35
36
Episode 36
37
Episode 37
38
Episode 38
39
Episode 39
40
Episode 40
41
Episode 41
42
Episode 42
43
Episode 43
44
Episode 44
45
Episode 45
46
Episode 46
47
Episode 47
48
Episode 48
49
Episode 49
50
Episode 50
51
Episode 51
52
Episode 52
53
Episode 53
54
Episode 54
55
Episode 55
56
Episode 56
57
Episode 57
58
Episode 58
59
Episode 59
60
Episode 60
61
Episode 61
62
Episode 62
63
Episode 63
64
Episode 64
65
Episode 65
66
Episode 66
67
Episode 67
68
Episode 68
69
Episode 69
70
Episode 70
71
Episode 71
72
Episode 72
73
Episode 73
74
Episode 74
75
Episode 75
76
Episode 76
77
Episode 77
78
Episode 78
79
Episode 79
80
Episode 80
81
Episode 81
82
Episode 82
83
Episode 83
84
Episode 84
85
Episode 85
86
Episode 86
87
Episode 87
88
Episode 88
89
Episode 89
90
Episode 90
91
Episode 91
92
Episode 92
93
Episode 93
94
Episode 94
95
Episode 95
96
Episode 96
97
Episode 97
98
Episode 98
99
Episode 99
100
Episode 100
101
Episode 101
102
Episode 102
103
Episode 103
104
Episode 104
105
Episode 105
106
Episode 106
107
Episode 107
108
Episode 108
109
Episode 109
110
Episode 110
111
Episode 111
112
Episode 112
113
Episode 113
114
Episode 114
115
Episode 115
116
Episode 116
117
Episode 117
118
Episode 118
119
Episode 119
120
Episode 120
121
Episode 121
122
Episode 122
123
Episode 123
124
Episode 124
125
Episode 125
126
Episode 126
127
Episode 127
128
Episode 128
129
Episode 129
130
Episode 130
131
Episode 131
132
Episode 132
133
Episode 133
134
Episode 134
135
Episode 135
136
Episode 136
137
Episode 137
138
Episode 138
139
Episode 139
140
Episode 140
141
Episode 141
142
Episode 142
143
Episode 143
144
Episode 144
145
Episode 145
146
Episode 146
147
Episode 147
148
Episode 148
149
Episode 149
150
Episode 150
151
Episode 151
152
Episode 152
153
Episode 153
154
Episode 154
155
Episode 155
156
Episode 156
157
Episode 157
158
Episode 158
159
Episode 159
160
Episode 160
161
Episode 161

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!