Bab 1

Satu momen yang tak terlupakan, ketika Safa dan Rumi untuk pertama kalinya, duduk berdua di beranda rumah Fatkhul Qullum (Ayah Safa) dengan sekat meja bundar di tengah-tengah.

Hari ini Safa tidak menyangka, ketika kedatangan keluarga Ustadz Irshad itu tak hanya sekedar silaturahmi biasa. Melainkan untuk sebuah rencana baik yaitu mencocokan ke-dua anak mereka dengan cara Ta'aruf.

Bisa di bilang, fakta ini amat mengejutkan sekaligus menggembirakan bagi Safa, yang sudah memendam rasa kagumnya pada laki-laki yang rentang usianya hanya di bawah dia satu tahun.

Entah kapan rasa itu hadir, tepatnya tidak tahu. Yang jelas, perasaan yang tak seharusnya ada dengan halus menetap di hatinya. Bahkan terpupuk baik, dengan perlakuan Rumi yang membuatnya sempat berpikir bahwa Dia juga sama dengan Safa.

"Fa!" Rumi membuka suara. Memecah keheningan di antara keduanya.

Gadis itu sedikit mengangkat kepala, suara laksana aliran sungai yang tenang dan teduh, membuatnya sedikit berdebar walau langsung ia tepis dengan kalimat taawudz sebagai cara meminta perlindungan kepada Allah SWT.

"Aku boleh bertanya satu hal?" tanyanya sedikit ragu-ragu. Safa sendiri hanya menjawab dengan anggukan kecil. Walau sejatinya dalam hati ia penasaran, tapi gugup juga. "Apa benar, kamu mengagumi aku selama ini?"

Deg!

Gadis itu terhenyak. Terlihat kepanikan sekaligus malu yang membuat kedua pipinya bersemu. Safa buru-buru menundukkan kepalanya semakin gugup.

"I–itu. Aku, aku...."

"Tidak apa, jangan merasa malu karena ini, Safa." Rumi mencoba menghibur Safa yang mendadak canggung itu.

"Maaf...," lirihnya merasa cemas.

"Sejak kapan?" lembut suara Rumi kembali bertanya.

Hal itu justru membuat Safa jadi ingin menangis. Mengulik ingatannya yang memudar tentang; sejak kapan perasaan haram itu mengganggunya selama beberapa tahun terakhir ini? karena, selama itu pula ia tengah berusaha keras membuangnya demi hal-hal yang akan menjerumuskannya pada dosa.

"Se–sejak kapannya? aku tidak tahu. Yang jelas, rasa itu datang secara tiba-tiba tanpa mengetuk lebih dulu."

Wajah teduh Rumi Al-Fatih terkesan tenang. Tak lama terdengar helaan nafas pelan yang masih terdengar gadis berhijab panjang itu.

"Maaf, Rumi. Maaf aku lancang mengagumimu." Bulir bening itu semakin tertampung banyak di ke-dua netra indahnya.

Rumi pasti kecewa padaku. Aku pasti di anggap wanita tak baik karena mengagumi laki-laki lebih dulu. –batin Safa memekik keras, ingin rasanya ia menghilang begitu saja dari hadapannya saat ini.

Pria itu buru-buru membantah dengan ke-dua tangannya di depan dada.

"Nggak, Safa! Kamu nggak salah. Kamu juga nggak lancang, kok."

Rumi berusaha berujar dengan kata-kata yang sopan. Ia bahkan sedang hati-hati sekali saat ini. Walau tetap saja, apa yang ia tanyakan adalah sesuatu yang mungkin akan membuat wanita jadi kehilangan rasa percaya dirinya. Dan berujung pada rasa malu yang berlebih.

"Safa..., mengagumi seseorang itu bukan lah sebuah kesalahan. Karena yang berbicara itu adalah hati. Bukan kemauanmu," imbuhnya. Sementara gadis di depan masih saja tertunduk. Ia bahkan tidak sama sekali berani mengangkat kepalanya.

Ada sedikit rasa lega yang mulai bersemayam di hati gadis berusia dua puluh delapan tahun itu. Seolah lorong gelapnya mulai berpendar.

Ada secercah harapan, kah? Apa Rumi bersedia untuk berta'aruf dengannya. Hingga mereka bisa melangsungkan pernikahan, dan tidak terus-menerus menambah dosa.

"Tapi maaf...." Rumi kembali bersuara dan kembali di jeda. Dengan ekspresi wajah yang tak bisa Safa lihat saat ini. Gadis itu menunggu tanpa berani menaikan kepalanya walau hanya sekedar mengintip. "Kita nggak bisa berta'aruf, Safa."

Mata Safa yang serupa Danau yang bening dan teduh beriak. Seolah kerikil kecil di lemparkan ke tengah-tengah hingga membuat kecipyak di air muka yang tenang itu. Gadis itu membisu, ia benar-benar tidak bisa berkata-kata. Apakah ini tandanya ia telah di tolak seorang Ikhwan?

"Fa, maaf aku harus mengatakan ini sekarang secara langsung. Karena, aku takut. Ujung-ujungnya aku malah justru menyakitimu."

Sepertinya Safa sudah tahu jawabannya. Karena pagi ini tiba-tiba saja gadis nonis itu datang dengan sebuah kejutan yang membuatnya tertegun sekaligus bahagia.

Ya, Debora yang ia kenal di Bandung itu telah memutuskan masuk Islam. Ia bahkan terlihat lebih cantik dengan gamis dan hijab yang di kenakan. Dan sepertinya bukan hanya dia yang terkesima melihat perubahan Debby, melainkan Rumi juga. Semua bisa ia tebak dari tatapan membeku Rumi saat hendak masuk ke rumah ini.

Ya, itu pasti alasannya... Safa menerka-nerka.

"Safa, apa Kamu marah?" Tanya Rumi yang semakin merasa tak enak hati. Gadis itu pun mencoba untuk beristighfar dalam hati lalu berusaha mengembangkan senyum walau terasa pahit.

"Haruskah– Shafa yang membantumu untuk mengatakan ini, kepada orang tua kita?" Tanyanya yang justru membuat Rumi terdiam. "Terutama Pakde Irsyad. Kalau kita, tidak seharusnya bersama."

"Aku benar-benar minta maaf, Safa."

"Nggak papa, Rumi...." Dengan perasaan getir, gadis itu tertawa kecil. "Cinta memang tidak bisa di paksakan," imbuhnya lembut namun cukup menekan.

"Kamu boleh marah, kok. Karena aku mungkin, terkesan jahat padamu." Rumi merasa bersalah. Pria itu menunduk sekarang.

"Untuk apa aku marah padamu? Kamu aneh, Rumi." Kembali tertawa dengan mata berlinang. Gadis itu menggerak-gerakkan bola matanya agar air matanya tidak sampai keluar. Setelah diam beberapa saat, gadis itu menghela nafas pelan.

"Aku tahu– wanita yang kamu harapkan untuk bersanding denganmu bukanlah aku," lirih Safa mengatakan apa yang ia terka saat ini.

Rumi bergeming. Sekarang giliran dia yang tak bisa berkata-kata. Karena apa yang di tebak Safa benar.

"Aku tahu kok. Sekarang Dia sudah mualaf. Kalian sudah seiman. Bukankah itu kabar baik?"

Mendengar itu, Rumi langsung mengusap matanya yang basah. Bagaimana bisa Safa tahu isi hatinya. Jika dia menginginkan Debora yang menjadi istrinya.

"Di sini, di antara kita, sama-sama tidak ada yang ingin menyakiti antar satu sama lain, 'kan? Begitu pula aku, Rumi. Aku tidak mau memaksa kamu untuk menjadi imamku."

Keduanya hening untuk beberapa saat. Di dalam, Ulum menghela nafas pelan. Kemudian memilih untuk beranjak dari sana. Jujur saja ia benar-benar tidak kuat mendengar percakapan mereka berdua.

"Kamu benar, perasaan kagum bukan sesuatu yang salah. Tapi setelah ini, aku akan mengkaji ulang dan membenahi sesuatu yang salah pada diriku," sambungnya.

"Fa–" Rumi menangkap suara bergetar dari bibir gadis di dekatnya. Membuat pria itu mengangkat kepalanya.

Safa buru-buru menangkupkan tangannya di depan dada. "Aku akan menolak ta'aruf ini. Dan kamu bisa berjuang untuk mendapatkan Akhwat pilihan mu. Nikahi Dia, bimbing Dia dengan baik, Rumi. Dia yang lebih pantas mendapatkan mu."

"Mungkin, aku adalah laki-laki jahat saat ini," ujar Rumi merasa bersalah.

Gadis bermata sayu itu tak menjawab dan justru semakin mengatup rapat-rapat bibirnya menahan gemuruh di dadanya, dengan sesekali mencoba untuk tersenyum. walaupun itu sangat hambar terlihat.

"Andai ada kata yang lebih tinggi dari pada maaf, aku sudah mengucapkan itu, Fa."

Mata yang sejatinya sudah berlinang itu, benar-benar tidak mampu lagi menampung lebih banyak. Safa sangat ingin menangis saat itu juga. Dan ia lebih memilih kembali bertahan dengan cara menyunggingkan senyumnya untuk Pria yang ia kagumi ini.

"Aku ikhlas tidak berjodoh denganmu. Wallahi, Rumi," suaranya berubah serak dan terdengar amat lirih.

Klaaaaap, padam lah seluruh pendar dalam lorong panjang kehidupannya saat ini secara bersamaan. Sehingga membuat batin gadis itu menjadi hampa.

Pria itu menangkupkan tangannya. Wajahnya terlihat menyesal karena telah melukai hati Safa secara tidak langsung.

"Aku rasa semua sudah jelas. Jadi, aku pamit sekarang saja, ya," ucapnya. Gadis itu pun mengangguk pelan.

Rumi membalas, senyum itu tipis. "Aku berharap, akan ada Ikhwan baik hati yang imannya jauh di atas ku untukmu."

Shafa tersenyum lagi. "Aamiin..."

"Emmm..., aku mau pamit sama Paman Ulum."

Gadis itu menoleh kedalam sejenak. Ia sudah tidak melihat tubuh Ayahnya di ruang tamu. Lalu kembali menghadap ke Rumi.

"Nanti ku sampaikan saja. Ayah kanyaknya lagi di kamar istirahat. Kalau Ibu, kamu lihat sendiri tadi dia pergi sama Qonni."

"Kalau begitu. Titip salam aja, ya."

"Walaikumsalam. Iya, Rumi. Nanti aku sampaikan."

Rumi yang menjadi canggung belum berani melangkahkan kakinya keluar dari beranda rumah Safa.

"Ada lagi?" tanya gadis itu dengan hati sudah tak karuan.

"Enggak...," tertawa kecil. "Maaf, ya."

"Iya, Rumi. Jangan minta maaf terus." Keduanya tertawa garing. Rumi pun mengangguk sekali lalu mengucapkan salam dan pergi.

Gadis itu pun berjalan beberapa langkah saat mobil yang Rumi kendarai mulai melaju, dan berhenti di sebuah tiang penyangga atap teras rumahnya. Merengkuh tiang penyangga tersebut dengan satu tangannya. Sementara kepalanya menyandar lemah ke sisi tiang tersebut. Matanya yang sendu itu mulai terpejam pelan. Bulir-bulir bening yang sejak tadi tertampung pun berguguran.

Semudah itu mengatakan ikhlas. Namun, tidak dengan hatinya. Tentu itu sangat berat baginya untuk mengamalkan ikhlas itu sendiri.

Dalam kesendiriannya di luar rumah, Safa mulai sesenggukan. Walaupun dengan usahanya untuk tak bersuara. Tentu hal itu tetap bisa terlihat dengan jelas dari bahunya yang berguncang hebat.

Terpopuler

Comments

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

jodoh kadang cukup rumit

2023-09-29

0

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉

maaf kak baru ku lanjutkan bacanya.habis maraton dari novel abi irsyad,nuha,rumi,ci maryam.baru lanjut sini deh,takut ga mudeng hehe.dan nyeseeel bgt kenapa baru sekarang baca2 novel religi kakak😭😭😭 benar2 menginspirasi dan banyak pelajaran berharga.semoga habis novel shafa kakak lanjut nulis novel religi lagi yaa.novelnya anak2 nuha,rumi dan ci maryam🤭 ya kaak ditunggu lo kak😅

2023-06-29

1

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

# jauh cantik Safa

2023-05-12

0

lihat semua
Episodes
1 pengenalan karakter.
2 Bab 1
3 Bab 2
4 bab 3
5 bab 4
6 Bab 5
7 bab 6
8 Bab 7
9 bab 8
10 bab 9
11 Bab 10
12 bab 11
13 bab 12
14 bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 bab 17
19 bab 18
20 bab 19
21 bab 20
22 Bab 21
23 bab 22
24 Bab 23
25 bab 24
26 bab 25
27 bab 26
28 bab 27
29 bab 28
30 bab 29
31 bab 30
32 bab 31
33 Bab 32
34 bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 pengumuman
50 Bab 48
51 Bab 49
52 Bab 50
53 Bab 51
54 Bab 52
55 Author nyapa
56 Bab 53
57 Bab 54
58 Bab 55
59 Bab 56
60 Bab 57
61 Bab 58
62 Bab 58
63 Bab 59
64 Bab 60
65 Bab 61
66 Bab 62
67 Bab 63
68 Bab 64
69 Bab 65
70 Bab 66
71 Bab 67
72 Bab 68
73 Bab 69
74 Bab 70
75 Bab 71
76 Bab 72
77 Bab 73
78 Bab 74
79 Bab 75
80 Bab 76
81 Bab77
82 Bab 78
83 Bab 79
84 Bab 80
85 Bab 81
86 Bab 82
87 Bab 83
88 Bab 84
89 Bab 85
90 Bab 86
91 Bab 87
92 Bab 88
93 Bab 89
94 Bab 90
95 bab 91
96 Bab 92
97 Bab 93
98 Extra part 1
99 Extra part 2
100 Extra part 3
101 Extra part 4
102 Ekstra part 5
103 Ekstra part 6
104 Ekstra part 7
105 Ekstra part 8 (final)
106 Sapaan terima kasih.
107 promosi Novel baru
108 Info Novel baru
Episodes

Updated 108 Episodes

1
pengenalan karakter.
2
Bab 1
3
Bab 2
4
bab 3
5
bab 4
6
Bab 5
7
bab 6
8
Bab 7
9
bab 8
10
bab 9
11
Bab 10
12
bab 11
13
bab 12
14
bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
bab 17
19
bab 18
20
bab 19
21
bab 20
22
Bab 21
23
bab 22
24
Bab 23
25
bab 24
26
bab 25
27
bab 26
28
bab 27
29
bab 28
30
bab 29
31
bab 30
32
bab 31
33
Bab 32
34
bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
pengumuman
50
Bab 48
51
Bab 49
52
Bab 50
53
Bab 51
54
Bab 52
55
Author nyapa
56
Bab 53
57
Bab 54
58
Bab 55
59
Bab 56
60
Bab 57
61
Bab 58
62
Bab 58
63
Bab 59
64
Bab 60
65
Bab 61
66
Bab 62
67
Bab 63
68
Bab 64
69
Bab 65
70
Bab 66
71
Bab 67
72
Bab 68
73
Bab 69
74
Bab 70
75
Bab 71
76
Bab 72
77
Bab 73
78
Bab 74
79
Bab 75
80
Bab 76
81
Bab77
82
Bab 78
83
Bab 79
84
Bab 80
85
Bab 81
86
Bab 82
87
Bab 83
88
Bab 84
89
Bab 85
90
Bab 86
91
Bab 87
92
Bab 88
93
Bab 89
94
Bab 90
95
bab 91
96
Bab 92
97
Bab 93
98
Extra part 1
99
Extra part 2
100
Extra part 3
101
Extra part 4
102
Ekstra part 5
103
Ekstra part 6
104
Ekstra part 7
105
Ekstra part 8 (final)
106
Sapaan terima kasih.
107
promosi Novel baru
108
Info Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!