Tatapan mata kosong terlihat dimata Hanum. Cukup lama berdiam diri didepan kaca jendela. Bram memperhatikan sedari tadi gadis dihadapanya. Semakin dalam penyesalan yang ia rasakan.
Seketika Hanum membalikkan tubuhnya berjalan menuju tempat tidur lalu duduk diam membisu. Secepat kilat Bram bersembunyi di balik pintu.
Khawatir akan ketahuan Hanum dan tak ingin mendapatkan respon spontan gadis itu seperti tadi pagi.
Tiba-tiba Hanum berdiri kemudian terlihat sedang mencari sesuatu dilaci dan semua yang ada dilemari dikeluarkannya.
Entah barang apa yang sedang dicarinya. Kemudian tiba-tiba wanita itu terdiam lagi dan menatap sesuatu yang ditemukannya pada sebuah laci.
Bram sungguh terkejut sebuah gunting sudah ada digengaman Hanum, tanpa pikir panjang secepat kilat Bram berlari menuju Hanum.
"Apa yang kamu lakukan?, teriak Bram seraya meraih gunting yang ada ditangan Hanum."
Ujung runcing gunting tepat ditangan Bram dan sebagiannya lagi masih ditangan Hanum.
Hanum terkejut dengan spontan menancapkan gunting kearah tubuh Bram sehingga terpojok pada satu dinding kamar.
Rasa amarah yang memberi kekuatan pada Hanum sekuat itu. Dengan mata penuh amarah ia hunus kan gunting yang masih ditangannya.
"Kamu lelaki keji! Teriak Hanum keras."
Dengan sekuat tenaga ditekannya gunting yang ditangan mengenai bagian kanan atas bahu Bram.
Perlahan Bram lepaskan tangannya yang memegang bagian runcing gunting itu. Bram membiarkan gunting ditangan Hanum menusuk bahunya.
"Lampiaskan amarah mu jika itu dapat menebus dosa ku kepada mu," ucap Bram sambil menatap wajah Hanum dengan rasa putus asa.
Seketika darah pun merembes di jas Bram. Melihat darah yang menetes keluar dari baju Hanum jadi panik dan melepaskan gunting dari genggamannya.
"Apa yang aku lakukan ?, aku telah membunuhnya !!!. Teriak Hanum sambil membalikkan badan dan menarik rambut."
Hanum terlihat histeris dan melihat kedua tanganya. "Aku telah membunuh nya ! Ucap nya berulang-ulang kali."
Menutup wajah dengan kedua tanganya dengan histeris.
Melihat keadaan Hanum, Bram mencabut gunting yang tertancap dibahunya. Tanpa menghiraukan rasa perih dan darah yang keluar dari jasnya ia mendekati Hanum lalu memeluk dari belakang tubuh gadis itu sekuatnya.
"Maaf kan aku....Aku masih hidup buka mata mu. Luka ini tidak membunuh ku lihat lah," ujar Bram seraya membalikkan tubuh Hanum tepat didepannya.
Hanum membuka mata lalu melihat lelaki dihadapannya itu. Tangis Hanum pun pecah dan Bram kembali memeluk kuat Hanum. Membiarkan gadis itu menangis dipelukannya.
Bram merasakan tubuh yang dipeluknya melemah seketika Hanum tak sadarkan diri kembali.
"Bagun.....Hanum bangun....." Ucap Bram sambil mengoyangkan wajah Hanum.
" Toloooong....." Teriak Bram panik.
Mama dan Pak Kus bergegas naik kelantai dua menuju sumber suara. "Bram apa yang terjadi dan Hanum bisa pingsan lagi? apa yang kamu lakukan?. Pak Kus cepat telpon dokter Rini, perintah mama."
"Baik Nyah." Jawab pak Kus singkat.
Segera lelaki tua itu melaksanakan perintah majikannya.
Hanum sudah berada diatas tempat tidur, tangan Bram menggenggam erat tangan Hanum.
"Ku mohon sadarlah buka mata mu, maafkan aku.... Mama. Hanum akan baik-baik saja kan ma?, tanya Bram panik."
"Bram dia pingsan kendalikan dirimu." Ucap mama dengan lembut.
Dokter Rini tiba dengan cepat kemudian lansung memeriksa Hanum.
Setelah melakukan pemeriksaan lalu berkata :
"Dia butuh seseorang yang dapat menghibur nya, jangan membuat nya semakin stres. Sudahkah menghubungi keluarganya?, dia butuh suport dari orang yang dikenal dan disayangi untuk bangkit dari peristiwa kelam itu. Kalau seperti ini berkelanjutan maka akan memperburuk kodisi kesehatan dan kejiwaanya," ucap dokter Rini dengan nada serius sambil menatap kearah Bram.
###
Dukung terus author dengan like dan komen yang membangun ya 😊😊.. Yuk kita lanjut episode berikutnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 283 Episodes
Comments
Ghazy Al Ghifari
next
2021-03-27
0
YENK
sport jantung thor
2021-03-14
1
Dewi Dewisya
dag dig dug aq bacanya
2020-11-07
1