Safa termenung, menatap langit biru gelap yang di hiasi noktah cahaya. Seketika semua begitu terang. Bintang-bintang berkerlip cantik menghiasi.
Berada di hadapannya saat ini sebuah cincin berlian pemberian seorang ibu yang siang tadi datang bersama anak laki-lakinya. Yang bagi Safa tidaklah asing. Ia pernah ketemu, dalam situasi yang aneh. Belakangan ia baru tahu, pria itu seorang Selebgram. Wajar saja Safa tidak begitu kenal. Ia tidak begitu suka berlama-lama memandangi layar gadget untuk menyelami sosial media.
Berbeda dengan adiknya yang bahkan sampai mematung lama di depan pintu. Ekspresi tak percaya di tunjukkan saat melihat Afin Anka, sosok yang di puja banyak gadis ada di hadapannya.
Allah..., Allah..., Allah... tangannya menggulir tasbih, sementara bibirnya berzikir lirih. Siapalah dia tanpa bantuan Allah yang maha mengetahui misteri dalam dunia ini. Ia tidak langsung menjawab lamaran tadi. Baginya menerima pinangan seorang pria tidaklah mudah. ia butuh berlama-lama, untuk menanyakan pada sang Maha Pencipta. Untungnya, Beliau tetap memberikannya waktu untuk Safa menjawab.
Safa memang sangat mengagumi sosok wanita yang memiliki jabatan tinggi namun rendah hati seperti Ibu Ayattul. Namun, laki-laki yang datang bersamanya juga bukanlah laki-laki Soleh seperti yang ia dambakan selama ini.
Pemuda itu bahkan terlihat terpaksa sekali saat datang ke rumahnya tadi. Hingga terbetik pertanyaan dalam dada; hal mana yang lebih dia pilih. Antara mencintai atau di cintai. Atau tidak dua-duanya.
Ia sudah merasakan sakitnya mencintai lebih dulu. Lalu, kalau untuk yang sekarang. Bagaimana kalau tidak dua-duanya. Tidak di cintai, dan tidak pula mencintai.
Sungguh rumit rasanya. Belum lagi mengingat kata-kata Qonni tentang Afin yang baru-baru ini di tangkap karena kedapatan memiliki Sab*. Safa paham, jadi ini yang dimaksud Ibu Ayattul.
Sudahlah, tidak perlu terlalu di pikirkan. Semua orang berhak menolak lamaran, bukan? Aku hanya perlu petunjuk Allah. Dan memutuskannya.
...
Pagi kembali datang...
Seluruh anggota keluarga sedang sibuk menyantap hidangan sarapan pagi. Di sana Qonni masih saja heboh. Ia benar-benar tidak sabar menanti jawaban Kakak perempuannya itu.
"Duh, mimpi apa Mbak Safa bisa di lamar Artis sekelas Afin Anka. Apa jangan-jangan, karena kebanyakan solat malam jadi ketiban dunia runtuh. Ckckckck, Aku baru tahu, ternyata nama aslinya Arifin... Arif! Hehehehe..."
"Ngomongin apa, sih, Kamu? Di makan dulu nasinya, jangan banyak ngomong," tutur Aida yang mulai sebal mendengar ocehan anak bungsunya itu.
"Ngomongin yang datang kemaren, Bu," jawab Gadis itu sebelum menoleh kearah Safa. "Terima aja, Mbak. Ganteng banget loh orangnya, pujaan semua wanita, lagi!" ujar Qonni antusias. Karena ia juga salah satu fans Afin Anka.
"Ganteng wajahnya tapi minus kelakuannya buat apa, Nduk? Masa nggak dapet anak ustadz dapatnya malah kaya gitu? Ibu nggak setuju lah."
"Loh, tapi kan tetap dia dari keluarga baik-baik, Bu. Lihat Bundanya. Sama sekali nggak keliatan mertua galak. Dan suka menindas. Satu lagi, seorang pejabat Kemdikbud. Jelas kan bibit, bebet, bobotnya."
"Huuuus..., Qonni. Makan dulu!" Ayah mulai mengeluarkan suaranya. Mereka pun kembali diam. Safa sendiri tak begitu mendengarkan. Gadis itu hanya menunduk sambil menyantap makanannya hingga selesai.
***
Di tempat lain...
Arifin belum sama sekali menampilkan dirinya di depan publik. Kasusnya sendiri masih sangatlah hangat menjadi buah bibir di kalangan masyarakat. Beberapa wartawan pun banyak berkumpul di rumah yang ia beli sendiri. Dan ia pun memilih untuk mengungsi di rumah ibunya. Rumah yang jarang orang-orang tahu.
Belum juga badai besar yang menghantamnya reda. Masalah lain muncul, tiba-tiba saja Brody menghapus semua foto-foto dirinya dengan Camelia. Yang membuat fans bertanya-tanya tentang hubungan mereka. Kabar putus menyebar..., bahkan salah satu artikel menuliskan. Bahwa Afin telah menduakan Camelia.
"Dasar berita-berita sampah!" pria itu menyandar kesal di bangkunya. sejenak mengingat sosok gadis yang terlihat pendiam. Ia tak habis pikir, bisa bertemu lagi dengan gadis cantik bermata bening itu.
"Safa?" tidak ada keraguan saat sepasang mata tegas itu mendarat beberapa menit di wajah Safa.
Saya hanya gadis biasa, yang mengharapkan pasanganku itu adalah laki-laki yang mampu membimbingku. (Safa)
Sebaris kalimat dilontarkannya tanpa ragu, hingga tak pelak menimbulkan riak ombak kecil di hati Arifin.
"Dia hanya mau laki-laki baik, kan? kalau aku sendiri mungkin nggak masuk dalam golongan laki-laki yang ia harapkan." Pria terdiam tak mengerti. Aura yang di pancarkan Safa memang benar-benar kuat. Ia bahkan tak bisa melupakan raut wajah yang di penuhi ketenangan itu
Arif menoleh kearah meja. Dering ponsel terdengar, sebuah panggilan telepon dari Brody. Ketidaknyamanan dihatinya membuat Arif memilih untuk mengabaikan panggilan Brody. Dan mulai bersiap untuk pergi ke suatu tempat.
....
Ini adalah sekolah tempat Safa mengajar. laki-laki itu menghentikan mobilnya di depan. Menatap gerbang warna silver yang tertutup rapat.
ini udah jam pulang sekolah, kan? kenapa sepi.
Tak lama. Bel sekolah berbunyi. Arifin masih menunggu di tempatnya tanpa berbuat apapun. Hingga para murid berhamburan keluar, di susul para guru. Safa masih belum terlihat keluar.
"Apa dia nggak ngajar hari ini?" gumamnya sambil terus mengamati.
Tak berselang lama, seorang wanita dengan kerudung besar keluar sambil mengendarai sepeda motor. Menyapa ramah anak-anak muridnya yang sedang duduk-duduk di halte sekolah. Setelah menoleh ke kiri dan ke kana motor Safa kembali melaju menyebrang dan belok mengikuti jalur.
Di sana, Arif turut menyalakan mesin mobilnya. Setelah itu mengikuti gadis itu dari belakang.
Tentunya, Safa merasa ada yang mengikuti. karena mobil di belakang terus berada di belakangnya walaupun ia sudah mulai menepi.
Apa yang di lakukan mobil itu? mungkinkah dia berniat jahat?
Ketakutan Safa semakin menjadi saat ia berbelok. Mobil itu turut berbelok juga. setelahnya mem-block jalannya hingga mau tak mau, Safa pun menghentikan laju motornya.
seorang laki-laki dengan topi putih dan masker hitam keluar dari dalam mobil. Safa seperti kenal dengan posturnya, ia pun tertegun ketika pria itu membuka maskernya.
"Maaf membuatmu takut. Tapi, gue mau kita bicara," katanya di depan pintu mobil yang masih terbuka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
tuh kan brody mulai berulah.takutnya shafa kena imbasnya..bisa2 shafa dicelakain lagi sama brody
2023-07-01
0
Qaisaa Nazarudin
itu bukan rejeki tapi petaka
2023-05-12
1
Sholicha
bener" deh si brody itu
2023-04-07
0