Kembali Ke Tiga Tahun Silam...REVISI

Dewi mendorong kursi rodanya sampai ke jalan tanpa ada yang tahu. Air matanya luruh sederas hujan di malam itu, “Tuhan, pertemukan aku dengan putraku! Aku tidak mau lagi melihat mereka! Lebih baik aku menyusul putraku. Ambil nyawaku, Tuhan.” Kata demi kata Dewi ucapkan dalam hatinya seraya mendorong kursi roda lebih kuat lagi.

Di bawah hujan deras, kursi roda itu terus didorong ke arah jalan utama hingga sebuah truk melaju dalam keadaan kencang menabrak tubuh Dewi  yang sudah mencapai persimpangan jalan terpelanting jauh.

“Aaaaa…..”

Dewi membuka mata seraya berteriak namun saat hal yang membuat ia terkejut adalah suasana tempat ia terbangun. Dewi melihat sekitarnya dan terkejut saat menyadari jika saat ini ia berada di dalam kelas.

“Apa kamu selalu tidur saat jam pelajaran saya? Keluar!!!” suara bariton itu terdengar dan membuat Dewi tercekat.

Dewi kebingungan bahkan saat dosen yang terkenal garang itu menyuruhnya keluar dari kelas. “Apa ini mimpi? Tapi kenapa ke sini? Aku ingin bertemu anakku, Tuhan. Bukan bertemu sahabat palsu seperti si Eva itu.”

Dreettt…

“Assalamualaikum, Ukhti. Hari ini ada kuliah?” getaran dari dalam tas membuat Dewi terkejut.

“Akhi Fiqi?” gumamnya lalu melihat tanggal yang tertera di ponselnya.

“Tidak mungkin! Ti-tidak mungkin aku kembali ke masa lalu. Ini hanya mimpi tapi-“ Dewi mencoba mencubit pipinya, “Sakit!” Berkali-kali Dewi mengusap kasar wajahnya mencoba percaya dengan semua yang ada di depannya saat ini.

“Bagaimana mungkin?” gumamnya lalu mengambil ponsel membuat internet kemudian mencari artikel tentang reinkarnasi dan ternyata itu semua hanya fiksi semata. “Tidak ada yang mengalami ini. Lalu apa ini?” dadanya tiba-tiba sesak sampai getaran ponselnya kembali terasa.

“Assalamualaikum, Ukhti. Akhi lihat pesannya sudah terbaca jadi Akhi pikir Ukhti lagi di rumah. Ukhti sibuk ya?”

“A-akhi?” panggilnya terbata-bata. Mata Dewi mendadak basah setelah berpisah lama penuh air mata.

“Em, Ukhti kenapa? Dari tadi diam saja, apa Ukhti lagi subuk?”

“Ti-tidak, Akhi. U-ukhti hanya sedikit pusing. U-ukhti tutup dulu ya!”

Tutt….

Dewi mengakhiri panggilannya tanpa menunggu jawaban Fiqi. Ia belum siap dengan semua yang terjadi saat ini. Gadis itu juga mulai mengingat-ingat rentetan kejadian yang pernah ia lalui dulu. “Dari tanggalnya berarti saat ini aku sudah berpacaran sama Bang Fiqi karena kami jadian pertama kali bulan satu dan ini sudah bulan enam. Sudah enam bulan kami pacaran jarak jauh dan tahun depan Ayah akan menjodohkanku dengan Fadil. Lalu Eva? Berarti saat ini dia sudah mengenal Fadil tanpa sepengetahuan kami.”

Puk…

“Kamu kenapa sih, Wi? Sakit?” Dewi menatap satu persatu sahabat masa kuliahnya.

Rani, Ayi dan yang terakhir Eva. Ingatan Dewi kembali ke masa depan di mana Eva yang selama ini dianggap sahabat telah menusuknya dari belakang. Pengkhianatannya dengan Fadil kembali melintas di pikiran Dewi.

“Kamu kenapa sih? Dari tadi diam saja. Kamu betulan sakit?” tanya Rani kembali melihat gelagat Dewi yang seperti orang kebingungan.

“Ayo makan! Supaya teman kita ini terbangun dari mimpinya.” Ucap Eva merangkul Dewi hingga ke kantin kampus.

Mendapat perlakukan hangat dari Eva membuat Dewi tidak nyaman. Berbanding dengan masa lalu sebelumnya di mana mereka berempat kompak ke mana-mana. Tapi kali ini berbeda, Dewi merasa membenci Eva dan ingin menjauh dari sahabat palsunya itu.

“Wi, sumpah. Loe aneh banget hari ini. Ada apa sih? Di rumah gak lagi ada masalah kan?” Dewi melirik sekilas ke arah Eva. Sahabat palsunya menunjukkan perhatian seperti sebelumnya di masa lalu dan Dewi selalu senang saat para sahabat memberi perhatian padanya tapi kali ini? Dia tidak akan tersentuh oleh perhatian Eva lagi.

“Kenapa aku kembali terjebak dengan sahabat palsu seperti dia. Oh tuhan, apa yang harus aku lakukan saat ini?”

Drettt…

Ponsel Eva bergetar, Dewi langsung melirik ke arah ponsel yang terletak di atas meja itu.

“Fadil!”

Deg…

“Benar dugaanku kalau dia sudah mengenal Fadil jauh-jauh hari sebelum kami dijodohkan.”

“Siapa Va?” tanya Dewi seraya tersenyum penuh arti. 

“Mungkin ini kesempatan kedua yang tuhan berikan untukku. Baiklah, aku akan mempergunakan kesempatan ini dengan baik.” Batin Dewi seraya tersenyum penuh arti.

“Oh, biasa! Kenalan baru.”

“Orang mana?” tanya Dewi kembali.

“Kalian tidak kenal. Dia bukan anak kampus kita.”

Dewi mengangguk, “Kalau kamu lagi dekat dengan cowo, kenalin ke kita. Jangan sampai nanti kita terlibat cinta segitiga. Kan gak lucu.” Ucap Dewi membuat mereka menatap Dewi dengan tatapan aneh.

“Kenapa? Benar kan yang aku bilang? Misalnya gini, si Eva pacaran sama cowo di luar kampus terus tahu-tahunya cowo itu juga jadian sama salah satu dari kita. Menurut kalian, kalau sudah begitu siapa yang salah?”

“Sudahlah! Nanti kalau sudah jadian akan kukenalkan ke kalian. Untuk sekarang masih sebatas kenal saja. Kamu sendiri gimana sama Akhi Fiqi? Udah yakin sama si Akhi?”

“Em, kita lihat nanti!” jawab Dewi diplomatis seraya melirik ke arah Eva.

“Seberapa jauh hubungan mereka? Aku penasaran kenapa dia merahasiakan hubungannya dengan Fadil. Ada apa ini?” Dewi bertanya-tanya dalam hati.

Dewi tiba di rumahnya setelah diantar oleh Ricki. “Assalamualaikum,” ucapnya pada sang ayah dan ibu yang sedang duduk di teras rumah. Dewi langsung berlari memeluk ibunya, antara sedih dan bahagia bisa kembali bertemu dengan orang tuanya.

“Ada apa ini tiba-tiba pulang langsung peluk-peluk Ibu?”

“Kangen.” Balas Dewi tanpa melepas pelukannya.

Suami istri itu terkekeh mendengar jawaban sang anak. “Memangnya kamu habis dari mana sampai kangen begini? Kamu hanya keluar saat ada kuliah selebihnya cuma di rumah. Kenapa tiba-tiba bilang kangen? Kalau ke luar negeri baru boleh bilang kangen”

Kalimat terakhir dari sang ibu menyadarkan Dewi tentang Fadil yang saat itu telah membohongi keluarganya dengan mengatakan jika mereka pindah ke Turki. “Bu, Pak, kangen sama orang tua tidak ada salahnya kan?”

“Kamu ini ada-ada saja.” Dewi mendekati ayahnya lalu melakukan hal yang sama.

“Yah, apa Ayah percaya kalau manusia itu bisa kembali ke masa lalu?”

“Wi, Ayah memang tidak sekolah tinggi tapi tidak ada yang namanya kembali ke masa lalu. Waktu adalah salah satu yang tidak pernah bisa kita ulang. Jadi manfaatkan waktu sebaik mungkin dalam hidup supaya kamu tidak menyesalinya nanti.”

“Iya, Ayah. Kali ini, aku tidak akan menyia-nyiakan waktu.”

“Kali ini? Memangnya kamu sudah pernah mengulang waktu? Masuk sana, lama-lama kamu membuat bingung saja.”

Dewi mencium pipi ayahnya kemudian masuk ke kamar. “Aku tidak boleh membenci mereka karena mereka  juga tidak tahu seperti apa pria itu. Kali ini aku sendiri yang akan memperlihatkan pada mereka seperti apa pria itu.” Tekad Dewi seraya membuka laptop.

***

Terpopuler

Comments

🎯™⨀⃝⃟⃞☯ Mamo Nia❤ᵖˡ🏠

🎯™⨀⃝⃟⃞☯ Mamo Nia❤ᵖˡ🏠

ini critaxx si dewi yg tmnx Rani kn

2024-11-07

0

Cut SNY@"GranyCUT"

Cut SNY@"GranyCUT"

Ceritanya unik.

2023-07-31

0

Kustri

Kustri

nongkrong dsni, sambil nunggu Helena up

2023-06-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!