Anne menunggu dengan tenang, akan lebih baik jika Reneva tertidur setelah mabuk. Sampai Heinrych tiba-tiba datang ke dalam kamar.
Sejak masuk ke rumah ini, Anne sadar dia tidak bisa diam saja. Saat ini Reneva tidak terlihat waras bagi siapapun, Anne harus menghentikan Heinrych.
Tapi Heinrych melihat semua ini dengan matanya sendiri, entah masalah apa yang akan mereka dapatkan karena hal ini.
" Anne.. Anne.. "
Reneva berteriak gugup karena lampu kamar yang tiba-tiba menyala. Dia berjanji untuk tidak marah pada Anne, namun tidak ada jawaban dari Anne yang membuat Reneva merasa marah dan putus asa.
Reneva bergumul dengan keinginannya untuk membunuh Hans dan Heinrych. Tidak, itu bukan Hans atau Heinrych, tapi keinginan untuk melukai dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa dia bisa melakukannya jika tempat itu terang.
Sekarang, bukan Anne yang melihat keputusasaannya tapi Heinrych. Dia berdiri dihadapannya dengan ekspresi yang entah seperti apa.
Reneva tidak ingin menunjukkan sisi dirinya yang ini pada Heinrych. Tapi Reneva kehilangan kata-katanya dan hanya menatap Heinrych. Heinrych pun menatapnya dengan cara yang sama.
Reneva segera menyadarkan pikirannya. Dia tidak akan mendapatkan apapun jika terus seperti ini. Namun semua alasan yang sudah ia pikirkan, lenyap begitu saja oleh kata-kata kejam Heinrych.
Saat itulah, Reneva mulai kehilangan kesabarannya dan bicara pada Heinrych.
Apa benar bahwa dirinya bohong, jika dia tidak mengharapkan apapun dari Heinrych?
Dia bisa saja mencurahkan semua perasaannya saat ini, ketika Heinrych berada sangat dekat dengannya.
" Jadi kau mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahan ku? "
Reneva terdiam, ia tahu bahwa semua ini pun bukan salah Heinrych. Seluruh tubuhnya terasa sakit, sehingga dia tidak bisa bernapas dengan benar.
Reneva duduk di tempat tidur yang dipenuhi dengan noda merah dari wine dan meneteskan air mata.
Setelah Heinrych pergi, ia mulai berpikir teguran apa yang akan dia dapat setelah melakukan semua keributan ini.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pada hari-hari hujan, dia selalu memikirkan saat-saat dia bisa tertawa dan bicara tanpa ada yang memperhatikannya.
Seperti menjadi sebuah kebiasaan, tubuhnya mengikuti hujan meski dia tidak bisa lagi mengingat masa lalu.
Seperti hari ini.
" Hujannya terlalu deras hari ini, jadi akan sulit untuk jalan-jalan. "
Anne berkata dengan hati-hati pada Reneva yang sedang bersiap untuk jalan-jalan.
" Tidak apa-apa. "
" Tapi ke rumah kaca, itu sedikit... "
" Ayolah.. "
Reneva tidak berhenti membujuk Anne.
Reneva bisa melihat bunga meski di hari hujan jika dia pergi ke rumah kaca. Bukan karena dia menyukai bunga, tapi ibunya Kalina-lah yang menyukai bunga.
Selain itu, bunga akan terus mengingatkannya bahwa ibunya masih berada ditangan Hans.
Anne melihat ekspresi Reneva yang terlihat memikirkan sesuatu, dia menundukkan kepalanya seolah dia sudah kalah.
" Oke, kita akan pergi ke rumah kaca. "
Taman didalam ruangan itu begitu menakjubkan, karena dirawat dengan hati-hati.
Dia dengar bahwa Heinrych yang menyuruh mereka untuk merawat rumah kaca itu, karena dia sangat menyukai bunga. Reneva terkejut karena saat kecil Heinrych tidak menyukai bunga.
Reneva duduk diam ketika sampai di rumah kaca. Suara hujan diluar terdengar memekakkan telinga.
Anne tidak tahu apa yang Reneva pikirkan. Mungkin dia hanya terganggu karena upacara pernikahan dan kedatangan Hans setiap hari.
Anne tidak tahu apa yang mereka bicarakan saat Hans datang berkunjung.
" Bisakah aku keluar? "
Setelah beberapa saat, permintaan tidak terduga keluar dari mulutnya.
Anne melihat hujan deras di luar dan menggelengkan kepalanya. Dia tidak bisa mengijinkan Reneva keluar.
" Aku akan berdiri didepan pintu, aku akan ke sana sebentar karena disini terasa pengap. "
Bagi Anne, itu bukan lagi permintaan tapi perintah dari nyonya Fermont. Dia tidak bisa melihat seseorang yang tidak pernah melakukan hal apapun yang dia inginkan, meminta padanya sampai begini.
Saat Anne tidak menjawab, Reneva perlahan berjalan keluar ia berpikir bahwa itu adalah jawaban setuju. Saat dia menghirup angin di luar, akhirnya dia merasa lebih mudah untuk bernapas.
Untung saja bagian atapnya cukup lebar, tetesan air yang jatuh ditelapak tangannya dari ujung atap terasa dingin.
Reneva mengingat pembicaraannya dengan Hans beberapa waktu lalu, saat melihat tetesan air hujan.
Reneva menanggapi Hans yang sudah gila, ia menanyakan kenapa Reneva setuju mengadakan upacara pernikahan itu.
" Bukankah kita bisa meracuni Isabella. "
Reneva tidak percaya dia bisa mengatakan hal semacam itu tanpa ekspresi.
" Apa kau serius? "
" Bukankah sekarang adalah waktu yang tepat, aku tidak bisa bertemu Isabella sendirian karena Heinry melarangnya bertemu dengan ku secara pribadi. "
" Kacau. "
" Bukankah lebih baik menyingkirkannya sekarang, sebelum dia sah menjadi istri Heinry. "
" Tapi ini acara yang kau siapkan, jika terjadi sesuatu padanya mereka akan mengira itu adalah perbuatan ku. "
" Bukankah ayah bisa mengatasi hal itu. "
Hans menyukai kata-kata Reneva dan mulai memikirkannya. Apakah sekarang dia berpikir bahwa Reneva berguna? Atau mungkin setidaknya ada sesuatu yang lain yang mirip dengannya kecuali wajahnya.
Hans terlihat bersemangat memikirkan cara untuk membunuh Isabella, bahkan dia sudah mendapatkan dokumen acara dan daftar orang yang akan bekerja hari itu dari Reneva.
Reneva memikirkan hal itu saat tetesan air hujan jatuh ditelapak tangannya. Dia lebih suka ditelan oleh hujan ini. Sama seperti empat belas tahun lalu, ia lebih suka mati.
" Selamat sore tuan. "
Saat dia menoleh ke arah suara Anne, Heinrych berdiri didepannya tanpa tahu kapan dia sudah datang.
Sejenak Reneva mengingat Rick kecil yang menangis dibawah hujan. Setelah beranjak dewasa pun, Heinrych masih merasa tidak nyaman dengan hujan.
Heinrych menyalahkannya karena pergi ke tempat itu. Dan dia mengatakan, dia tidak akan membiarkan seseorang yang tidak tahu tempatnya dengan benar.
Reneva merasa akan mati saat ini.
" Kamu tidak terlihat sehat istriku, apa baik-baik saja berjalan-jalan seperti itu dan membuat repot banyak orang. Bukankah sebaiknya kau diam dikamar mu seperti yang biasa kau lakukan? Bawa dia kembali ke kamarnya. "
Tidak ada kata-kata baik yang keluar dari mulut Heinrych.
Heirych bodoh, mari kita abaikan saja dia.
Reneva memutuskan untuk berpikir seperti itu.
Isabella yang baru saja datang dan berdiri dihadapanya terlihat acuh. Entah mengapa Reneva merasa tidak menyesal dengan kata-katanya untuk meracuni Isabella.
Dia berpikir, dia tidak bisa menahan emosinya yang tidak biasa ini. Tapi dia juga tidak bisa membunuh orang yang tidak bersalah.
Selain itu Heinrych sangat mencintai Isabella. Dia ingat saat mereka bermesraan didepannya. Mungkin Isabella memang ditakdirkan untuknya.
Reneva bahkan tidak bisa memakan buah apel, tapi mereka bisa saling menyuapi.
Dia memandang Isabella dengan segala macam pemikiran. Tapi Isabella memalingkan wajahnya seolah malu. Dia terlihat sangat polos, bagaimana mungkin dia berani meracuni wanita itu.
Reneva berhasil menyembunyikan rasa frustasinya dan keluar dari rumah kaca.
Rick tidak menepati janjinya. Janji untuk melindunginya. Janji untuk menyelamatkannya. Janji untuk datang menjemputnya.
Suara hujan menjadi sangat menyayat bagi Reneva.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments