Ch. 5: Rencana Kerja

Hampir sepekan Myria menghuni kost baru. Dia mulai bisa berinteraksi dengan penghuni lain. Hari-harinya masih diisi dengan kegiatan belajar dan menulis cerita fiksi via online.

Ya, Myria memang menekuni hobi menulis sejak almarhum sang ibu masih ada. Kegiatan tersebut tentu menjadi kebahagiaan tersendiri baginya. Selain menyenangkan, dia bisa mendapat teman baru dari dunia maya.

“My, nggak makan kamu?” Friska menaruh kembali sendok makannya ke mangkuk bakso. Dia baru sadar jika sahabatnya sejak tadi hanya mengaduk-aduk makanan dengan tatapan kosong. “Myria!” panggil Friska lebih tegas lagi.

Lagi-lagi Myria terperanjat. Hampir setengah hari di sekolah, sudah berapa kali dia kaget atas panggilan orang lain yang mengganggu lamunannya. “Makan, kok. Tadi masih panas aja.” Myria menjawab asal. Dia tidak mungkin mengaku karena banyak hal yang dipikirkan.

“Jadi gimana, aku boeh ke kostmu pulang sekolah ini nanti?” Friska bertanya sembari memasukkan bulatan bakso. Mulut gadis itu penuh saat mengunyah.

Myria menggeleng. Dia belum ada pikiran untuk memberi tahu Friska di mana sekarang tinggal. Gadis itu khawatir, sahabatnya berpapasan dengan Angkasa saat ada di komplek yang sama.

“Jangan dulu, deh. Pulang sekolah aku mau cari kerjaan. Tabunganku mau habis.” Akhirnya, Myria berkata jujur. Tak ada yang perlu disembunyikan lantaran keadaan memang demikian adanya.

Friska syok mendengar itu. Dia mendorong mangkuk baksonya dan segera menyeruput es teh. “Ya, ampun, My, kenapa diem aja kalau kamu kehabisan uang?”

Mulut Friska terlalu sembrono. Sadar atau tidak, gadis itu telah mengundang perhatian siswa lain yang sama-sama istirahat di kantin. Meski Myria bergerak cepat membungkam mulut Friska, tetapi sepertinya semua orang mendengar jelas.

“Fris, apaan, sih, kamu?” Myria mendelik. “Sekarang aku masih ada uang, tapi kalau cuma ngandelin ini, lama-lama juga habis. Aku perlu kerja sampingan.”

“Kamu, kan, nulis online.”

Ditariknya tangan dari wajah Friska, Myria mengembuskan napas berat dengan bahu merosot lemas. “Iya, tapi enggak bisa ngandelin itu doang. Nulis, kan, nggak tentu. Kadang ada yang baca, kadang sepi. Jadi aku nggak ngarepin itu banget.”

Friska manggut-manggut, lalu kembali menarik mangkuknya mendekat. Dia mengunyah sebutir bakso sambil berpikir. “Eum … gimana kalau kita tanya di toko bunga depan sekolah itu. Siapa tahu butuh pekerja?”

Pendapat Friska tak lekas ditanggapi oleh Myria. Gadis berjilbab krem seperti seragamnya itu masih berpikir dan mengingat toko yang dimaksud. Selang beberapa detik, dia baru mengiyakan.

“Bagus, aku juga mau kerja.” Friska mengacungkan jempol dan disambut tawa oleh Myria. Sebenarnya, Friska tadi tidak kepikiran untuk bekerja, tetapi tiba-tiba ingin ikut. Dia pikir, uang hasil pekerjaan bisa dipakai untuk tambahan jajan dan membantu ibunya sedikit-sedikit.

Myria dan Friska kembali sibuk melahap makanan, sementara Angkasa baru datang. Cowok itu muncul seorang diri, padahal biasanya bersamaan dengan teman sebangku.

“Ka, duduk sini!” Panggilan berasal dari salah satu meja kantin. Saking kerasnya panggilan itu sampai mengundang perhatian.

Angkasa berhenti, lalu menoleh ke sumber suara. Ternyata pemuda yang berteriak adalah teman satu geng motornya dulu. Meski Angkasa tak lagi pernah bergabung, teman-temannya masih begitu solid dan menanti kedatangan pemuda itu kembali. Setiap ada acara perkara motor, baik balapan atau hanya sekadar agenda keliling kota, Angkasa selalu dikabari.

“Duduk sini aja, yang lain penuh.” Pemuda itu berteriak kembali sambil berdiri. Angkasa nyaris menghampirinya, tetapi entah mengapa tidak jadi. “Kenapa lagi, tu, anak?” Dia nyaris memanggil untuk kesekian kali, tetapi sudah ditarik salah satu cewek yang duduk di sebelah. Alhasil, pemuda itu kembali duduk.

“Gue boleh duduk sini?”

Friska dan Myria yang sejak tadi cekikikan, langsung diam dan mendongak. Mereka kompak tercenung beberapa detik saat tahu siapa yang bicara.

Belum dapat jawaban dari Friska atau Myria, orang yang bertanya tadi langsung duduk dan meminum minumannya tanpa beban.

“Napa nggak jadi duduk bareng geng lo? Gara-gara ada mantan lo, ya?” Entah bertanya atau mengejek, tetapi ucapan Friska membuat Angkasa malas menanggapi. Pemuda itu diam dan bersiap makan.

Friska mulai geram karena diabaikan. Dia protes, “Kasa! Gue ngomong kali, sama lo.”

“Tapi gue nggak pengin ngomong sama lo!”Jawaban Angkasa telak mengenai jantung. Friska yang mendengarnya sampai tercengang.

“Astaghfirullah, cowok ini! Ka—”

“Fris!” Myria menarik lengan Friska. Sahabatnya yang ada di sebelah langsung berhenti dan menoleh. Myria menggeleng. “Jaga adabmu kalau ada orang lagi makan. Lagian itu bukan urusan kita.”

Akhirnya Friska menurut. Dia diam meski masih dongkol dengan pemuda yang duduk berseberangan dengannya. Sesekali saat menghabiskan sisa bakso, dia mencuri pandang pada Angkasa tanpa sepengetahuan cowok itu.

Makanan habis tidak berselang lama dari kedatangan Angkasa. Myria nyaris berdiri dan membayar makanan, tetapi dihalangi oleh Friska. “Aku aja, My. Ini, kan, jadwalku.”

“Bayarin punya gue juga.” Angkasa memotong pembicaraan dua gadis di depannya. Dia mengeluarkan uang dari saku, lalu menyodorkan pada Friska.

“Iiih, ni, cowok. Ogah!”

“Kembaliannya buat lo,” tawar Angkasa lagi. Uang masih tetap disodorkan agar diambil Friska, tetapi belum ada tanggapan sampai beberapa detik.

“Lo kira gue mudah disogok? Nggak!” Friska kukuh dengan pendapatnya, sementara Angkasa menangapi dengan wajah datar dan satu alis terangkat.

Myria yang ada di tengah-tengah mendadak bingung. Gadis itu ikut berdiri. “Kasa, biar aku bayarin punyamu.”

Uang nyaris diambil, tetapi Angkasa menarik tangannya lebih dulu. Cowok itu menjawab, “Kalian duduk aja di sini. Gue yang bayar.”

Belum sempat ditanggapi dan dicegah, Angkasa sudah angkat kaki dan menuju pedagang bakso. Sementara itu, Friska dan Myria terpaku di tempat.

“Kesambet apa, sih, itu anak?” Friska bertanya setengah sadar, sementara Myria terdiam dan memandangi punggung Angkasa dari tempatnya berdiri.

Berbeda dengan Myria dan Friska yang terheran-heran, di meja lain seorang gadis memperhatikan interaksi ketiganya sejak Angkasa duduk di satu meja dengan mereka.

“Dua cewek itu siapa?” tanya gadis berambut panjang bergelombang itu.

Satu temannya menoleh, lalu berceletuk, “Oh, Myria ama Friska. Temen sekelas gue. Temen si Kasa jugalah maksudnya. Duduk di depan Kasa dua cewek itu.”

“Cuma temen?”

“Iyalah, Erika. Lo kira apaan? Sejak Kasa putus dari lo, gue gak pernah denger dia punya gebetan. Apalagi cewek yang penuh kain penutup di tubuh kayak mereka gitu. Bukan selera si Kasa kali.”

“Woi, siapa tahu selera Kasa berubah kayak sikapnya.” Satu pemuda lain menyahut. Hal itu seketika membuat semua teman satu mejanya menoleh bersama, termasuk Erika. Cowok itu langsung menyengir sambil mengacak rambut. “Becanda gue, kalian juga tahu sendiri kalau sekarang Angkasa cueknya kebangetan.”

“Kenalin gue sama mereka,” kata Erika dengan tatapan penuh mengarah pada Myria dan Friska yang lewat hendak kembali ke kelas.

.

.

Terpopuler

Comments

Happyy

Happyy

🤔🤔

2023-10-03

0

@ Teh iim🍒🍒😘

@ Teh iim🍒🍒😘

Angkasa sukanya bikin jantung Myria nggak stabil neh...

2023-09-03

0

Geta Andesiska

Geta Andesiska

moga aja c Erika gak ada niat jahat

2023-08-30

0

lihat semua
Episodes
1 Ch. 1: Hampir Celaka
2 Ch. 2: Duka
3 Ch. 3: Lagi-Lagi Dia
4 Ch. 4: Tertipu
5 Ch. 5: Rencana Kerja
6 Ch. 6: Maksa
7 Ch. 7: Kenapa Harus Myria?
8 Ch. 8: Keputusan Myria
9 Ch. 9: Tawaran yang Sama
10 Ch. 10: Bertemu Orang Tua
11 Ch. 11: Status Baru
12 Ch. 12: Malam Pertama
13 Ch. 13: Tentang Angkasa
14 Ch. 14: Permintaan Angkasa
15 Ch. 15: Dihukum
16 Ch. 16: Kekacauan Friska
17 Ch. 17: Larangan Angkasa
18 Ch. 18: Pertanyaan Myria
19 Ch. 19: Peringatan
20 Ch. 20: Menggoda Myria
21 Ch. 21: Angkasa Marah
22 Ch. 22: Perang Dingin
23 Ch. 23: Mencari Myria
24 Ch. 24: Sorry
25 Ch. 25: Saran Mama
26 Ch. 26: Hati yang Memanas
27 Ch. 27: Erika Bukan Manusia
28 Ch. 28: Menghindar
29 Ch. 29: Pertandingan
30 Ch. 30: Menantang Angkasa
31 Ch. 31: Bolehkah Cemburu?
32 Ch. 32: Deep Talk
33 Ch. 33: Tekad Sakti
34 Ch. 34: Terimpit Keadaan
35 Ch. 35: Rencana Kuliah
36 Ch. 36: Perkara Imsomnia
37 Ch. 37: Serba Salah
38 Ch. 38: Si Pengacau
39 Ch. 39: Tidak Mungkin Mengalah
40 Ch. 40: Belajar Kelompok
41 Ch. 41: Tukang Modus
42 Ch. 42: Ujian Semester
43 Ch. 43: Ujung Emosi
44 Ch. 44: Usul Myria
45 Ch. 45: Tidak Ada yang Kebetulan
46 Ch. 46: Pengumuman Remidi
47 Ch. 47: Lomba Class Meeting
48 Ch. 48: Gara-Gara Angkasa
49 Ch. 49: Ribut
50 Ch. 50: Khawatir
51 Ch. 51: Membujuk Myria
52 Ch. 52: Debat
53 Ch. 53: Pengkhianatan Angkasa
54 Ch. 54: Permintaan Myria
55 Ch. 55: Ibu Mertua
56 Ch. 56: Pertemuan Wali Murid
57 Ch. 57: Langit Malam
58 Ch. 58: Candaan Dua Sahabat
59 Ch. 59: Terima Raport
60 Ch. 60: Misi Merusak Myria
61 Ch. 61: Tak Kuat Menahan
62 Ch. 62: Awas, Kasa!
63 Ch. 63: Berdarah-darah
64 Ch. 64: Baik-Baik Saja
65 Ch. 65: Obrolan Santai
66 Ch. 66: Permohonan Maaf
67 Ch. 67: Perkara Sakti Lagi
68 Ch. 68: Lega
69 Ch. 69: Myria Hasya Iswari
70 Ch. 70: Di Luar Dugaan
71 Ch. 71: Kembali Sekolah
72 Ch. 72: Siapa Ayahmu?
73 Ch. 73: Sulit Percaya
74 Ch. 74: Kalut
75 Ch. 75: Terima Saran
76 Ch. 76: Tes DNA
77 Ch. 77: Memanggil Ayah
78 Ch. 78: Suatu Fakta
79 Ch. 79: Tawa Bersama
80 Ch. 80: Kencan Pertama
81 Ch. 81: Bertemu Tanpa Sengaja
82 Ch. 82: Pertemuan
83 Tamat
84 Info
85 Muhasabah Cinta
86 Kisah Sakti (Angkasa seri 3)
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Ch. 1: Hampir Celaka
2
Ch. 2: Duka
3
Ch. 3: Lagi-Lagi Dia
4
Ch. 4: Tertipu
5
Ch. 5: Rencana Kerja
6
Ch. 6: Maksa
7
Ch. 7: Kenapa Harus Myria?
8
Ch. 8: Keputusan Myria
9
Ch. 9: Tawaran yang Sama
10
Ch. 10: Bertemu Orang Tua
11
Ch. 11: Status Baru
12
Ch. 12: Malam Pertama
13
Ch. 13: Tentang Angkasa
14
Ch. 14: Permintaan Angkasa
15
Ch. 15: Dihukum
16
Ch. 16: Kekacauan Friska
17
Ch. 17: Larangan Angkasa
18
Ch. 18: Pertanyaan Myria
19
Ch. 19: Peringatan
20
Ch. 20: Menggoda Myria
21
Ch. 21: Angkasa Marah
22
Ch. 22: Perang Dingin
23
Ch. 23: Mencari Myria
24
Ch. 24: Sorry
25
Ch. 25: Saran Mama
26
Ch. 26: Hati yang Memanas
27
Ch. 27: Erika Bukan Manusia
28
Ch. 28: Menghindar
29
Ch. 29: Pertandingan
30
Ch. 30: Menantang Angkasa
31
Ch. 31: Bolehkah Cemburu?
32
Ch. 32: Deep Talk
33
Ch. 33: Tekad Sakti
34
Ch. 34: Terimpit Keadaan
35
Ch. 35: Rencana Kuliah
36
Ch. 36: Perkara Imsomnia
37
Ch. 37: Serba Salah
38
Ch. 38: Si Pengacau
39
Ch. 39: Tidak Mungkin Mengalah
40
Ch. 40: Belajar Kelompok
41
Ch. 41: Tukang Modus
42
Ch. 42: Ujian Semester
43
Ch. 43: Ujung Emosi
44
Ch. 44: Usul Myria
45
Ch. 45: Tidak Ada yang Kebetulan
46
Ch. 46: Pengumuman Remidi
47
Ch. 47: Lomba Class Meeting
48
Ch. 48: Gara-Gara Angkasa
49
Ch. 49: Ribut
50
Ch. 50: Khawatir
51
Ch. 51: Membujuk Myria
52
Ch. 52: Debat
53
Ch. 53: Pengkhianatan Angkasa
54
Ch. 54: Permintaan Myria
55
Ch. 55: Ibu Mertua
56
Ch. 56: Pertemuan Wali Murid
57
Ch. 57: Langit Malam
58
Ch. 58: Candaan Dua Sahabat
59
Ch. 59: Terima Raport
60
Ch. 60: Misi Merusak Myria
61
Ch. 61: Tak Kuat Menahan
62
Ch. 62: Awas, Kasa!
63
Ch. 63: Berdarah-darah
64
Ch. 64: Baik-Baik Saja
65
Ch. 65: Obrolan Santai
66
Ch. 66: Permohonan Maaf
67
Ch. 67: Perkara Sakti Lagi
68
Ch. 68: Lega
69
Ch. 69: Myria Hasya Iswari
70
Ch. 70: Di Luar Dugaan
71
Ch. 71: Kembali Sekolah
72
Ch. 72: Siapa Ayahmu?
73
Ch. 73: Sulit Percaya
74
Ch. 74: Kalut
75
Ch. 75: Terima Saran
76
Ch. 76: Tes DNA
77
Ch. 77: Memanggil Ayah
78
Ch. 78: Suatu Fakta
79
Ch. 79: Tawa Bersama
80
Ch. 80: Kencan Pertama
81
Ch. 81: Bertemu Tanpa Sengaja
82
Ch. 82: Pertemuan
83
Tamat
84
Info
85
Muhasabah Cinta
86
Kisah Sakti (Angkasa seri 3)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!