.
.
.
setelah selesai membersihkan diri, Adi berpakaian, tapi Anna tidak juga mengatakan apa-apa, sepertinya Anna tidak berani mengatakan bahwa Kakeknya menginginkan Cicit.
"mana mungkin". gumam Anna sangat pelan
"apanya mana mungkin? ". tanya Adi balik.
Anna terlonjak kaget, "maaf..! haha.. aku tidak tau apa nya yang tidak mungkin".
Adi menaikkan sebelah alisnya, "kenapa kamu aneh sekali Anna? apa ada masalah? ".
"hmm? masalah? tidak ada..! aku mengantuk, aah.. iya mengantuk". alibi Anna segera melarikan diri dan meloncat ke ranjangnya lalu masuk ke balik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya.
Adi menggeleng kepalanya tidak mengerti,
pagi-pagi, di meja makan.
"Kakek sudah atur Iklan itu? ". tanya Adi kaget dengan perkataan Leonard.
Anna diam saja sambil fokus sarapan dengan rotinya.
Sekar dan Caca pura-pura tuli padahal mendengar pembicaraan Leonard dan Adi.
"iya..! iklannya tidak terlalu berlebihan". jawab Leonard.
Adi melihat map yang dikeluarkan Leonard, segera Adi membuka dan membacanya, memang tidak sulit.
"jadi ini yang kamu mau bicarakan tadi malam Anna?". tanya Adi ke Anna
Anna menoleh ke Adi dan Leonard, "aah.. iya..! aku memang mau bilang itu tapi tidak tau dari mana mulai mengatakannya".
Adi menghela nafas panjang, "aku tau pasti ada hal lain yang mengganggumu..! kalau tidak mau mengatakannya tidak apa, kamu bisa beritau aku kapanpun kamu mau". Adi mengelus kepala Anna dengan senyuman.
Leonard terkekeh pelan, Sekar menganga sedangkan Caca menatap datar saja situasi mereka berdua.
Anna melihat semua orang tengah menatapnya, "aku harus ke Rumah Sakit, Pasienku menunggu".
Anna buru-buru bangkit membawa pergi rotinya lalu tak lupa menyalami Adi dan pamit ke Kakeknya,
krik.. krik...
situasi jadi hening di tinggal Anna yang kabur ke Rumah Sakit dengan alasan banyak pasien.
"kamu apakan dia? ". tanya Caca curiga
"aku tidak melakukan apapun, hanya mengelus kepalanya". jawab Adi dengan serius.
"apa kamu tidak ingat apa yang kamu lakukan tadi malam padanya? dia sejak datang dan duduk di kursi sudah berbeda". sambung Sekar
"tidak..! tadi malam dia memang ingin mengatakan sesuatu tapi dia tidak bilang apa-apa, malah alasannya mengantuk dan langsung tidur". jawab Adi
"apa mungkin karna itu ya? ". gumam Leonard pelan membuat Adi, Sekar dan Caca melihat ke arahnya.
"apa maksud kakek? ". tanya Adi, Sekar dan Caca serentak.
"aah.. Kakek bilang ingin punya cicit, wajahnya memang keliatan panik". jawab Leonard
Adi menjatuhkan rahangnya dan kedua sahabatnya Anna hanya terkejut sesaat.
"bukankah Adi tidak normal kek? ". tanya Sekar
Leonard kaget,
Adi menatap tajam ke arah Sekar, "apa maksudmu? apa dendammu padaku? ".
"tapi begitulah kata Anna". sambung Caca begitu santai tidak ada takutnya pada Adi.
Sekar menciut, "Anna bilang gitu, kamu tidak normal karna tidak melihat segerombolan wanita seksi yang kekurangan bahan di Restaurant".
tawa Leonard pecah seketika, kedua gadis cantik itu melarikan diri. sebenarnya Caca tidak mau pergi tapi di tarik dan dipaksa oleh Sekar.
tinggallah Leonard dengan Adi saja di meja makan, Leonard masih tertawa terbahak-bahak sampai perutnya terasa keram.
"aduuh... kenapa bisa begitu Di?". tanya Leonard setelah merasa tenang namun masih ada sisa tawanya sedikit-sedikit.
Adi menceritakan kejadian singkat itu membuat tawa Leonard semakin menjadi-jadi saja, hebat sekali Adi tidak mau melihat wanita seksi tanpa sadar air matanya keluar dan terdiam seketika membuat Adi panik dan heran.
"ada apa kek? ". tanya Adi berjongkok disamping Leonard.
Leonard memutar kursi Rodanya menghadap Adi lalu mengelus kepala Adi, "kamu mengingatkan Kakek pada 1 orang".
"siapa kek? ". tanya Adi
"sifatmu itu sama dengan Alm. Papa nya Anna". jawab Leonard dengan sendu.
"maafkan Adi mengorek luka lama Kakek". ucap Adi dengan raut wajah merasa bersalah.
"tidak apa..! kakek malah senang". Leonard mengelus kepala Adi dengan penuh kasih sayang seolah tertuju pada seseorang.
.
.
Adi mendatangi Rumah Sakit tempat Anna bekerja,
Anna gelagapan saat dihubungi suster yang menjaga meja depan bahwa suaminya Anna datang, tak punya pilihan lain akhirnya Anna mengizinkan Adi masuk diantar oleh salah satu suster.
ceklek..!
"Dok..! ini Suami dokter". kata suster itu senyam-senyum lalu pamit pergi.
Anna berdiri kikuk dan berjalan ke arah Adi yang tengah tersenyum,
"ada apa? kenapa kesini? ". tanya Anna dengan canggung.
Adi mendekati Istrinya lalu menarik tangan Anna dan duduk disofa.
"sebenarnya apa yang mau kamu katakan? ". tanya Adi pura-pura tidak tau apa yang ada dipikiran Anna
"apa? tidak ada..! bukankah hanya iklan itu saja". jawab Anna celingukan kesana-kemari.
Adi tertawa kecil, "apa kamu memang dokter jenius hmm? kenapa malah bertingkah seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa?".
Anna melebarkan matanya, "kata siapaaa? ".
"kataku". jawab Adi tanpa beban.
"aku bukan anak kecil". bantah Anna dengan serius.
"lalu kamu ingin kita punya anak? ". tanya Adi membuat Anna gelagapan.
"bu.. bukan..! cu.. cuma itu masalah kita sekarang, Aku tidak tau bagaimana cara mengatasinya jadi mau tanya pendapatmu, siapa tau kamu tau". jawab Anna gugup namun terdengar tulus.
Adi menghela nafas panjang, "iya..! lalu kenapa tidak berani menemuiku hmm? hanya bicara seperti tadi saja banyak sekali dramanya". gemas Adi
Anna menundukkan kepalanya,
"tidak apa..! kita akan buat anak kapanpun kamu mau". jawab Adi tanpa beban membuat mata Anna membelalak melihat ke Adi tak percaya.
"ka.. kamu bercanda? ". tanya Anna tergagap.
"aku bisa membuktikan kalau aku normal Anna, berani-beraninya kamu memberitau kedua sahabatmu aku tidak normal, kamu mau aku buktikan sekarang juga? ". seringai Adi perlahan mendekati Anna.
Anna membeku di tempat, matanya melotot seperti baru saja melihat hantu.
Cup...!
Adi mengecup bibir Anna, "mau lebih? ". tanya Adi
"t.. tidakk...! i.. ini ciuman pertamaku". pekik Anna mendorong tubuh Adi setelah tersadar beberapa saat.
Adi yang tersandar di pinggiran Sofa didorong Anna tertawa keras, betapa tampannya Adi saat ini namun sayangnya Anna tidak terpesona.
Anna yang tak terima memukul-mukul lengan Adi dengan raut wajah tak terima, Adi menarik tangan Anna hingga menimpa tubuh Adi.
Adi dan Anna bertatapan begitu dekat satu sama lain, "a.. apa yang kamu lakukan? ". gagap Anna.
"aku hanya ingin kamu tau Anna, aku pria normal sangat normal, jangan ragukan hasr*tku ya?". kata Adi merapikan rambut Anna.
tampaknya Adi tidak terganggu dengan posisi intim mereka berdua, dengan senang hati Adi merangkul pinggang gadis bermata biru yang telah lama tersimpan didalam hatinya.
"i.. iya..! le.. lepaskan aku". cicit Anna jantungan,
Anna yakin sebelumnya baik-baik saja, mengapa Ia bisa jantungan seperti ini? apa Anna punya penyakit serius? mungkin saja Anna terlalu syok tiba-tiba begitu dekat dengan lelaki,
Anna tidak pernah dekat dengan lelaki manapun jadi wajar Ia jantungan bukan karna Cinta namun insting wanita polos yang belum pernah berdekatan dengan lelaki memang seperti itu.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
Ernadina 86
Anna lucu
2023-01-29
2
wiwik
aduh tambah penasaran aja deh
2023-01-29
1
Dwi Rustiana
Anna dah mulai ada rasa cinta hanya belum menyadari 11 12 sama Nana dan arka 🤭🤭🤭
2023-01-29
3