Beberapa Minggu telah berlalu...
Safa mulai berdamai dengan keadaan. Dia sudah bisa menerima apa yang terjadi. Walaupun sempat hidupnya kehilangan arah akibat tergerus kenyataan.
Takdir tidak bisa di tebak, dan tak bisa ia paksa untuk berpihak padanya. Bumi ini milik Allah, dan hanya atas izinnya lah semua terjadi.
Siang yang terik, Safa menghadiri sebuah acara majelis ilmu. Ia ingin menikmati hidupnya seperti sedia kala. Tak terkurung terus menerus dalam lingkup kesedihan yang dibuatnya sendiri.
Ustadzah Siti Khomariah. Adalah wanita paruh baya yang ilmunya sudah lumayan tinggi. Biasa mengajar ilmu fiqih di salah satu pondok pesantren.
Biasanya Safa memang tidak pernah absen, jika Beliau membuka tabligh di salah satu masjid yang rutin di buka setiap satu bulan sekali. Wanita berhijab panjang itu, selalu menarik setiap kajian yang ia bawakan sama seperti saat ini.
Seolah Safa tengah di nasehati. Kenapa temanya pas sekali, membahas tentang ikhlas patah hati jika itu keputusan dari sang pemilik hati.
"Aku tidak bisa hidup tanpanya ustadzah. Dia sangat berarti untukku," tutur beliau dengan nada yang terdengar sedih hingga beberapa diantara para jamaah tertawa. "Biasa ya, kalau sudah urusan hati. Kalian tidak akan pernah ridho untuk menerima kalau dia tidak jodoh. Seolah, hanya dia yang bisa membuat mu bahagia tidak ada yang lain."
Terdiam sejenak. "Hei, ladies!"
"Hei...!! Hahahaha" jawab serentak para jamaah wanita yang ada di sana.
"Emang cowok cuma satu di dunia ini? Sampai-sampai merasa dunia ini runtuh gara-gara Si Dia nggak jadi milik kita? Jelas enggak dong. Itu tuh, cuma ada dalam pikiranmu. Cuma ada dalam ketakutan yang kamu ciptakan sendiri. Padahal mah, dunia ini akan tetap berjalan biasa-biasa saja tanpanya. Betul apa betul?"
"Betul!!!"
"Nah, ulah Kitu... kita sebagai perempuan juga harus tegar. Hilang satu, tumbuh seribu. Di tinggal nikah satu Ikhwan, maka datang ribuan Ikhwan pengganti untuk melamar kita... Aamiinkan dong."
"Aaaaaamiiiiiiiin!"
"Kompak sekali, ya?"
"Hahaha..."
Safa yang berada di sana tersenyum. Memandangi wajah cantik yang terpancar cahaya keimanan dari Ustadzah Siti. Wajah yang sejuk di pandang walaupun tanpa riasan.
"Ada satu kisah. Tentang laki-laki bernama Salma Al-farizi dan sahabat seimannya Abu Dardak. Jadi Salman Al Farisi itu adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang berasal dari Persia. Dan beliau ini terkenal dengan kecerdikannya saat mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq."
"Singkat cerita ada Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah yang telah menduduki tempat di hatinya. Si Salman ini. Kemudian beliau pun menginginkan wanita ini untuk jadi kekasih halalnya. Maksudnya Salman punya niatan untuk menikahinya."
"Tapi ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya. Apa itu? Jadi Salman itu merasa, kalau Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah agar bisa menjadi juru bicara khithbah."
"Maka ia pun menyampaikan niat tulusnya itu kepada sahabat Anshar yang sudah ia kenal akrab yaitu Abu Dardak. Lantas apa kata Si Abu Dardak saat mendengar pernyataan itu?
'Subhanallaah... wal hamdulillaah...,' girang Abu Dardak itu langsung, ketika mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan."
"Tibalah pada waktu, dimana ketika persiapan dirasa cukup. Mereka berdua itu berjalan bersama menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah tadi."
"Sesampainya di rumah si wanita. Abu Dardak langsung berbicara maksud dari tujuan mereka datang. 'Saya adalah Abu Dardak, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.' fasih sekali Abu Dardak berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling halus."
"Jadi teman-teman. Keluarga ini menyambut mereka dengan baik dan merasa senang sekali. Ketika ada yang mau melamar putrinya. Nah, karena keputusan itu tetap ada pada si wanita yang di pinang. Mereka pun menunggu jawaban dari seperempuan tadi. Di tunggulah jawaban itu oleh Abu Dardak dan Salman dengan hati yang berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya. Untuk memberi jawaban. Kira-kira di terima nggak?"
Semuanya masih fokus mendengarkan kisah dari Ustadzah Siti. Begitu pula Safa yang amat mencermati kisahnya dengan seksama.
"Jadi si ibu keluar dengan raut wajah menyesali. Dan berkata seperti ini. 'Maafkan kami atas keterusterangan ini,' kata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. 'dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman.' begitu kata beliau dengan kata-kata yang di perlembut agar tidak menyakiti hati Salman. Tapi, sebelum itu si ibu bicara lagi begini. 'Dan karena kalian datang berdua. Apakah engkau Abu Dardak juga memiliki urusan yang sama?' tanyanya."
"Keduanya Diam loh langsung, teman-teman. Bingung mau jawabnya. Lebih-lebih si Abu Dardak. Habis itu si ibu berkata lagi. 'jika iya. maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan."
"Oooouuuhhh..." Riuh parah jama'ah turut merasakan sesaknya.
"Kita sambung, ya? Jadi, Keterusterangan yang di luar perkiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman sadar diri. Dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya itu. Lantas apa yang di sampaikan Salman untuk merespon hal tersebut?"
Semua jamaah tenang menunggu jawaban.
"Reaksi Salman, sahabat yang mulia ini langsung bertakbir. 'Allahu Akbar!' seru Salman. Ia pun menoleh pada sahabatnya. Dan menyentuh pundaknya sambil tersenyum. 'Ini hal baik, saudaraku. Berhubung semua mahar dan nafkah ini sudah ada. Dengan kebesaran hati dan keikhlasanku. Maka akan aku serahkan padamu wahai Abu Dardak. Menikahlah dengannya, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!' speechless nggak, tuh?"
"Banget, Ust!"
"Banget, kan? Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu paham bahwa betapa besarnya cinta, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat paham akan arti persahabatan sejati."
"Apalagi Abu Dardak telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya?"
"Ingat satu hadis teman-teman. Yang di riwayatkan oleh Bukhari? (Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.)"
"Mengikhlaskan itu memang berat. Namun sejatinya kita harus paham. Bahwa yang kita inginkan tidak melulu harus menjadi milik kita. Ikhtiar, sabar... akan mengantarmu pada kebaikan. Walaupun hasilnya terkadang tidak sesuai dengan kehendak kita. Tapi percayalah, hanya Allah yang tahu baiknya untuk kita. Kajian saya akhiri, sampai di sini. Semoga bisa menjadi kebaikan untuk kita semua yang mampu mengambil hikmah dari kisah-kisah tersebut."
Ustadzah Siti menutup majelis dengan berdoa dan salam. Selama dua jam Safa di sana. Dan ia bersyukur telah mendapatkan ilmu yang luar biasa dari Beliau. Sehingga hatinya semakin yakin untuk menerima apapun yang di inginkan Rabbnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Janah Husna Ugy
q nunggu cerita ini tamat udah lama,, soalnya q gk suka cerita yg sering up, suka lupa keselip novel lainnya,, jadi nunggu tamat baru baca, maaf ya thoor, baru bisa baca,
2024-01-13
2
fitria linda
Ya Allah
2023-07-06
0
ꪶꫝ𝐀⃝🥀🍁senjaᴳ᯳ᷢᏦ͢ᮉ᳟ଓε⒋ⷨ͢⚤❣️
masya Allah kisah yg benar2 mengharukan.dan begitu pas dengan shafa,benar2 bisa menjadi pelajaran buat shafa dan untuk kita semua😍
2023-06-30
0