Rein benar-benar tidak konsentrasi bekerja, Rein semakin merasa khawatir dengan keadaan Danti. Rein hafal betul dengan sifat istrinya yang masih polos dan jarang bergaul itu. Rein sekarang malah takut kalau sampai Danti ditipu orang, apalagi Danti memiliki wajah yang rupawan.
"Aku yakin Danti pasti kembali ke rumah orang tuanya. Sebaiknya malam nanti, saat pulang kerja aku mengunjunginya untuk melihat keadaannya!", putus Rein dalam hati.
...********...
Rein memutuskan langsung memasuki halaman rumah Danti, ketika melihat halaman rumah yang tidak dikunci itu Rein sudah hafal dengan rumah itu, lagipula rumah itu sudah tidak pernah direnovasi lagi, tapi cukup terawat.
Rein melangkah masuk, Rein menuju kamar yang biasa dihuni Danti sebelum menikah, benar saja Danti tetap menempati kamar itu.
Tapi yang membuat Rein kaget adalah ketika mendengar isak tangis Danti. Karena kaget, Rein langsung masuk tanpa mengetuk pintu lagi, dan Danti yang ceroboh itu memang sama sekali tidak mengunci pintu.
...********...
"Kau kenapa? Mengapa kau menangis? Siapa yang sudah menyakiti mu?", tanya Rein khawatir ketika melihat Danti yang sedang duduk di atas tempat tidur dengan baju dan rambut berantakan sedang menangis terisak-isak.
Rein segera menghampiri Danti dan membawa Danti masuk dalam pelukannya. "Katakan! Siapa yang sudah menganiaya mu!", ujar Rein yang merasa marah dan sedih melihat keadaan Danti
"Hu-hu-hu, mas Rein aku tidak bersalah apa-apa, tapi aku dituduh yang enggak-enggak mas!", tangis Danti yang akhirnya bersuara.
"Coba ceritakan pelan-pelan, apa yang sudah kau alami!", ujar Rein mengepalkan tangannya merasa geram.
"Pagi tadi aku di terima bekerja di sebuah toko roti, untuk membantu bersih-bersih toko, tapi suami pemilik toko mencolek-colek tubuh ku dan terlihat oleh istrinya. Istrinya langsung marah dan menjambak rambut ku serta mengatai aku sudah menggoda suaminya, mas! Sudah ku jelaskan, tapi dia malah makin marah dan mengusir ku. Aku sungguh malu mas!", cerita Danti tersedu-sedu lagi.
"Di toko mana? Beritahu aku! Akan ku tuntut mereka!", ujar Rein penuh emosi.
"Jangan mas, nanti aku akan bertambah malu", ujar Danti menarik tangan Rein agar sabar.
"Sudah ku bilang kau tidak bisa hidup sendiri! Pulang lah bersama ku!", ujar Rein.
"Aku tak bisa mas! Kau tahu kalau ibu mu mau bunuh diri kalau kau tidak menepati janji mu! Kalau benar terjadi, aku juga akan merasa berdosa mas!", sahut Danti menolak.
"Tidak bisakah kamu menerima aku saja? Aku janji, aku hanya mencintai mu saja!", ujar Rein ikut duduk di atas tempat tidur Danti dan menggenggam tangan Danti dengan erat.
"Maafkan aku mas, aku tidak ingin di duakan. Aku ingin suami ku menerima apa adanya aku, walaupun sampai aku tidak bisa punya anak sekalipun. Tolong hargai prinsip ku mas! Lagipula ini juga tidak adil buat perempuan yang akan mas nikahi nanti", ujar Danti tetap pada pendiriannya.
"Kau sungguh membuat ku khawatir Danti! Kau begitu ceroboh, bahkan pintu depan saja tidak kau kunci, bagaimana kalau orang jahat masuk? Kau hanya sendirian saja di rumah ini!", gerutu Rein khawatir.
"Lain kali aku akan lebih berhati-hati mas, karena kejadian tadi aku berlari pulang dan tidak ingat apa-apa lagi", sahut Danti membela diri.
Rein menatap Danti dengan sedih, dia benar-benar tidak rela melepaskan Danti. Tapi dia juga tidak mungkin tidak perduli pada ibunya juga.
Rein menatap rindu pada Danti, padahal dia baru sehari saja ditinggal Danti.
"Danti, biarkan aku menginap di sini. Aku benar-benar rindu pada mu!", ujar Rein dengan wajah sendu.
Danti yang baru mengalami masalah menjadi tergoda dan merasa kasihan dengan wajah memelas Rein, akhirnya tanpa sadar Danti mengangguk menyetujui permintaan Rein.
Entah karena rayuan Rein, entah dia yang masih mencintai Rein, ketika Rein mulai menciu*mnya, Danti pun membalasnya. Akhirnya kedua orang yang masih saling mencintai itu terlarut dalam perasaan mereka dan kembali melakukan hubungan seperti saat mereka masih berstatus suami istri.
Rein sama sekali tidak merasa bersalah, dia merasa Danti masih miliknya, sedangkan Danti merasa khawatir pada dirinya sendiri, bagaimana dia bisa melupakan Rein, andaikata nanti Rein sering datang melihat keadaannya. Dan bagaimana nanti kalau sampai ketahuan Bu Tati? Pasti Bu Tati akan marah besar.
...********...
Rein merasa senang Danti mau menerimanya, walaupun Danti tidak mau kembali ke rumah
"Aku harus pelan-pelan merayu Danti agar membatalkan perceraian itu, dan kembali pada ku!", tekad Rein dalam hati, apalagi Danti seperti biasanya membuatkan dia sarapan dan secangkir kopi dan tidak berkata apa-apa, bahkan sebelum Rein berangkat ke kantor, Danti membiarkan Rein mengecup dahinya seperti biasa.
Rein menyelipkan sejumlah uang ke tangan Danti. "Ambillah ini, kau jangan bekerja dulu, belilah kebutuhan mu!", ujar Rein .
Danti terpaku menatap kepergian Rein, dia tahu kalau Rein sangat mencintainya. Tapi hanya dengan cinta apakah mereka bisa hidup damai?
Danti menatap uang yang berada di tangannya, tiba-tiba Danti tertawa sendiri dan merasa dia seperti perempuan penghibur yang sudah memenuhi kebutuhan Rein, sesudah itu dibayar atau jangan-jangan dia mau dijadikan simpanan Rein? Tapi Danti yakin Bu Tati pasti tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
...********...
Ternyata benar saja dugaan Danti, sekitar pukul sepuluh Bu Tati muncul di rumah Danti dengan muka memerah dan penuh amarah.
"Perempuan penggoda! perempuan sesat! Ilmu apa yang kau pakai untuk menarik anak ku datang pada mu lagi? Sebentar lagi Rein akan menikah! Kau jangan membuat masalah! Kau pasti meminta Rein datang ke sini menemani mu bukan? Makanya Rein tidak pulang semalam!", omel Bu Tati dengan suara kencang.
Danti segera menarik tangan Bu Tati, "Ayo masuk Bu! Bicarakan di dalam, di sini banyak yang dengar!"
"Tidak sudi aku menginjak rumah perempuan na*jis seperti mu! Di sini saja bicaranya, ngapain takut ketahuan? Lebih banyak yang tahu lebih bagus! Biar mereka tahu perempuan seperti apa kamu! Agar mereka lebih berhati-hati pada mu", sahut Bu Tati yang semakin membesarkan suaranya lagi, dan memang tujuan Bu Tati adalah mempermalukan Danti.
Sebentar saja di depan halaman tampak banyak ibu-ibu yang mulai berkumpul menyaksikan keributan itu dan berbisik-bisik.
Danti menatap pasrah Bu Tati yang dari tadi mengoceh terus dan sama sekali tidak perduli dengan perasaan Danti. Sedangkan makin lama makin banyak ibu-ibu yang menyaksikan keributan itu.
"Andai kau bisa melihat ini mas Rein! Apakah mungkin bagi kita bersatu kembali, ketika ibu yang melahirkan dan merawat mu dari kecil begitu membenci ku? Aku harus segera pergi dari sini, pergi ke tempat yang tidak bisa ditemukan mas Rein lagi. Mungkin dari pertama pernikahan kami sudah salah, aku harus menjauh dari mas Rein, agar mas Rein bisa melupakan aku!", tekad Danti dalam hati, apalagi dia sudah pasti merasa malu untuk tinggal di rumah peninggalan orang tuanya, ketika ibu mertuanya berkata-kata yang tidak pantas dan didengar jelas oleh ibu-ibu di lingkungan itu!
Bersambung........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 18 Episodes
Comments
Mamie Sekar (AsK)
Haihhh kasian ya Danti, malah hamil... 😭😭😭😭
2023-02-02
1
denish murray
lanjut thor, semangat
2023-01-29
2
Verro Goviy
aduh tega banget tuh mertua
2023-01-29
9