Sepanjang perjalanan sampai malam menjelang, Dewi masih memikirkan siapa anak yang dibawa Fadil ke rumah Eva. Tangan Dewi masih memegang ponselnya yang di dalamnya terdapat beberapa foto Fadil dan Eva berduaan di rumah tersebut.
“Apa jadinya jika keluarga Fadil melihat foto putra kebanggaan mereka seperti ini?”
Foto-foto itu Dewi ambil sembari menyelinap ke dalam rumah Eva. Walau awalnya dia kesulitan tapi setelah mencoba bersikap sealami mungkin supaya tidak menimbulkan kecurigaan. Akhirnya Dewi bisa masuk ke sana. “Saya suka bentuk rumah itu, Buk. Kalau melihat-lihat sekalian memotret kira-kira yang punya rumah marah tidak?” tanya Dewi saat itu pada pemilik warung.
“Kayaknya gak, Neng. Lha wong kita motretnya bagian luar saja kan?”
“Iya, Buk. Bagian depannya saya suka.”
“Silakan aja, Neng.”
Dewi tersenyum kemudian mengambil ponsel dan masuk ke dalam. Pintu pagar dan pintu rumah Eva tidak tertutup sama sekali dan beruntungnya Dewi karena dia sudah hafal betul letak rumah Eva.
“Ternyata mereka di dapur.” Batin Dewi melihat lewat jendela yang terbuka. Fadil sedang memeluk Eva dari belakang. Mereka sangat mesra walaupun Eva tidak membalas perlakukan Fadil.
Tidak hanya foto, Dewi juga merekam video saat Fadil mencium pipi Eva sekilas. “Kini aku tahu kalau kalian memang saling menginginkan satu sama lain.”
“Assalamualaikum Akhi!” ucap Dewi begitu teleponnya tersambung dengan Fiqi yang masih berada di Mesir.
“Walaikum salam, Ukhti. Ada apa ini tiba-tiba telepon?”
“Akhi serius ingin melamar Ukhti?”
“Insya Allah, Ukhti. Kenapa tiba-tiba Ukhti menanyakan ini? Apa Ukhti ragu sama Akhi karena kita jauh?”
“Bukan Akhi tapi ada sesuatu yang harus Ukhti ceritakan terlebih dahulu pada Akhi. Tapi Ukhti minta Akhi untuk mendengar semua sampai habis baru menyela, oke!” di seberang sana, Fiqi tertawa kecil.
“Oke, Ukhti. Coba cerita!”
Dewi menceritakan tentang pengkhianatan Eva dan perjodohannya dengan Fadil lalu penolakan orang tuanya terhadap Fiqi yang membuat rencana keduanya gagal. Dewi menceritakan semuanya tapi tidak dengan keajaiban yang menimpa dirinya.
“Ukhti tahu dari mana semua itu?”
“Dari orang yang dapat dipercaya. Akhi, Ukhti minta Akhi percaya juga sama Ukhti ya! Ukhti ingin memperjuangkan hubungan kita. Ukhti tidak mau menikah dengan si Fadil itu. Ukhti tidak mau punya suami yang tidak pandai menjaga diri. Nauzubillah! Bukan sombong tapi Ukhti yang tidak pernah bersentuhan sama laki-laki kenapa harus menerima laki-laki yang sudah pernah menyentuh wanita lain. Ukhti tidak siap untuk itu.”
“Jadi rencana Ukhti mau membongkar kelakuan pria itu waktu pertunangan kalian?”
“Iya! Ukhti ingin menunjukkan ke kelurga Ukhti dan keluarga Fadil kalau pria yang mereka banggakan itu ternyata tidak sebaik yang mereka pikirkan. Eva tahu hubungan kita jadi sudah pasti dia akan menghancurkan hubungan kita juga. Jadi, Ukhti minta supaya Akhi tidak terpengaruh oleh omongan dia. Apa Akhi bisa membantu Ukhti? Kalau bisa, sekalian saja Akhi berakting dengan mendukun semua perkataan buruk Eva untuk Ukhti. Jangan lupa Akhi rekam supaya ada bukti.”
“Sudah seperti sinetron saja, Ukhti.”
“Memang! Ukhti sudah tidak sabar untuk membalas mereka.”
Setelah memberitahukan Fiqi, Dewi merasa lega untuk membalaskan dendamnya setelah ini. Hal pertama yang dia lakukan selanjutnya adalah membuat Eva terjatuh berdara-darah dengan cara merebut semua keberhasilan Eva.
Eva selalu memiliki nilai lebih dari teman-teman yang lain dalam setiap mata pelajaran. Entah karena pintar atau memang beruntung. Nilai IPKnya selalu lebih banyak dari ketiga temannya yang lain. Dewi mulai belajar lebih giat. Berbekal pengetahuan yang sudah pernah ia pelajari dan soal-soal serta materi yang sudah pernah ia pelajari dulu maka Dewi telah berada beberapa langkah di depan teman-temannya.
Hari ini ada kuiz dengan Pak Maimun yang terkenal garang dalam pelajaran listening di laboratorium bahasa.
Dewi berjalan santai seperti biasa sementara teman-temannya sedang sibuk membahas soal yang akan diberikan oleh Pak Maimun nanti.
“Kamu habis teleponan sama Akhi?” selidik Ayi.
“Senyum terussss, giliran masuk lab bahasa terus lihat muka Pak Maimun, senyum si Dewi musnah ditelan bumi. Apalagi kalau udah dengar soal nanti. Tidak ada lagi Fiqi dalam otaknya.” Sahut Rani.
“Santai Mametttt… hadapi dengan senyuman kalau kata Dewa, kembaranku.”
Pak Maimun ini terkenal dosen killer dan sangat tepat waktu. Walaupun masih muda tapi ilmunya tidak bisa dianggap remeh. Kami masuk lab begitu unit lain keluar. Wajah mereka yang baru keluar menandakan sulitnya ujian kuiz yang baru saja mereka lalui.
“No talk!” seru Pak Maimun dari dalam. Mahasiswa yang baru keluar dilarang berbicara dengan unit Dewi untuk menghindari pembagian informasi.
Kuis dimulai! Semua mahasiswa sibuk dengan soal masing-masing yang mereka dengar dari alat yang terpasang ditelinga masing-masing. Tiga puluh menit kemudian, kuis selesai. Dari layar proyektor, terlihat jelas siapa mahasiswa yang berhasil memperoleh nilai tertinggi dan itu hanya satu yaitu DEWI.
“Berikan tepuk tangan untuk teman kalian, Dewi.” Senyum mengembang terpatri jelas di bibir gadis itu tapi tidak dengan Eva. Penyakit iri semakin membuat Eva ingin menjatuhkan Dewi dengan berbagai cara. Apalagi selisih nilai keduanya hanya dua poin.
Kuiz usai dan selanjutnya makan-makan. “Pantas kamu senyum-senyum santai tadi. Ternyata kamu sudah mempersiapkan diri secara maksimal untuk mengalahkan Eva ya?” tanya Ayi.
“Tidak juga. Aku hanya mempelajari banyak hal selama seminggu dan selalu mendengar percakapan bahasa inggris seperti saran Pak Maimun dan alhamdulillah berhasil.” Ujar Dewi.
“Tapi kok bisa seratus persen gitu ya? Seperti kamu punya kunci jawabannya.” Selidik Eva.
“Iya, Wi. Tepat 100% itu seperti mustahil.” Tambah Rani.
“Kalian tidak sedang mencuragaiku kan? Ingat, aku jawab soal itu di depan kalian semua jadi tidak mungkin aku punya bocoran soal apalagi Pak Maimun itu killernya nauzubillah. Kalau aku anaknya mungkin akan dikasih nah, aku? Kenal aja sebatas mahasiswa dan dosen. Gimana caranya dapat bocoran soal. Tapi kalau bocoran materi, aku memang dapat sih tapi bukan dari Pak Maimun.”
“Terus dari siapa?”
“Akhi Fiqi dong, siapa lagi.”
“Kayaknya makin mesra aja sama Bang Fiqi ya?” Eva menatapku serius.
“Tentu dong. Kami kan saling cinta.” Ucap Dewi bangga.
Dreeet…
Ponsel Eva yang diletakkan di atas meja bergetar, Dewi tersenyum miring saat nama Fadil tertangkap matanya. Setelah kembali ke masa lalu, Dewi memang lebih sering menempel pada Eva termasuk saat makan bersama seperti ini. Dengan begini, Dewi bisa memantau gerak-gerik terkecil dari Eva yang di masa lalu tidak pernah dihiraukan oleh Dewi.
“Siapa, Va? Cowo itu lagi?” tanya Rani.
“Bukan. Abang leting kita.”
“Siapa?”
“Itu, Abang yang Dewi suka. Bang Reja!”
“Bang Reja ngajak ketemuan! Aku pergi dulu, ya!”
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Cut SNY@"GranyCUT"
Jadi sedari dulu Eva memang sudah memendam iri kepada Dewi, sekalipun mereka bersahabat.
2023-07-31
0
istrinya Taehyung 💜
dobel up yah🙏😊
2023-02-18
0