" Apa yang sudah kau lakukan? "
Heinrych masuk ke kamar Isabella dengan raut wajah yang tidak senang.
" Memang apa yang ku lakukan? "
Isabella terlihat tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Heinrych.
" Kau melakukannya sesuka mu? "
" Apa karena aku memegang tanganmu? Atau karena hal lain? Bukankah kamu juga memeluk pinggangku? Seharusnya kamu yang tidak berlebihan melakukannya. "
" Aku sedang membicarakan apa yang kau katakan pada Reneva. Kenapa kau memintanya untuk mempersiapkan acara itu? "
Isabella terlihat tenang, ia melihat pantulan wajah Heinrych dari cermin dihadapannya.
" Aku hanya ingin melihat reaksinya. Bukankah kamu juga penasaran? "
Heinrych tampaknya tidak senang dengan ucapan Isabella.
" Aku sudah dengar bagaimana kamu memperlakukan istrimu. Ternyata kamu jauh lebih kejam dari rumor yang beredar itu?"
" Kau cukup cepat memahami situasinya. Sepertinya aku tidak salah menjadikanmu istri kedua ku. "
" Kamu salah, kita hanyalah sekutu. "
" Jika ayah mu bukan seseorang yang cukup berpengaruh, mungkin Max akan berteriak kasar dari balik pintu itu. "
Isabella hanya tertawa mendengar ucapan Heinrych. Dia tahu bahwa itu bukan hanya sekedar lelucon biasa. Jika dia hanya seorang gadis biasa mungkin saat ini kepalanya sudah melayang.
" Melakukan kontrak dengan Heinrych Fermont adalah sesuatu yang luar biasa. Bagaimana kalau kita menambahkan beberapa hal dalam kontrak kita? "
" Peranmu hanya sebagai istri kedua ku dihadapan umum. "
"Tapi sepertinya kamu memanfaatkan ku lebih dari itu. Apa kamu ingin membuat istrimu cemburu? "
Heinrych mengerutkan keningnya. Kata cemburu hanya ada untuk mereka yang memiliki perasaan satu sama lain. Dia dan Reneva tidak memiliki hal semacam itu dalam pernikahan ini.
" Tidak mungkin. Kita hanya harus berpura-pura menikah karena saling mencintai, agar mereka tidak mengharapkan hal yang mustahil. "
Isabella berjalan mendekati Heinrych.
" Bukankah kamu terlalu dingin. Apa kamu pernah memikirkan kemungkinan jika istrimu juga tidak menginginkan pernikahan ini. Dan ayahnya yang memaksanya melakukan itu. "
"Aku tidak peduli pada seseorang yang bahkan tidak memiliki ekspresi diwajahnya. "
"Jangan membuang waktumu untuk memikirkan hal konyol seperti itu. Bahkan jika aku mati, ekspresi wajahnya akan tetap sama. "
Isabella menutup mulutnya karena pernyataan Heinrych yang terdengar ekstrim itu. Apa sekarang dia menyesal sudah melakukan kontrak dengan pria ini?
" Ayah pasti syok mendengar kabar ini? "
" Marlon Avena pasti tidak ingin kau terlibat dalam pertikaian semacam ini. "
" Aku akan segera membujuk ayahku. "
" Ada rumor yang mengatakan bahwa Keluarga Evacska terlibat pembunuhan ayahmu? "
Isabella bertanya dengan hati-hati.
Rumor yang beredar memang sebuah kenyataan. Saat Heinrych berusia empat belas tahun. Ayahnya yang pergi ke sebuah pertemuan diserang dalam perjalanannya. Kematian itu pun hanya dianggap sebagai sebuah kecelakan, karena tidak ada satu pun bukti yang menguatkan bahwa itu sebuah penyerangan yang disengaja. Hans benar-benar menghilangkan bukti dan saksi hidup dengan sangat rapi.
" Apa kau bisa mencari seseorang yang terpercaya dan membuka lagi kasus itu? "
Isabella tahu, pernikahan ini juga alasan untuk mengalihkan perhatian Hans agar bisa menyelidiki kembali kasus itu.
" Aku sudah mengatakannya berulang kali. Semua bukti dan saksi hidup itu menghilang seperti ditelan bumi. "
" Suruh mereka mencari lebih teliti. "
" Mungkinkah ada sesuatu yang sedang kamu cari? "
Heinrych hanya terdiam.
"Jangan mengatakan sesuatu yang tidak berguna. "
Isabella bisa melihat dengan jelas ekspresi Heinrych yang menyembunyikan sesuatu. Dia hanya menjawab tanpa bertanya lebih banyak lagi.
" Iya. "
Jawaban yang sangat singkat dari Isabella mengingatkannya pada sosok Reneva yang acuh tak acuh, hal itu membuatnya benar-benar merasa frustasi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Rumah itu tampak cukup sibuk dengan acara yang akan segera digelar. Memang cukup ironis saat seorang istri harus mempersiapkan acara pernikahan untuk suaminya sendiri.
Reneva bersikap sangat santai, para pelayan pun bekerja dengan tenang hanya ada Hans yang tidak tenang dan berjalan kesana kemari dengan raut wajah marah.
" Dia menganggap ini rumahnya sendiri. "
Max menceritakan apa saja yang dia dengar dari para pelayan. Tentang bagaimana Hans yang berteriak seperti orang gila didalam kamar Reneva.
" Cukup. Aku bosan mendengarnya. "
" Tapi acara jadi melambat dari jadwal, bukankah ini seperti disengaja? "
" Ini mungkin bukan hanya karena Hans, jika Reneva memang mau melakukannya dia bisa mengerjakannya dengan baik. "
" Kirim orang ke kamar istriku dan katakan padanya untuk cepat menyelesaikan pekerjaan yang ku berikan. Jangan buat aku mengulanginya lagi. "
" Saya akan pergi dan bicara sendiri. "
" Max aku tidak memintamu melakukan itu. "
" Tuan.. "
" Max, diamlah. "
Suara Heinrych menggema diruang kerjanya, membuat Max yang mendengarnya terkejut.
" Cukup, aku tidak ingin mendengar lagi tentang mereka diruang kerjaku. "
" Maafkan saya Tuan. Saya akan berhati-hati. "
" Keluarlah. "
Saat Max keluar dari ruang kerjanya, Heinrych mengusap wajahnya yang tampak lelah. Hans adalah iblis mengerikan yang sepertinya tidak akan bisa mati.
Heinrych mengingatnya dengan jelas, saat diupacara pemakaman ayahnya. Hans memegang pundaknya dengan erat dan berbisik.
" Kau yang selanjutnya. "
Setelah hari itu, upaya pembunuhannya benar-benar terjadi. Makanan yang diracuni dengan racun-racun mematikan, bahkan pembunuh bayaran yang dikirim sebagai pelayan dirumahnya bukan hanya satu atau dua.
Hanya ada satu alasan mengapa dia bisa bertahan hidup sampai hari ini. Dia ingin orang tua gila itu membayar harga yang pantas untuk semua nyawa yang sudah dia hilangkan.
" Aku akan membunuhmu, jadi tunggulah.. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments