bab 11

Selama lebih dari dua jam keluarga Ustadz Irsyad di rumah Ulum. Dan pulang sebelum waktu semakin larut.

Ulum mengantar hingga keluar pagar, sementara Aida, Safa, dan Qonni hanya sampai di depan pintu. Terdengar Ulum masih mengobrol di sisi samping ruang kemudi bersama Ustadz Irsyad. Kebiasaan bapak-bapak sebelum benar-benar berpisah mereka akan mengobrol basa-basi lagi.

"Fa, Ibu mau bicara sama kamu," ajak Aida sambil melangkah lebih dulu kedalam rumah. Safa terdiam ia melirik kearah adiknya yang turut memandang kearahnya. Setelahnya menghela nafas sejenak, lalu menyusul sang ibu yang sudah menunggunya di kamar.

"Kayaknya, ada yang bakal dapet ceramah panjang nih, dari Ibu." Gumam Qonni. Ia pun mengedigkan kedua bahunya sebelum kembali menggeser pandangan ke depan sebentar, dan tersenyum ketika Rahma membuka jendela mobil melambaikan tangan. Qonni turut melambaikan tangan dengan ceria.

–––

Di dalam kamar...

"Ibu mau bicara apa?" Tanya Safa pelan, sambil menghempaskan bokongnya ke permukaan kasur.

"Ibu nggak habis pikir sama kamu. Kenapa sih kamu harus bilang ke mereka kalau kamu mau mendampingi calon istrinya Rumi saat ijab qobul? Buat apa, Fa?" Ujarnya sambil menggoyangkan tangan Safa.

Safa sudah menduga, perkataannya tadi akan menimbulkan reaksi tidak suka dari ibunya. Apalagi semenjak masalah kemarin-kemarin. Ibu sempat tak tegur sapa dengan Ayah selama beberapa hari. Sebab, Ayah yang terlalu berpihak pada mereka dan justru menegur sang ibu dengan cukup keras setelah berbicara dengan sedikit memaki pada Ustadz Irsyad yang sempat datang sendirian.

"Ibu kan tahu Debby temenku juga," jawab Safa lirih.

"Teman? Teman mana yang mau menerima lamaran laki-laki. Padahal ia tahu, pada hari itu seharusnya laki-laki itu melamar mu."

"Aku nggak masalah, Bu. Safa udah iklhas."

"Lantas kalau sudah ikhlas, apa harus kamu duduk di sebelah Dia sambil nunggu Rumi berikrar! Jangan macam-macam, lah. Jangan cari penyakit!"

"Aku nggak nyari penyakit, Bu. Apa yang Safa lakukan. Kurasa nggak ada yang salah. Lagian, seorang laki-laki kalau mau poligami aja di perbolehkan. Apalagi yang belum menjadi milikku? Apa hak ku untuk membenci mereka, bahkan sampai menjauh, Bu?"

"Kamu tahu nggak, sih. Hati ibu itu sakit, Safa!" Aida menepuk dadanya pelan. Suaranya pun tak terlalu keras. Ia hanya tidak mau Ulum mendengar pembicaraan mereka. Karena itu akan memunculkan perselisihan antara dirinya dan suami lagi.

"Jangan begitu, Bu. Namanya aja nggak jodoh. Mau gimana lagi?"

"Susah ngomong sama kamu ataupun Ayah. Kalian itu nggak paham dengan perasaan Ibu." Perempuan paruh baya itu memalingkan wajahnya. Memutar sedikit tubuhnya membelakangi Safa. "Ibu jadi merasa dikhianati."

Safa tersenyum tipis, ia memeluk lengan ibunya lalu menyandarkan kepala di bahu Beliau.

"Safa nggak mengkhianati, Ibu."

"Lalu apa namanya?" Menoleh kebelakang sebentar, sebelum kembali memalingkan wajahnya. "Ibu masih sakit hati, tapi segampang itu kamu malah bilang sudah ikhlas dan mau mendampingi wanita itu. Kamu mau bikin Ibu tambah sakit hati? Melihatmu menemani gadis itu?"

"Sudah ya, Bu. Beneran Safa itu udah nggak papa. Aku hanya ingin menunjukkan, bahwa aku bukan gadis pendendam. Dengan melihat langsung prosesi akad nikah mereka. Akan membuatku semakin sadar dan ikhlas kalau Rumi bukanlah jodohku."

"Terserah kamu aja. Ibu cuma nggak mau liat kamu nangis setiap solat."

"Enggak, Bu. inshaAllah!" Safa menarik pelan tangan ibunya agar menoleh kearahnya. "Aku pasti akan baik-baik saja. Ada Allah, kok."

Aida menghela nafas panjang. Tidak bisa lagi berkata-kata jika Safa sudah menutup pembicaraan dengan kata-kata itu.

"Aku yakin! akan ada masanya, aku bisa menemukan jodoh terbaik nanti."

"Harus lebih Soleh daripada anaknya Ustadz Irsyad!"

Safa tersenyum, menyeka lembut pipinya yang basah. "Aamiin, ku anggap ini doa dari wanita paling ku hormati di dunia ini. Semoga Allah ijabah."

"Ya Allah, sini ibu peluk dulu. Anak ibu ini cantik, kok. Bisa-bisanya nggak di pilih, sih." Aida memeluk tubuh Safa yang tertawa saat mendengar kata-katanya. Mengusap punggungnya sambil terus sesenggukan. Sementara yang di peluk sudah tidak lagi menangis. Karena, ia memang sudah benar-benar menerima takdirnya itu.

***

Beberapa bulan berlalu. Tepatnya, satu Minggu sebelum hari H pernikahan Rumi.

Arifin baru saja menghadiri acara podcast di salah satu channel sahabat. Ini sudah yang ke tujuh kali ia berpindah dari tempat satu ke tempat yang lainnya dalam satu hari ini.

"Fin, langsung ke apartemen gua, ya?" Pinta Brody sambil menyentuh bagian dengkul laki-laki di sebelahnya.

"Gua capek, Brod." Menghela nafas. Kepalanya yang menyandar menatap kearah jendela sama sekali tak menoleh. Terserah laki-laki di sebelahnya mau apa.

"Sekalian infus booster di sana, buat stamina. Gua udah siapin."

"Sore aja, kesana-nya. Gua mau ke tempat lain." Arifin menoleh ke depan. "Jack! turunin gua di depan gedung Star agensi. Mau ambil mobil gua."

"Mau kemana, habis ini?" Tanyanya.

"Gua mau booster pikiran."

"Ke masjid lagi. Cuma buat tidur?!" Tanyanya sebelum tertawa. Tubuhnya yang besar itu berguncang. Lengan besar bertato itu tertekuk lalu menyikut dada bidang Arifin. "Gua takut Lu lama-lama insaf! Hahahaha."

Pria di sebelahnya tak menanggapi. Hatinya benar-benar tak nyaman beberapa bulan belakangan ini. Dan mobil mereka pun berbelok ke kantor agensi milik Brody.

"Lu beneran nggak mau masuk dulu? Istirahat, minum-minum?"

"Nggak, sore aja gua datang."

Brody tersenyum sinis. Lalu menepuk pundaknya. "Daddy suka, sih. Anak yang patuh. Tanpa harus di ingatkan. Dia tahu jatah Daddy-nya."

Arifin menatap dingin pada laki-laki yang sedikit menggunakan riasan maskulin. Walaupun dengan brewok dan tubuhnya yang besar, terkesan maco. Terkesan humble juga, dan banyak tertawa. Tapi siapa sangka, justru laki-laki itu masuk dalam daftar orang yang perlu di hindari. Arif melenggang pergi mendekati mobilnya dan masuk ke dalam.

Pria bernama Brody itu masih memandangi mobil Arifin hingga keluar dari area agensi. Setelahnya tersenyum tipis sebelum kembali melanjutkan langkahnya masuk ke dalam gedung.

***

Mobil terus berjalan menerjang kemacetan ibukota. Ia juga mendengarkan kembali hasil videonya tempo hari yang sudah tayang hari ini.

"kasih kita saran, dong, Fin. Gimana caranya supaya bisa menjadi Teenigers sukses kaya, Lu."

"Usaha lah, gila! apa lagi? Hidup itu jangan cuma di nikmati aja. Jangan cuma mimpi jadi orang berduit tapi maunya cuma rebahan. Apalagi Lu bukan anak orang kaya. Jangan jadi sampah di tengah-tengah sampah."

"Weeeh, jadi harus jadi emas, ya."

"Emas! Jangan mau jadi sampah mulu. Walau Lu harus sinting di depan kamera."

"Hahaha. Selalu Savage, ya. Omong-omong makin langgeng dengan Camelia. Ada issu kalau Lu bakal nikah sama dia."

Dalam sesi itu Arifin hanya tersenyum cool tak menjawab.

"kalau udah senyum-senyum gini kayanya iya."

"menurut, Lu? Hahaha."

"Wah-wah, kayaknya bakal kondangan berjamaah nih netizen. Lia Afin mau mirage. Woy!" Tertawa.

"Siapin aja kado yang keren buat kita." Arifin mengedipkan sebelah matanya ke arah kamera, menggoda. Yang di balas riuh orang-orang di studio podcast.

Pik! Pria itu mematikan videonya. Dan kembali fokus menyetir.

"Menikah apanya. Yang ada gua nggak akan bisa nikah sama wanita manapun," gerutunya sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Tiiiiiiiing! Sebuah pesan chat masuk. Arifin melirik ke layar dan langsung membacanya sekilas.

Bunda: "Jangan lupa sholat, Rif. Udah masuk Ashar."

Sebuah pesan yang membuatnya tertegun. Sorot matanya kembali fokus ke jalan. Membawa laju mobilnya tanpa arah.

Entahlah, ia sendiri sudah lupa. Kapan terakhir kalinya dia sholat. Sebab, selama kejadian kelam di masa SMA itu yang membuatnya terseret hingga sejauh ini. Arifin sudah tidak berani lagi berdiri di atas alas sujud. Ia merasa terlalu hina dan kotor untuk menghadap Tuhan yang Maha Suci.

Apalagi jika ia pernah mendengar. Tentang kaum-kaum sepertinya di jaman dulu, yang pernah di binasakan. Bukankah itu tanda bahwa ia tidak akan pernah di terima? Walaupun sebenarnya itu hanya pemikirannya saja. Padahal sejatinya, Allah SWT akan selalu lebih berlari untuk mendekat kepada siapa saja hambaNya yang mau kembali.

Itulah juga penyebab, ia jadi mati rasa dengan yang namanya wanita. Karena selama kejadian di masa lampau itu, ia belum pernah sekalipun berani menaruh hati pada wanita manapun. Dan mulai berusaha untuk menikmati perbuatan menyimpang-nya hingga sekarang.

Tapi, dalam hatinya yang masih normal. Arifin selalu merasakan ganjalan, ia juga memiliki keinginan untuk keluar dari lingkaran hitamnya itu. Walau beberapa kali tidak berhasil, karena setiap kali berniat untuk sholat.

Baru saja menginjakkan kaki di serambi masjid. Tubuhnya bergetar, bayangan demi bayangan menjijikkan selalu memprovokasi agar ia tidak jadi menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kembali, atau paling tidak, hanya duduk sambil menyandar di tiang-tiang masjid.

Dan akibat dari rasa hinanya itu. Hidup Arifin semakin kesini semakin bebas. Apalagi setelah pencapaiannya sebagai seorang Selebgram ternama dengan pendapatan perbulan mencapai nominal milyaran rupiah. Hingar-bingar dunia semakin menguasai jiwanya. Ia tidak peduli lagi, apapun yang masuk dalam tubuhnya. Entah halal ataupun haram. Toh, hidupnya juga sudah lebih hina dari pada benda-benda itu.

.

.

# catatan: (maaf untuk setiap dialognya Arifin dan teman-temannya, aku sisipkan kata2 yang mungkin agak sedikit kasar. Itupun udah usaha ku saring, nggak kasar banget sebagai mana para Selebgram berdialog. ❤️🤭)

Terpopuler

Comments

kika

kika

ini othor nya sopan, jatah hubungan badan bukan sih? male to male.... ksian afin sbnrnya ktakutan tpi g bs nolak...

2023-07-10

0

Ulfa Riady

Ulfa Riady

dalam ancaman berarti hidup Arifin,sisi hatinya yg lain dia ingin bertaubat dan hidup layaknya muslim pd umumnya,

2023-07-07

0

fitria linda

fitria linda

kaum sodom kah

2023-07-06

0

lihat semua
Episodes
1 pengenalan karakter.
2 Bab 1
3 Bab 2
4 bab 3
5 bab 4
6 Bab 5
7 bab 6
8 Bab 7
9 bab 8
10 bab 9
11 Bab 10
12 bab 11
13 bab 12
14 bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 bab 17
19 bab 18
20 bab 19
21 bab 20
22 Bab 21
23 bab 22
24 Bab 23
25 bab 24
26 bab 25
27 bab 26
28 bab 27
29 bab 28
30 bab 29
31 bab 30
32 bab 31
33 Bab 32
34 bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 pengumuman
50 Bab 48
51 Bab 49
52 Bab 50
53 Bab 51
54 Bab 52
55 Author nyapa
56 Bab 53
57 Bab 54
58 Bab 55
59 Bab 56
60 Bab 57
61 Bab 58
62 Bab 58
63 Bab 59
64 Bab 60
65 Bab 61
66 Bab 62
67 Bab 63
68 Bab 64
69 Bab 65
70 Bab 66
71 Bab 67
72 Bab 68
73 Bab 69
74 Bab 70
75 Bab 71
76 Bab 72
77 Bab 73
78 Bab 74
79 Bab 75
80 Bab 76
81 Bab77
82 Bab 78
83 Bab 79
84 Bab 80
85 Bab 81
86 Bab 82
87 Bab 83
88 Bab 84
89 Bab 85
90 Bab 86
91 Bab 87
92 Bab 88
93 Bab 89
94 Bab 90
95 bab 91
96 Bab 92
97 Bab 93
98 Extra part 1
99 Extra part 2
100 Extra part 3
101 Extra part 4
102 Ekstra part 5
103 Ekstra part 6
104 Ekstra part 7
105 Ekstra part 8 (final)
106 Sapaan terima kasih.
107 promosi Novel baru
108 Info Novel baru
Episodes

Updated 108 Episodes

1
pengenalan karakter.
2
Bab 1
3
Bab 2
4
bab 3
5
bab 4
6
Bab 5
7
bab 6
8
Bab 7
9
bab 8
10
bab 9
11
Bab 10
12
bab 11
13
bab 12
14
bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
bab 17
19
bab 18
20
bab 19
21
bab 20
22
Bab 21
23
bab 22
24
Bab 23
25
bab 24
26
bab 25
27
bab 26
28
bab 27
29
bab 28
30
bab 29
31
bab 30
32
bab 31
33
Bab 32
34
bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
pengumuman
50
Bab 48
51
Bab 49
52
Bab 50
53
Bab 51
54
Bab 52
55
Author nyapa
56
Bab 53
57
Bab 54
58
Bab 55
59
Bab 56
60
Bab 57
61
Bab 58
62
Bab 58
63
Bab 59
64
Bab 60
65
Bab 61
66
Bab 62
67
Bab 63
68
Bab 64
69
Bab 65
70
Bab 66
71
Bab 67
72
Bab 68
73
Bab 69
74
Bab 70
75
Bab 71
76
Bab 72
77
Bab 73
78
Bab 74
79
Bab 75
80
Bab 76
81
Bab77
82
Bab 78
83
Bab 79
84
Bab 80
85
Bab 81
86
Bab 82
87
Bab 83
88
Bab 84
89
Bab 85
90
Bab 86
91
Bab 87
92
Bab 88
93
Bab 89
94
Bab 90
95
bab 91
96
Bab 92
97
Bab 93
98
Extra part 1
99
Extra part 2
100
Extra part 3
101
Extra part 4
102
Ekstra part 5
103
Ekstra part 6
104
Ekstra part 7
105
Ekstra part 8 (final)
106
Sapaan terima kasih.
107
promosi Novel baru
108
Info Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!