Racun

Akhirnya tiba acara terakhir dipesta itu. Gelas yang berisi wine berjejer disetiap meja. Begitu pun dimeja yang ditempati Reneva, Heinrych dan juga Isabella.

Saat Heinrych melihat gelas itu, ia merasa ada sesuatu yang salah.

" Ayo kita bersulang. "

Heinrych mengangkat gelasnya dan berteriak. Dia meminumnya tidak terlalu banyak, namun tidak ada sesuatu yang terjadi padanya. Apakah bukan gelas miliknya?

Isabella memperhatikannya dari samping. Dia tampak lebih gugup dari sebelumnya.

Reneva segera mengangkat gelasnya, saat Heinrych meletakkan gelas miliknya diatas meja.

" Bersulang. "

Reneva berbicara dengan nada dingin. Dia mendekatkan gelas itu ke mulutnya dan segera meminumnya.

Isabella pun segera meraih gelas miliknya, tangannya tampak gemetar. Heinrych kemudian berbisik pelan ditelinga Isabella.

" Tenang saja, kau sudah meminum obat penawarnya bukan? "

Perkataan Heinrych tidak membuatnya merasa aman, saat ia akan meletakkan gelas dibibirnya.

" Uhukk.. "

Reneva yang berdiri disamping Heinrych, memuntahkan darah.

Seketika suasana pesta menjadi tidak terkendali. Hans yang terkejut segera berdiri dari kursinya. Para tamu undangan pun banyak yang berteriak.

Reneva terjatuh dibahu Heinrych. Darahnya mengalir ke jas yang dipakai Heinrych, membuat jas putih itu dipenuhi dengan noda merah dari darah. Tangannya masih gemetar, itu berarti Reneva masih sadar.

Reneva merasa kepalanya akan pecah oleh kebisingan dari suara para tamu itu.

Heinrych memeluk tubuh Reneva dengan satu tangan, ia segera mengeluarkan penawar disaku jas-nya dengan tangan yang lain.

Heinrych terlihat berjuang keras memberikan penawar ke mulut Reneva. Setelah beberapa tetes obat penawar masuk, Reneva terkulai dipelukannya.

" Istriku.. "

Tidak ada jawaban dari Reneva, Heinrych segera berteriak.

" Istriku telah diracuni, blokir semua jalan keluar. "

Saat Heinrych berteriak dengan suara gemetar, para pengawal segera menutup semua akses keluar. Ia pun segera memeriksa denyut nadi Reneva.

Dia masih hidup..

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Nyonya Fermont diracuni, keadaan menjadi sangat kacau.

Penyelidikan pun segera dilakukan, tapi semua orang yang terlibat ditemukan tewas tanpa meninggalkan jejak. Heinrych merasa sangat yakin bahwa ini perbuatan Hans.

Tidak ada orang yang berani mengusik Fermont kecuali Evacska. Penyelidikan berjalan lambat. Hans menuduh Isabella yang meracuni Reneva, namun karena tidak ada bukti kuat untuk itu pernyataan itu diabaikan begitu saja.

Sepertinya Hans tidak sengaja meracuni putrinya sendiri. Heinrych memperhatikan ekspresi Hans hari itu, ia terlihat terkejut dengan situasi yang tidak terduga.

Seberapa keras Heinrych berpikir, hanya ada dua kemungkinan. Entah itu Hans yang melakukan kesalahan atau ada seseorang yang menukarkan gelasnya.

" Dia hanya meminum sedikit racun. Untunglah Tuan segera memberikan obat penawarnya, jadi kondisinya tidak begitu kritis. Nyonya akan segera sadar dalam beberapa hari. "

Heinrych mengingat perkataan dokter pribadi Reneva yang dia bawa sendiri dari rumahnya. Heinrych mengusap wajahnya dengan tangannya. Ia menatap tubuh kurus Reneva yang terbaring di tempat tidur.

Wajahnya pucat seperti orang mati, matanya pun tidak menunjukkan tanda-tanda akan terbuka.

Tiga hari telah berlalu.

Heinrych tidak mengerti mengapa dia berada disana. Dia juga tidak tahu alasan mengapa dia memberikan penawarnya.

Bukankah dia selalu berharap Reneva pergi atau mati? Reneva akan mati saat itu, jika ia tidak memberinya penawar.

Melihat istrinya yang masih belum sadarkan diri, Heinrych mencari-cari alasan untuk dirinya sendiri.

Ya, itu hanyalah tindakan impulsif. Bagaimana mungkin dia membiarkan seseorang mati dihadapannya. Dia tidak mengkhawatirkan Reneva, karena tidak ada alasan untuk melakukan hal itu.

Saat dia menutup matanya, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Dia masih ingat dengan tubuh yang gemetar dipelukannya serta darah yang terus keluar dari mulut Reneva.

Saat itu mulai ada gosip yang beredar diantara para pelayan, bahwa akhirnya tuan mereka menyadari pentingnya nyonya.

Heinrych tampaknya ragu dengan alasan yang pikirkannya saat itu. Mungkin saja istrinya tahu tentang racun itu dan menukarnya. Tapi, untuk apa dia menukar racun itu dengan gelasnya sendiri. Sangat tidak masuk akal.

" Kau gila Heinry? "

Tanpa sadar Heinrych meletakkan tangannya dibawah hidung Reneva untuk memeriksa apakah dia masih bernapas. Itu karena dia terlihat mati terbaring ditempat tidur, tapi sepertinya dia masih hidup.

Heinrych meletakkan tangannya dipipi Reneva, pipi itu terasa sangat dingin membuat Heinrych menarik kembali tangannya dengan terkejut.

Bulu mata Reneva bergetar lemah, perlahan matanya mulai terbuka.

Heinrych terlihat membeku. Reneva mengedipkan matanya beberapa kali memastikan sesuatu yang yang dilihat oleh matanya.

" Rick.. "

Reneva berbisik pelan namun masih bisa terdengar.

" Apa? "

Heinrych hanya bergumam sendiri.

Dia merasa pernah mendengar orang lain memanggil nama itu disuatu tempat, perasaannya menjadi sedikit aneh.

Reneva menatap Heinrych, begitupun Heinrych yang menatap Reneva tanpa bergerak dari tempatnya. Namun perlahan mata Reneva kembali tertutup, seolah yang baru saja terjadi adalah mimpi.

Bahkan setelah Reneva kembali tertidur, Heinrych masih tetap terpaku. Dia tidak mengerti apa yang sudah terjadi.

Dia mulai sadar saat seorang pelayan masuk ke dalam kamar. Dia benar-benar menjadi gila saat ini.

Dia masih memikirkan mengapa Reneva memanggilnya dengan nama itu. Ataukah dia memiliki pria lain yang bernama "Rick". Dia masih tidak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya.

Perasaan karena dipanggil dengan nama itu membuatnya mengingat seseorang yang sangat dia rindukan. Tapi dia segera menepis pikirannya.

Heinrych menarik nafas panjang dan meraih tangannya yang gemetaran.

Saat itu kata-kata Reneva muncul di benaknya.

" Tuan, saya sudah hidup tenang selama ini. Bahkan saya mencoba agar suara napas saya pun tidak sampai terdengar oleh anda. Saya hidup selama ini seperti seseorang yang tidak pernah ada. "

Heinrych merasa tenggorokkannya tercekik, ia segera mengusap mulutnya dengan tangannya.

Reneva meminum racun untuk menggantikan Isabella. Dengan napas yang tidak beraturan sebuah pikiran meremasnya.

" Aku pikir dia tidak membencimu sedalam itu. "

Kata-kata Isabella memukul kepalanya dengan keras , namun tetap saja itu semua tidak masuk akal bagi Heinrych.

Ada banyak alasan yang bisa membuat Reneva membencinya. Tapi bagaimana jika alasan itu tidak ada menurut Reneva?

Reneva kembali terbangun. Ia bertanya-tanya berapa lama waktu yang telah berlalu saat ia tidak sadar, sambil menatap Heinrych yang tenggelam dalam pikirannya.

" Kenapa anda disini? "

Heinrych terkejut dengan suara tanpa tenaga itu dan menatap Reneva dengan intens.

Reneva menatapnya dengan lemah. Apakah dia tidak ingat bahwa dia sudah bangun sekali beberapa saat yang lalu.

Reneva masih terus melirik Heinrych. Ia tidak percaya bahwa orang yang dilihatnya saat bangun adalah dia. Dia berpikir apakah ini mimpi atau kenyataan.

Reneva melihat sekelilingnya untuk memahami situasi. Namun dia menatap wajah Heinrych dengan bingung.

" Sudah tiga hari berlalu sejak kau meminum racun. Bagaimana perasaan mu sekarang? "

" Selain pusing, saya merasa baik-baik saja. "

Meskipun dia berbicara pelan, tapi dia terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja diracuni.

" Apa kau tau rencana ayah mu ini? "

" Apa? "

" Kau bertindak seolah tahu apa yang ku bicarakan tentang jangan mengganggu Isabell. "

Reneva menutup matanya sejenak, tapi Heinrych sudah bertanya lagi.

" Tidak ada orang yang akan tau rencana ayah mu selain kau sendiri. Kau yang menukar gelasnya kan? "

Reneva kembali membuka matanya.

Pertanyaan itu terkesan blak-blakan, tapi Reneva menatap lurus ke arah Heinrych tanpa merasa terkejut.

" Saya tidak mengerti dengan apa yang anda katakan. Kecuali saya gila, mana mungkin saya mau meracuni diri saya sendiri. "

Seperti biasa, itu adalah suara yang dingin.

Reneva menoleh untuk melihat apa tanggapan Heinrych.

" Tadi kau menggumamkan nama seseorang saat tertidur?

Reneva terlihat terkejut sesaat, namun segera memberikan jawabannya.

" Anda mungkin salah dengar. "

Ini benar-benar konyol. Alasan mengapa Reneva meminum racun dan menghindari pertanyaan barusan. Hanya ada satu alasan yang terpikirkan oleh Heinrych.

" Seperti itulah cinta. Kamu tidak akan bisa melihat apapun, bahkan meski itu adalah sebuah kepalsuan. "

Suara Isabella berdengung dikepalanya.

Heinrych meraih tangan Reneva yang sedang berbaring ditempat tidur. Reneva yang terkejut menatap Heinrych dengan bingung.

Ada keheningan yang aneh diantara mereka berdua.

" Aku khawatir. "

Mendengar kata-kata Heinrych mata Reneva melebar, ia tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Heinrych memperkuat sentuhannya.

Reneva merasakan kehangatan dari tangan Heinrych. Hal yang tidak biasa dilakukannya membuat jantungnya berdebar kencang. Ini pertama kalinya dia merasakan perasaan aneh ini.

Heinrych mengira ini adalah perasaan senang karena kesempatannya untuk menghancurkan Evacska dan Hans akhirnya tiba.

Heinrych adalah orang yang tidak akan mungkin mencintai siapapun. Tapi dia bisa menggunakan cinta untuk keuntungannya sendiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!