Reneva hanya mengirimkan jawaban singkat atas keinginan Heinrych untuk mempercepat acara. Namun setelah beberapa hari masih belum juga ada tanda-tanda akan selesai. Hal itu membuat Heinrych tidak bisa menahannya lagi dan pergi menemuinya.
Heinrych yang tidak pernah datang lagi ke kamar Reneva setelah malam pertama, membuat para pelayan gaduh karena kedatangannya yang tiba-tiba itu.
" Dimana istriku? "
" A..ada didalam. "
Anne, asisten pribadi Reneva berbicara dengan gugup membuat Heinrych merasa curiga.
" Aku akan masuk. "
" Tuan, tunggu sebentar.. "
Anne menghadang pintu kamar dan tidak membiarkan Heinrych masuk.
" Apa yang sedang kau lakukan? "
Max berteriak dari belakang Heinrych, membuat Anne segera menyingkir.
Heinrych segera masuk ke dalam kamar. Ruangan itu gelap, membuatnya tidak bisa melihat apapun disana bahkan gorden pun dibiarkan tertutup. Dia memberi isyarat pada Max untuk segera menyalakan lampu. Kamar itu cukup berantakan, ada banyak pecahan kaca yang berserakan dilantai bahkan cermin besar dikamar itu rusak.
" Aku sudah bilang jangan menyalakan lampu Anne? "
Heinrych yang berdiri mematung tidak menyangka bahwa Reneva bisa mengeluarkan suara seperti itu.
" Apa yang terjadi? "
Heinrych bertanya pada Anne yang berdiri dibelakangnya bersama Max.
" I..ini bukan apa-apa, Tuan. "
" Apa kau anggap aku bodoh. Apa yang ku lihat ini bukan apa-apa? Apa yang terjadi pada istriku? "
" Tuan.. Ini... "
" Anne, matikan lampunya. "
Suara yang terdengar kali ini sangat pelan. Heinrych segera mendekati tepi tempat tidur.
" Istriku, apa yang kau lakukan? "
Dia melihat tempat tidur yang dipenuhi bercak merah dari botol wine yang berserakan. Sosok yang biasanya diam tanpa ekspresi itu tertunduk dengan wajah yang tampak aneh.
Heinrych menatap Reneva dari balik rambutnya yang terlihat acak-acakan. Reneva yang menyadari kehadiran seseorang dihadapannya perlahan mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu, keheningan sesaat pun menyelimuti ruangan itu. Reneva membuka suaranya.
" Apa yang anda lakukan disini? "
" Apa kau sungguh tidak tahu malu melakukan hal semacam ini dihadapan para pelayan? "
Reneva hanya menyeringai membuat Heinrych terkejut dengan ekspresi yang tidak pernah ia tunjukan saat keadaannya normal.
" Aku datang untuk menanyakan tentang acara pernikahan itu. Kenapa masih belum juga selesai? "
" Maaf, karena saya tidak melakukannya dengan baik. "
" Bekerjalah dengan benar dan jangan biarkan siapapun mempengaruhimu. "
Kata-kata itu seolah tertuju pada ayahnya Hans yang setiap hari datang menemuinya.
" Iya. "
" Jangan bertindak sesuka hati, bekerjalah dengan benar dan juga jangan membuat keributan seperti ini lagi. "
Heinrych berbalik diikuti oleh kepala pelayan Max dari belakang.
Reneva hanya tertawa kecil mendengar Heinrych yang seolah menyebutnya sebagai "pembuat onar".
" Bukankah ini lucu. "
" Semua orang akan menganggap wajar jika saya membatalkan pernikahan itu dan mengusir Isabella dari rumah ini bukan? "
" Nyonya.. "
Max sedikit berteriak. Mendengar hal itu Heinrych masih bisa bersikap tenang. Reneva menatap lurus ke arah Heinrych.
" Tuan, saya sudah hidup tenang selama ini. Bahkan saya mencoba agar suara napas saya pun tidak sampai terdengar oleh anda. Saya hidup selama ini seperti seseorang yang tidak pernah ada. "
Reneva tampaknya sudah benar-benar mabuk hingga dia bisa meracau seperti itu.
" Apa sekarang kau mengatakan ini semua adalah kesalahan ku? "
Reneva terdiam, sepertinya ia berhasil mendapatkan kembali kesadarannya.
Ku rasa yang salah hanya takdir yang memuakkan ini..
Heinrych bicara perlahan dan melihat kaki Reneva yang tampaknya menginjak pecahan kaca.
" Mungkin saja kau tidak seperti ayahmu. "
Nada bicaranya terdengar lembut tidak seperti biasa.
" Tapi ada satu hal yang tidak membuat semuanya berubah. Kau tetaplah anak satu-satunya dari Hans Evacska. "
" Tuan.. "
" Jika kau peduli padaku, kau seharusnya tahu apa yang harus kau lakukan lebih dari siapa pun. "
Reneva hanya mengedipkan matanya. Mata yang sama persis dengan milik ayahnya, Hans.
" Jika kau tidak mengerti akan ku jelaskan. Jika kau memang sudah merasa lelah dengan semua yang ayah mu inginkan, bukankah lebih baik kau keluar dari rumah ini dengan kaki mu sendiri. "
" Satu-satunya hal yang aku inginkan dari mu hanya itu. Pergilah dari hidupku selamanya. "
Tubuh Reneva gemetar, meski ucapan Heinrych terdengar lembut dan pelan namun itu sangat menusuk.
Heinrych hanya tersenyum dingin melihat Reneva yang tertunduk tanpa bisa menjawab. Sesaat kemudian senyum itu menghilang dari wajahnya seolah tidak pernah terukir disana.
"Jika kau tidak bisa melakukan hal itu, maka uruslah acara itu dengan benar. "
Ekspresi Reneva tampak benar-benar hancur. Heinrych membelakanginya dan berteriak pada Max.
" Pecat pelayan yang ada disini sekarang kecuali asisten yang dibawa istriku sendiri dari rumahnya. "
" Tapi Tuan.. "
" Mereka tidak bisa menjaga majikannya dengan benar, itu pantas bagi mereka yang tidak bisa melayani majikannya. "
Anne segera mengikuti Heinrych keluar dari kamar. Dia berulang kali meminta maaf pada Heinrych.
" Apa hal seperti ini sering terjadi? "
" Ti..tidak Tuan.. "
Nada yang gugup itu membuat Heinrych menyadari bahwa hal ini memang sering kali terjadi.
" Kenapa kau malah mengikuti ku kemari? Bukankah kau harus menjaga tuan putri mu yang berharga itu dengan baik?"
" Ya?"
Sepertinya Anne tidak mengerti perkataan Heinrych.
" Kau mengikuti ku tanpa tahu majikan mu terluka? "
Anne yang terkejut segera berlari menuju ke dalam kamar.
Heinrych menarik nafas panjang. Dia tidak mengerti mengapa dia begitu marah hanya karena wanita itu.
Hari ini dia benar-benar percaya bahwa darah tidak akan bisa menipu. Reneva hari ini benar-benar terlihat mirip dengan Hans, itulah yang ada dipikiran Heinrych.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments