Sulit melupakan Rein

Danti tentu mengenal sosok pria yang berdiri di depan tokonya itu. Danti langsung memutar balik motor yang dia bawa ke arah lain. Setelah sekian lama tidak melihat Rein dan bertemu kembali, membuat jantungnya Danti langsung berdebar dengan kencang. Ternyata dia masih merindukan sosok pria itu, begitu melihat Rein air matanya sepertinya berlomba-lomba untuk keluar.

Danti memarkir motornya di taman seberang jalan rumahnya. Danti sama sekali tidak berniat membuka helmnya. Danti memandang dari jauh pria yang selalu dia rindukan itu.

"Ayo Danti, janganlah kau memikirkan pria lain, saat ini kau sudah punya mas Adi! Rein hanyalah masa lalu yang tidak akan pernah tergapai. Sekarang Rein adalah pria lain buat ku. Dia juga sudah berkeluarga, kami sudah mempunyai kehidupan masing-masing. Lagipula aku sudah kalah dengan ibunya sejak dulu!", ujar Danti menegur dirinya sendiri, agar menjadi peringatan bagi dia, kalau dia masih punya dendam dengan ibu Rein.

Danti duduk di taman tanpa melepas helmnya sambil menunggu Rein pergi dari toko nya itu. Danti yakin Rein tidak akan mengenalnya dengan atribut itu. Rein pasti tidak pernah menyangka kalau sekarang dia sudah bisa membawa motor. Danti belajar dari Adi, saat Adi masih sehat. Danti kini sadar dulu Rein terlalu over protektif padanya. Pernah suatu hari Danti minta belajar naik motor, agar dia bisa berpergian dengan mandiri, tapi Rein langsung melarangnya.

"Jangan Danti! Aku takut terjadi apa-apa pada mu! Kalau kau butuh, kemana pun kau bisa beri tahu aku, aku pasti akan mengantar mu setelah pulang kerja!', larang Rein.

"Tapi kan kalau mas pulang kerja sudah capek, aku tidak mau merepotkan mas lagi!", ujar Danti memberi alasan.

"Mas tidak pernah capek kalau pergi berdua dengan mu! Lagian mas takut kau kesasar, nanti kau hilang bagaimana? Apalagi kau cantik, nanti kalau kau digoda abang-abang di jalan bagaimana?", ujar Rein yang tetap khawatir.

"Ih.. mas Rein saja menganggap ku tidak becus mengerjakan apa pun, bagaimana ibu tidak berpandangan sama seperti mas juga?", Rajuk Danti memasang wajah cemberut.

"Yang penting kau di samping ku sudah cukup Danti! Aku tidak perduli, kau tidak bisa apa-apa pun aku gak perduli!", ujar Rein yang langsung memeluk Danti masuk dalam pelukannya dan mulai mencumbu nya. Hal yang akhirnya membuat Danti lupa dengan keinginannya untuk mencoba belajar mandiri.

Berpikir ke sana Danti menjadi geram sendiri pada dirinya yang selalu mudah dirayu Rein dan melupakan misi nya. Danti menatap kembali ke arah Rein yang tampak berjalan ke mobil putih miliknya, dilihat dari mobilnya, sepertinya Rein sudah mengalami banyak kemajuan di karier nya.

"Kau memang tidak perduli mas Rein, tapi kau lupa kita bukan hanya hidup berdua! Ibu mu sangat perduli akan hal itu, karena aku tidak bisa apa-apa akhirnya aku menjadi bulan-bulanan ibu mu dan dianggap hanya benalu!", sesal Danti dalam hati sambil menatap kepergian Rein.

Setelah mobil Rein bergerak pergi, Danti pun segera ke tempat parkir motornya, Danti ingin segera tiba di rumah untuk menata hatinya yang sempat porak poranda, karena melihat Rein hadir kembali.

...********...

"Hore, mama pulang!", ujar Deo menyambut kedatangan Danti. Tadi Danti pergi ke apotik untuk mengambil obat Adi, jadi dia tidak mengajak Deo bersamanya, padahal biasanya ke mana-mana Danti selalu mengajak Deo. Danti khawatir kalau ke apotik akan bertemu dengan orang sakit.

"Iya Deo, tapi Deo jangan peluk mama dulu ya! Biar mama ganti baju dulu dan cuci tangan dulu, karena mama habis dari apotik!", ujar Danti yang melihat Deo berlari ke arahnya, Danti susah hafal kebiasaan Deo yang suka memeluknya kalau dia habis pergi.

"Iya ma", sahut Deo langsung menghentikan lari nya, Deo memang anak yang cerdas. Hanya sekali diberitahu dia sudah mengerti. Danti tersenyum sambil membuka helm nya dan menaruhnya di rak.

"Lho kok muka mu kelihatan pucat? Jangan-jangan kau kecapaian Danti. Habis ini langsung istirahat di kamar saja!", usul Adi.

"Iya mas!", sahut Danti menurut, lagipula tiba-tiba Danti merasa lelah setelah bertemu dengan Rein tadi. Bagaimanapun Rein masih sangat berpengaruh di hati Danti, apalagi Rein adalah ayah dari Deo.

...********...

Danti menatap Adi yang sudah terlelap di sampingnya. Danti walau ingin melupakan Rein, entah mengapa malah terbayang terus di kepalanya. Danti benar-benar merasa bersalah pada Adi, karena sudah memikirkan pria lain. Walaupun hubungan Danti dan Adi tidak normal seperti pasangan suami istri yang lain, tapi Danti selalu berusaha menghormati pernikahan dia dan Adi.

pikir Danti. Terbayang kembali wajah lesu Rein yang berjalan keluar dari toko nya tadi.

"Ayo Danti, jangan diingat-ingat lagi hal yang sudah berlalu, kau sudah punya kehidupan sendiri, mas Rein juga sudah punya kehidupan sendiri. Ayo fokus saja pada keluarga mu! Besok aku harus membawa Deo ke sekolah baru. Aku harus segera tidur agar stamina ku bagus", ujar Danti menyemangati dirinya sendiri. Untung saja setelah itu tidak berapa lama Danti jatuh tertidur juga. Walaupun jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, minimal dia masih sempat tidur.

...********...

Deo seperti anak kecil lainnya, karena sudah lama tidak sekolah, benar-benar susah membangunkan Deo yang memeluk gulingnya semakin erat dan sama sekali tidak mau membuka matanya.

Danti tentu tidak kehabisan akal. Danti segera menggelitik perut Deo yang tidak tahan geli itu.

Akhirnya Deo bangun dengan muka cemberut, dengan kedua pipinya yang digembungkan, membuat Danti menjadi gemas dan mencium kedua pipi itu bergantian.

"Deo masih ngantuk ma, mama jahat ganggu Deo tidur!", protes Deo.

"Deo hari ini mulai sekolah, masak Deo lupa?", tanya Danti.

"Mulai besok saja ya, ma!", tawar Deo yang kembali mengambil gulingnya kembali.

Memang paling sulit membujuk anak masuk sekolah di hari pertama, apalagi di sekolah baru.

"Eits... anak mama gak boleh malas ya", ujar Danti menahan punggung Deo agar tidak tidur kembali.

Akhirnya karena Deo yang malas-malasan sekolah di hari pertama, saat sampai di sekolah baru Deo, gerbang sekolah sudah ditutup, mereka terlambat sampai.

Aturan yang ada kalau terlambat maka mereka harus menunggu di gerbang sekolah lima belas menit, baru boleh masuk setelah itu, karena anak-anak yang tepat waktu sudah berkumpul di lapangan mendengar arahan guru, agar yang terlambat tidak mengganggu kegiatan tersebut.

"Tuh, jadi terlambat kan! sendiri lagi, gak ada teman sama sekali!", omel Danti.

"Ada ma! tuh! malah lebih telat dari Deo!", ujar Deo sambil menunjuk ke seorang anak perempuan yang digandeng perempuan cantik yang baru turun dari mobil.

"Hay! Nama saya Della, siapa nama mu?", tanya anak perempuan yang rambutnya dikepang dua itu setelah mendekat.

"Deo!", sahut Deo singkat.

Danti mengembangkan senyum pada perempuan di depannya itu, sedangkan perempuan itu menganggukkan kepalanya juga tersenyum ramah pada Danti.

Bersambung.........

Terpopuler

Comments

Alen Zije

Alen Zije

next, ditunggu

2023-02-05

5

Jedar Jess

Jedar Jess

ditunggu lanjutannya kak

2023-02-05

5

Brayen Shin

Brayen Shin

ketemu istri rein

2023-02-05

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!