Pembalasan Fadil...

Suasana pembukaan café baru bernama ReSweet itu cukup ramai. Hari ini Dewi terlihat begitu berbeda di mata salah satu pria di balik dinding. Dari tadi matanya terus menyusuri setiap bangku untuk mencari sang penjahat hati.

Ya, di mata Fadil, Dewi adalah penjahat yang sudah menyakiti hati sekaligus mempermalukannya di depan keluarga dan orang banyak. Fadil tidak punya muka lagi setelah itu. Dia akan membalas semua perbuatan Dewi dengan cara lain.

“Andi, ini cewemu?” sapa seorang pemuda yang Dewi yakini berasal dari Indo.

Kebanyakan yang hadir adalah mahasiswa asal Indo karena undangan khusus pemilik café. Pertama kalinya bagi Dewi berkenalan dengan seluruh mahasiswa Indo yang tersebar di berbagai jurusan UM. Dewi adalah pendatang baru hingga banyak mahasiswa yang bersalaman dan berkenalan dengannya.

Acara pembukaan pun dimulai. Para mahasiswa sudah mengambil tempat masing-masing. Seorang pemandu acara memulai dengan sepatah dua patah kata sambutan.

“Untuk menghemat waktu maka saya akan memanggilkan owner dari café ReSweet, Bapaak Fadil. Waktu dan tempat kami persilakan!”

Deg…

Dewi sangat terkejut mendapati sosok Fadil yang sedang berjalan menuju panggung kecil di depan para mahasiswa. Fadil tersenyum menatap satu per satu para mahasiswa di depannya.

“Terima kasih banyak saya ucapkan pada kalian semua yang sudah meluangkan waktu ke sini. Saya tahu kalian pasti sibuk dengan tugas kampus terutama tunangan saya yang sudah duduk manis di sana!” tunjuk Fadil ke arah Dewi dengan senyum merekah.

“Gadis berjilbab soft pink di samping seorang pemuda berbaju kaos abu-abu. Mahasiswi pasca sarjana jurusan bahasa dan linguistik. Itulah sebabnya saya membuka café di sini karena jarak café dengan kampus dan apartment tunangan saya tidak terlalu jauh.”

Di tempatnya, Andi seketika menoleh ke arah Dewi. “Dia tunanganmu? Kenapa gak bilang? Maaf kalau aku sudah mengganggumu selama ini.” Andi berucap seraya menahan kesal.

Sebuah layar hidup lalu menampilkan foto-foto saat mereka berdua dan yang terakhir adalah saat mereka hendak menukar cincin sebelum video Fadil dan Eva muncul.

“Sayang, kamu pasti kaget karena Abang tidak memberitahumu lebih dulu. Kejutannnn…” ucap Fadil diiringi tepukan tangan meriah dari para mahasiswa.

“Aku mengundangmu ke depan, Sayang!”

Fadil menatap Dewi dengan tatapan sulit diartikan sementara Dewi jengah, ia bangkit lalu berjalan ke arah Fadil.

“Jangan nekat kalau tidak mau menanggung malu di depan mereka.” Bisik Fadil lalu mata Dewi kembali membulat sekaligus marah karena Fadil berhasil mencium pipinya.

Suara tepukan tangan menggema di sana. “Apa maumu?” gumam Dewi dengan rahang mengatat.

Fadil tersenyum lalu sebelah tangannya merangkul mesra pundak Dewi, “Aku tidak sepertimu yang mempermalukan aku di depan umum.” Bisik Fadil kembali.

Acara hari itu menjadi kuburan buat Dewi karena pengumuman Fadil dalam sekejap sudah merubah semuanya. Bahkan Andi secara perlahan mundur entah karena apa. Dewi ingin berteman tapi sikap posesif Fadil yang menyatakan dengan lantang jika Dewi tunangannya sudah membuat para mahasiswa enggan berteman dengannya walaupun Dewi tahu ada maksud lain dari sekedar menjadi teman.

Hidup Dewi tidak lagi tenang semenjak Fadil mengetahui keberadaannya, “Buka blokiran nomerku!” titahnya setelah membawa Dewi ke ruang kerjanya.

“Buat apa?”

“Semua mahasiswa mengetahui kalau kamu tunanganku jadi kalau ada apa-apa denganmu, mereka pasti akan menghubungiku.”

“Percaya diri sekali anda!” mata Fadil menatapnya tajam.

“Kamu sudah menyulitkan hidupku maka lihat saja pembalasanku. Ini baru permulaan, Dewi.”

“Cih, kamu pikir aku takut?”

Fadil tertawa, “Tidak, aku tidak pernah takut dengan wanita termasuk dengamu. Kesalahanmu adalah telah salah memilih lawan. Menjadikanmu istriku itu perkara mudah, Sayang!” Dewi mulai takut. ia tahu pasti jika kata-kata Fadil sarat ancaman.

“Jangan menggangguku kalau tidak mau masuk penjara.”

Fadil tertawa, “Kita lihat saja nanti. Tapi aku pastikan hidupmu tidak akan tenang.”

Lagi-lagi Dewi menerima ancaman dari Fadil. “Lebih baik kamu urusi si Eva dari pada menggangu hidupku!”

“Bukan urusanmu. Buka blokiran nomerku!” titahnya penuh penekanan.

Dewi menyerah lalu membuka blokir nomer Fadil di ponselnya. “Puas?” ucap Dewi hendak keluar dari sana tapi tangan Fadil langsung menarik lengannya hingga Dewi kembali berhadapan dengan Fadil dan jarak keduanya sangat dekat sampai nafas keduanya terasa satu sama lain.

Sebelah tangan Dewi hendak menampar pria itu tapi sayang, Fadil sudah menangkap lebih dulu. “Teriak saja, ruangan ini kedap suara.” Ucap Fadil bangga karena tahu apa yang akan Dewi lakukan.

“Lepaskan! Aku mau pulang.”

“Tidak semudah itu, Sayang!”

“Aku bisa melaporkanmu ke polisi!”

“Silakan! Setelah itu mereka akan langsung menikahkan kita. Aku justru lebih senang jika kamu melaporkanku.”

“Tidak mungkin!”

Fadil tertawa sumbang, “Kamu pikir apa? Hukum soal begini kalau di sini itu berakhir dengan pernikahan. Kalau tidak percaya silakan tanya ke teman-temanmu yang orang melayu.”

“Aku tidak sudi menikah denganmu!” Dewi melepaskan diri dari Fadil lalu keluar dari sana.

Fadil telah berubah, ia bukan lagi pria yang lembut seperti saat Dewi mendekatinya dulu. Sorot mata Fadil penuh kebencian terhadapnya, Dewi menjadi takut dengan sosok itu. Dewi ingin bercerita tapi dia bingung harus bercerita ke siapa? Tidak mungkin dia bercerita ke Fiqi soal Fadil. Fiqi pasti cemas sementara saat ini Fiqi sedang berjuang untuk mengumpulkan modal menikah dengannya kelak.

Andi menjauh dan beberapa teman mahasiswa yang mengetahui tentang hubungan mereka ikut menjauh. Bagi seorang mahasiswa, bersaing dengan Fadil seorang pengusaha adalah sebuah kemustahilan. Mereka terlalu rendah diri jika dibandingkan dengan Fadil. Di Malaysia, seorang pengusaha memiliki derajat paling tinggi dari mereka yang bekerja di pemerintahan.

Hanya beberapa hari, berita tentang Fadil dan Dewi sudah menyebar luar di kalangan kampus. Banyak yang mengunjungi café ReSweet hanya untuk melihat sosok Fadil sang pengusaha yang sudah bertunangan dengan salah satu mahasiswi jurusan bahasa tidak terkecuali Najla. Ia datang dengan pacar dan teman-temannya sesama orang melayu. Di saat yang sama, Fadil juga berada di sana dengan penampilan keren yang membuatnya tampil penuh percaya diri.

“Entah ape ye? Awak rasa ada something wrong.” Ucap Najla ragu. Sebagai teman satu kamar, Najla sedikit banyak tahu tentang pria yang Dewi sukai. Dan selama ini dia tidak pernah mendengar nama Fadil dari mulut Dewi.

“What happend?” tanya Zayed pada pacarnya. Najla berpikir sejenak kemudian menggeleng pelan lalu tersenyum manis.

Ia tidak siap berbagi dengan pacarnya masalah Dewi, Najla akan bertanya langsung pada Dewi tentang ini. Sejujurnya ia penasaran karena selama café ini dibuka, Dewi tidak pernah datang sekalipun ke sini bahkan saat Najla mengajaknya.

“Ada ape ye? Awak jadi curious.”

***

Terpopuler

Comments

Aida Fitriah

Aida Fitriah

najla tolong dewi jangan sampai kena kekejaman fadil😥😥😥😥😥

2023-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!