Kembali ke kota

Rein menatap punggung Mira yang berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan lesu. Mira sudah tidak berani berkata apa-apa lagi, hanya wajahnya yang kelihatan sedikit pias, saat pamitan pulang pada Rein.

Sebetulnya Rein kadang merasa kasihan dengan Mira juga, harus terikat pernikahan dengannya yang sama sekali tidak bisa memberi hatinya lagi. Rein sendiri juga tidak mengerti, mengapa sampai sekarang di masih tidak bisa melupakan Danti, Danti sepertinya sudah menguasai seluruh hatinya sejak dia pertama kali jatuh cinta pada Danti. Danti merupakan cinta pertamanya. Memang Rein baru jatuh cinta di usia dua puluh lima tahun, masa mudanya digunakan untuk belajar dan meniti karir, dan Danti lah perempuan pertama yang berhasil menggetarkan hatinya.

...********...

Dari hari pertama menikah, Rein sudah mencurigai Mira. Rein tidak merasa pernah meniduri Mira, dan Rein merasa curiga kenapa kemaren dia bisa menjadi tidak sadar. Walaupun dia sempat meminum minuman keras karena ajakan temannya dan memikirkan Danti, Rein merasa tidak mungkin dia bisa mabuk sampai tidak bisa mengingat sama sekali tentang kejadian semalam., Ketika Mira mengumumkan dia hamil, Rein pun merasa curiga. Memang bukannya tidak mungkin hanya berhubungan sekali langsung bisa punya anak, tetapi Rein hanya merasa janggal saja.

Tapi semua itu hanya menjadi pertanyaan di hati Rein saja, Rein tidak pernah ingin mengetahui nya. Buat apa dia mengetahui hal itu? Kalau pun dia bercerai dengan Mira, paling ibunya akan mencarikan dia perempuan baru lagi.

Akhirnya Rein sama sekali tidak ingin mencari tahu kebenaran hal itu. Rein membiarkan Mira tetap di posisinya, agar dia aman juga. Apalagi Mira sudah hamil, biar ibunya tidak ribut terus masalah cucu padanya. Rein bahkan tidak perduli siapa ayah dari anak yang dikandung Mira. Entah dia atau bukan, kalau pun bukan Rein juga tidak perduli, Rein merasa ini hukuman yang tepat buatnya, karena dia sudah menyia-nyiakan Danti, dia sudah tidak bisa lagi menepati janji nya untuk menjaga Danti selamanya.

Tadi dia hanya menggertak Mira saja, tapi ternyata Mira kelihatan begitu ketakutan, jadi Rein semakin yakin dugaannya selama ini adalah benar, kalau Della sebenarnya bukan anak kandungnya. Rein semakin yakin kalau saat Mira menikah dengannya, Mira sudah hamil duluan.

...********...

"Aku sudah tidak mau berobat lagi Danti! Aku sudah lelah, biarkan saja ajal menjemput ku, kapan saja aku sudah siap! Aku sudah tidak mau merepotkan orang-orang di sekitar ku", ujar Adi dengan pasrah.

"Jangan begitu mas, selama masih ada kesempatan hidup kita tetap harus berjuang mas! Kau jangan tinggalkan aku dan Deo, kau harus bertahan hidup! Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi mas", ujar Danti mulai terisak.

Ternyata sesudah menjalani operasi, sakit yang diderita Adi belumlah sembuh benar, sepertinya masih ada tunas-tunas penyakit di kakinya itu.

"Di tempat kita ini peralatan masih kurang canggih Bu, kalau bisa ibu membawa bapak berobat di kota. Saya anjurkan sebaiknya untuk tinggal di kota, agar mempermudah terapi, karena harus sering ikut terapi agar organ tubuhnya tidak mati semua dan tetap bisa bergerak", ujar Dokter Rudi.

"Siapa tahu ibu dan bapak punya saudara di kota yang bisa membantu", anjur Dokter Rudi, saat Danti membawa Adi untuk kontrol.

...********...

Akhirnya setelah berpikir semalaman, Danti memberanikan diri mengusulkan Adi untuk menjual rumah dan tokonya untuk biaya berobat Adi. Danti sudah memutuskan, dia akan kembali ke kota dia dulu, Danti sudah tidak perduli kalau dia akan bertemu kembali dengan Rein maupun ibu-ibu di lingkungan rumah yang dia tempati dulu itu.

Danti kini sudah berpikiran dewasa dan mandiri, apalagi dia sudah mempunyai seorang anak. Sifat seseorang bisa berubah sejalan waktu karena keadaan yang mendesak.

"Buat apa aku harus malu dan merasa tidak enak, aku toh tidak pernah meminta-minta pada mereka, aku sekarang sudah punya Deo, ada mas Adi yang harus ku perhatikan, aku sudah berhutang banyak pada mas Adi dan ibunya, inilah saat yang tepat aku membalas budi mereka, Ibu mohon kau lindungi dan restui rencana ku, semua demi kebaikan mas Adi", pikir Danti yang akhirnya mengambil keputusan akan kembali ke kota yang dia tinggal dulu.

Tempat yang paling dia hindari, tapi karena keadaan dia mau tidak mau harus kembali lagi dan menghadapi nya dengan tegar!

...********...

Adi akhirnya menganggukkan kepala menyetujui permintaan Danti. Setiap melihat air mata perempuan itu, hatinya sungguh merasa tidak tega, bahkan mata berkaca-kaca Danti saja sudah membuat dia tidak tega.

Mendapat persetujuan Adi, Danti langsung tersenyum bahagia dan segera menggenggam tangan Adi.

"Mas jangan pernah merasa menjadi orang yang tidak berguna, kau berada di samping ku saja sudah membuat ku semangat mas. Percayalah! Nanti kalau kau sudah sembuh lagi, kau bisa kembali gantian merawat aku dan Deo! Yang penting mas ada kemauan, aku yakin mas bisa sembuh dan berumur panjang", ujar Danti menyemangati Adi.

Adi akhirnya tersenyum mendengar perkataan Danti. "Baiklah, kita jual rumah toko ini, buat modal kita hidup di kota!", ujar Adi sambil menepuk-nepuk tangan Danti yang menggenggam tangannya.

...********...

Beruntung saat itu adalah bulan Juni, kebetulan Deon sudah menyelesaikan pendidikan TK nya.

Dengan memasang iklan dan kebetulan letak rumah toko Adi yang strategis, mereka tidak menemui kesulitan untuk menjualnya dengan harga yang sesuai.

Danti merasa Tuhan kali ini benar-benar sudah memberinya kelancaran semua, sehingga dalam waktu kurang lebih sebulan mereka sudah bisa bersiap-siap pindah ke kota tempat Danti dulu.

"Ma! Enak di mana ma? Di sini atau di kota nanti?", tanya Deo yang penasaran.

"Semua tempat ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing Deo! Asal kita bisa menikmati hidup, hidup di mana saja enak", ujar Danti bijak.

"Emang di kota lebih enaknya apa ma?", tanya Deo yang kini tentu lebih tertarik di kota, karena sebentar lagi dia akan pindah ke kota.

"Yang jelas di kota lebih ramai Deo! Tapi yang jelas di kota lebih lengkap, makanya kita pindah ke kota agar pengobatan ayah lebih bagus, dan ayah bisa cepat sembuh", ujar Danti tersenyum sabar menjawab rasa ingin tahu Deo.

"Wah.. Deo gak sabar ke kota mama!", ujar Deo polos.

"Besok kan kita berangkat Deo, sehari itu cepat kok", ujar Danti tersenyum ke arah Adi yang hanya mendengarkan pembicaraan ibu dan anak itu.

"Tapi kita tinggal di mana ma? Apakah tinggal di hotel seperti ini?", tanya Deo lagi.

"Ya...enggak Deo. Kita akan tinggal di rumah mama dulu, kalau kita tinggal di hotel terus, mama bisa bangkrut dong!", ujar Danti tersenyum. Memang saat ini mereka sudah tinggal di hotel, karena rumah toko Adi sudah dijual.

"Ayo, cepat tidur! Biar stamina mu kuat, besok kita akan melakukan perjalanan!", ujar Danti menarik tangan Deo, membawanya ke kamar mandi untuk sikat gigi sebelum tidur.

Bersambung.........

Terpopuler

Comments

Mamie Sekar (AsK)

Mamie Sekar (AsK)

Semoga kamu semakin menjadi wanita lebih kuat ya Danti, kalog gak kuat ketemu mertua bilang aja sama aku, biar aku bantu nguatin🤣
Beb kenapa cerita bisa melow begini

2023-02-04

0

Volla norah

Volla norah

wah bakal seru nih kalau ketemu lagi

2023-02-02

5

queen dirba

queen dirba

wah danti harus tegar ini, lanjut thor

2023-02-02

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!