“Mau pesan apa Ren...?”
tanya Bram setelah mereka duduk sambil memperlihatkan daftar menu. Renata melihat
sejenak, kemudian menoleh ke arah Bram.
“Aku pengen makan indomie
saja mas..., pakai cabe yang banyak. Kayaknya enak dengan udara dingin begini...”
“Lhoooo... kok cuma indomie.
Masak jauh-jauh kesini makan indomie sih..” Bram protes dengan pilihan Renata.
“Iiihhh... gak papa kali
mas.... aku pengennya itu....” Renata gak mau kalah.
“Oke dech... kalau memang
maunya itu...” akhirnya Bram mengalah. Bram pun memilih menu sendiri.
Mereka sangat menikmati
makan siang, apalagi dengan suasana sekitar yang sangat sejuk. Bram pun senang
melihat wajah Renata ada sedikit
keceriaan. Setelah menyelesaikan makannya, merekapun tidak buru-buru meninggalkan
rumah makan. Mereka tetap duduk menikmati pemandangan sekitar.
Hari Senin setelah masuk
ke kantor kembali, Bram telephone Renata ketika Renata baru saja selesai
meeting.
“Halooo... ya mas ada apa..?
“Ren ntar sore aku jemput
ya...”
“Gak usah mas...aku juga gak
tahu jam berapa pulang. Lagi ada kerjaan. Aku pulang sendiri aja.”
“Ren...aku tungguin gak
papa..”
“Mas makasih, gak usah...
besok-besok aja lagi.”
“Renata...kamu tidak
sedang menghindari aku kan...?” tanya Bram hati-hati.
“Mas...mengapa bilang
begitu...?”
“”Kamu menolak aku jemput..”
“Jangan berpikir yang
aneh-aneh dech. Aku memang lagi bayak kerjaan mas...”
“Oke kalau begitu. Jadi
kamu tetap pulang sendiri..?”
“Iya mas, gak papa..”
Bram menutup pembicaraan.
Renata menghela nafas berat. Dia kasihan juga dengan Bram yang tetap bersikap lembut
dan sabar meskipun sering Renata menolak ajakan Bram. Hatinya belum bisa
terbuka untuk Bram dan siapapun laki-laki yang mendekatinya. Apalagi selain
Bram, sekarang yang juga gencar mendekatinya adalah Erwin. Dan sialnya ruangan
dia satu lantai dengan ruangan Erwin meskipun tidak berdekatan. Tapi paling tidak
setiap hari Erwin bisa menemuinya. Dan ini yang membuat Renata tidak nyaman.
Karena teman-temannya juga sudah tahu kalau Erwin sedang berusaha mendekati
Renata. Apalagi Renata dan Tia masuk dalam tim kerja Erwin yang mengharuskan mereka
kadang-kadang harus dinas ke luar kota bersama. Tapi selagi dalam tim ada Tia,
Renata masih bisa lega, ada teman yang membantu bikin alasan untuk menghindari
Erwin.
Tiba-tiba ponsel Renata
berbunyi nada panggilan. Setelah dibuka, ternyata Erwin yang menelphone.
“Siang pak...”
“Sibuk Ren...?”
“Gak juga pak, tapi masih
ada kerjaan yang harus selesai...”
“Nanti sore kita pulang
bareng ya...”
“Maaf pak nanti sore saya
ada janji dengan sodara saya. Ada yang harus diselesaikan. Maaf pak...”
“Oke dech kalau begitu.
Besok siang aja kita makan keluar ya...”
“Eeemmm....”
“Jangan menolak Ren...sekali-sekali
kita makan bareng ya...”
“Coba gimana besok pak.
Saya belum bisa janji. Maaf...”
“Oke, lanjut aja ya, sory
ganggu kamu lagi kerja. Daaa...”
Setelah Erwin memutus pembicaraan,
Renata menghela nafas panjang. Dia harus cari alasan lagi untuk menolak halus
permintaan Erwin. Dan Erwin pun tidak putus asa meskipun Renata sering menolak
ajakannya makan siang keluar maupun pulang bareng.
Dan sore ini pun terpaksa
Renata menerima tawaran Tia untuk pulang bareng dengan Arya. Selain karena hari
sudah mulai malam, Renata juga merasa badannya tidak enak dan pusing, yang dia
rasakan sejak tadi pagi. Sebenarnya dia pengen ijin tidak masuk, tapi karena
hari ini ada meeting penting, jadi dia terpaksa tetap ke kantor.
“Kenapa kamu Ren kok
pegang kepala terus...?” tanya Tia di mobil
“Agak pusing nih, kayaknya
gara-gara kemaren kehujanan.”
Yaaa... memang kemaren pas
Bram mengajak jalan-jalan di daerah Lembang mereka sempat kehujanan, meskipun
tidak deras.
“Kalau begitu kita anter
aja kamu sampai rumah..”
“Eee... gak usah. Aku turun
di tempat biasa aja, nyambung taxi.”
“Udaaahhh... gak papa.
Biar sekalian jalan.. Eh... tadi bukanya pak Erwin ngajak kamu pulang bareng ya...
Soalnya aku sempet ketemu dia, katanya dia mau ngajak kamu bareng.”
“Iya... tadi phone aku..”
“Ehemmm...” Tiba-tiba
terdengan suara Arya. “Asyik juga Ren ada gebetan yang deket. Bisa ketemu tiap
hari...heee..”
Arya meledek Renata.
“Apaan sih mas...yang ada
pusing tauuukk. Tiap hari nongol, gak enak ma temen-temen.” Jawab Renata.
“Makanya resmiin aja sama
Bram. Biar semua orang tau dan dia berhenti deketin kamu”
“Saran yang bagus tuh
mas..” jawab Tia, setuju dengan usul Arya.
“Dihhh...kalian main
keroyok..”
“Tapi bener kok Ren usul
mas Arya. Nunggu apa lagi coba...?”
“Udah ah...gak usah
dibahas. Tambah pusing aku.!” Jawab Renata cemberut.
Tak lama, mobil sampai di
depan rumah Renata.
“Trims mas Arya, Tia. Sampai
ketemu besok.”
Setelah mobil Arya
berlalu, Renatapun masuk ke dalam rumah.
Semalaman Renata tidak
bisa tidur nyenyak. Selain badannya merasa tidak enak, dia juga memikirkan
jawaban apa yang akan diberikan kepada Bram, setelah ungkapan isi hatinya di Bandung
beberapa hari yang lalu. Apakah dia mau menerima Bram atau menolaknya? Kalau menerima,
hatinya belum siap dan dia tidak mau mengecewakan Bram dengan berpura-pura
mencintainya. Dia tidak mau Bram kecewa, bahkan sakit hati. Tapi menolaknya?
Bram baik, dan dia merasa
nyaman di samping Bram. Hanya nyaman, bukan perasaan cinta. Karena cintanya sudah hilang dari hatinya, dan untuk memulai
lagi sangat sulit. Akhirnya Renata tertidur dengan pikiran yang berkecamuk.
Bangun pagi terasa malas
untuk Renata. Kepalanya makin terasa pusing, tapi dia harus tetap ke kantor,
karena ada dokumen yang harus disiapkan untuk dibawa ke Surabaya minggu depan.
Sampai di kantor, Renata
makin merasa tidak enak badan, tapi dia tetap bertahan dan menyelesaikan
dokumen. Tapi jam sebelas dia sudah tidak tahan dan mau ijin pulang duluan.
“Tia aku gak enak badan,
pulang dulu ya. Kalau pak Erwin tanya dokumen yang buat ke Surabaya sudah aku
siapin, ada di meja. Jangan bilang kalau aku sakit, bilang aja lagi ada perlu.”
“Kamu pulang naik apa?”
“Taksi aja. Pokoknya gak
usah bilang siapa-siapa, ya. Termasuk mas Bram juga. Aku gak mau dia repot.”
“Tapi Ren, kalau mas Bram
nanya-nanya gimana...? Aku kan gak enak kalau bohong.”
“Halaahhh...gak mungkin,
dia lagi sibuk di lapangan..”
“Oke dech...ati-ati ya.
Sini dokumennya biar aku yang simpan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Amarantha Chitoz
hadeeeeeuuuuhhhh
2024-08-18
0
Othor Santai Maksimal❤🖤
semangat
2021-04-30
0
Yanti Anin
gemes bgt liat renata udh bram tinggalin
2021-01-17
1