Bab 2

Bumi yang ia huni sekarang mendadak gelap. padahal Dia seharusnya tahu. Bahwa, konsekuensi mengagumi seseorang sebelum adanya pernikahan adalah ia harus siap untuk mendapatkan kemungkinan terbesar. Yaitu, cinta yang tak terbalaskan.

Safa tak pernah menyangka, pada akhirnya Rumi akan tahu tentang perasaannya. Dan sekarang, dia tidak salah jika harus menolak perjodohan ini. Karena, siapa yang mau di paksa? Dia juga punya hak untuk memilih.

Di saat Shafa tengah menangis sendiri. Fathul Qulum keluar. Beliau berdiri menatap nanar ke arah sang putri. Karena memang sejak tadi dia ada di sana.

Instingnya sebagai seorang ayah bisa ia rasakan. Peri kecilnya sedang merasakan sesak saat ini. Ulum paham perasaan Safa. Namun, dia juga tidak bisa menyalahkan Rumi.

Ulum mendekati Pelitanya yang sedang padam, lalu menyentuh bahunya pelan. Shafa pun terkesiap. Dia menghapus cepat jejak air matanya, yang justru sudah tertangkap oleh sang ayah dengan tatapan iba.

"Nggak ada yang melarang seseorang untuk menangis, Safa." Ulum meraih tangan putrinya. Menghentikan gerakan mengusap yang di lakukan oleh Safa.

Gadis itu menundukkan kepala, sambil menggigit ujung bibir bawahnya sendiri.

"Sesuatu yang kamu iklhaskan akan kembali. Minimal sama atau mungkin lebih baik dari pada yang kamu inginkan."

Hanya suara sesenggukan Safa yang terdengar, juga gerakan mengangguk berkali-kali yang di berikan sebagai respon darinya.

"Allah tahu, kamu sangat mengharapkannya. Tapi mungkin bukan Dia yang Allah harapan untukmu. Kamu akan mendapatkan yang minimal sama seperti Dia. Ayah percaya itu."

"Iya, Ayah." Kedua tangan Shafa melingkar di pinggang Ulum memeluknya sembari sesenggukan.

"Sabar! Anak ayah kuat. Kamu wanita Solehah yang Ayah miliki. Kamu pasti akan mendapatkan pria Sholeh juga." Ulum mengecup pangkal kepala Safa yang masih sesenggukan. Berusaha menguatkan Safa, agar lebih tegar lagi. "Kalau dipikir-pikir, semua ini ada hikmahnya," sambungnya.

"Hikmah?" Tanya Safa serak, masih dalam posisi memeluk Ayahnya.

"Iya, karena ayah sebenarnya belum mau, loh, di duakan oleh mu. Ayah masih ingin kamu hanya mencintai ayah seorang, hehehe." Ulum yang sedang berusaha mencairkan suasana mampu membuat Safa sedikit tertawa dan mengeratkan pelukannya.

"Shafa sayang sama Ayah," gumamnya.

"Sama dong kalau gitu." Membalas pelukan sang anak, keduanya tertawa pelan. "Emmm– jalan-jalan, yuk!"

"Jalan-jalan?"

"Iya! Tapi berdua saja. Nanti kita jajan apa, gitu. mau, nggak. kencan sama ayah?" ajak Ulum menawarkan.

"Kalau berdua, memang nanti Qonni nggak iri? Dan kalau ibu mencari kita, gimana?" Safa mulai bersemangat. Lorong gelap dalam hatinya sedikit bercahaya, walau masih terasa redup.

Ulum meletakkan jari telunjuknya di bibir sendiri. "Diam-diam makanya, yuk! Sebentar Ayah ambil kunci motor dulu, ya."

"Tapi Safa mau cuci muka. 'Kan, habis nangis," rengeknya manja.

"Uluh-uluh–" Ulum yang gemas mengusap kepala anaknya. "Ya sudah, sana! Cepetan, ya. Mumpung Qonni sama Ibu belum pulang."

"Hehehe... Iya ayah." Gadis itu mengelus lengan Sang Ayah yang terlihat bersemangat demi menghibur dirinya. Sambil sama-sama masuk ke dalam rumah, menuju tujuan masing-masing. Setelah itu Safa kembali keluar. Tentunya Ulum sudah siap di atas motor.

"Ayo, buruan! Nanti Ibu sama Qonni keburu pulang." Pria paruh baya itu mengeslah motor lamanya. Di saat Safa tengah menutup pintu rumah sembari tersenyum dan geleng-geleng kepala.

***

Motor lawas itu membawa keduanya membelah kota yang masih cukup terik karena waktu sudah bergeser menjadi sore.

Safa yang duduk di belakang, membonceng Ayahnya. Saat ini dia tengah melamun, menatap kosong melawan angin yang terus saja menghantam wajahnya. Sesekali ia menyeka air mata yang hendak menetes. Seolah tidak ada daya untuknya menghentikan itu.

Kesedihan masih saja mengganjal di hatinya. Siapa bilang ikhlas itu mudah, hal itu tak segampang ketika kita mengucapkan kata ikhlas itu sendiri. Sehingga bulir-bulir bening penanda kesakitannya masih saja menggenang sampai benar-benar mengering tersapu angin.

Ya, Dia hanya butuh waktu untuk benar-benar merelakan sesuatu yang pergi itu. Namun, ini lebih baik, sih. Dengan ketegasan Rumi yang To the points mengatakan hal jujur yang mungkin sedikit menyakiti. Setidaknya dengan kejujuran itu, dia jadi bisa berhenti untuk mengagumi sosok pria yang belum halal untuknya.

Motor Ulum berbelok ke salah satu pelataran masjid yang lumayan besar dan indah, suara Adzan ashar rupanya sudah berkumandang dan membuyarkan lamunan Safa.

"Alhamdulillah. Kita solat dulu, ya," ajak sang Ayah sambil melepaskan helmnya.

Safa tersenyum sambil turun dari atas motor tersebut.

Keduanya pun berjalan, dan berpisah menuju tempat wudhu masing-masing. Setelah mengambil air wudhu. Tentunya gadis itu langsung bergegas menuju tempat para jama'ah wanita. sesaat ia melewati satu ruangan yang masih di bilang bagian luar masjid, namun sudah lumayan masuk ke dalam.

Di mana terdapat rak buku-buku, dan satu lemari pendingin berisi air mineral dalam kemasan cup. Tentunya air mineral itu gratis bagi para jama'ah yang mau mengkonsumsinya.

Langkahnya terus berjalan menuju salah satu pintu kaca tempat khusus jama'ah wanita.

Namun sebelum itu ia berhenti. Karena ada sesuatu yang menggangu pandangannya. Ia pun menoleh sejenak, ke arah bagian buku-buku yang berada di sisi kiri. Tepatnya di samping ujung tangga yang menuju lantai dua.

Fokus Safa bukan pada rak buku di situ. Melainkan, ada seorang pemuda dengan jaket kulit berwarna coklat, sedang duduk menyandar ke dinding. Wajahnya tidak terlihat jelas, karena tertutupi buku bertuliskan 'kematian tak menunggumu menua.'

Dia tidur, kah? Bukannya sholat, malah... Gadis itu buru-buru membungkam mulutnya sendiri ketika batinnya tiba-tiba meng-ghibah dengan sendirinya.

"Astaghfirullah al'azim... memang iman ku sudah sebaik apa sampai menistakan orang lain," sambungnya, dia pun masuk setelah di sapa salah satu wanita asing dengan senyumnya, karena dia juga hendak masuk.

🍂🍂🍂

Di kawasan kaki lima...

Seorang ayah dan anak, tengah menyantap hidangan sate taichan yang tergolong sebagai makanan kesukaan Safa. Ulum sengaja memesan sekitar lima puluh tusuk sate untuk mereka makan berdua.

Agak berlebihan sebenarnya menurut Safa, terlebih-lebih sate di kedai ini kan lumayan mahal. karena terkenal dengan bumbunya yang enak, serta potongan dagingnya yang besar-besar. Sungguh sangat puas jika memakannya.

"Banyak banget pesannya, Yah?" Safa berbisik saat makanan itu tersaji di depannya.

"Nggak papa, Ayah cuma mau bikin kamu seneng."

"Tapi nggak gini juga. Bisa-bisa nggak habis, nih."

"Kan bisa di bungkus," usulnya sambil terkekeh. Gadis itu pun merespon dengan helaan nafas. Ayahnya memang seperti itu, selalu berusaha untuk menyenangkan anak-anaknya walau terkadang akan membuatnya susah sendiri. "Di makan, jangan di pelototi saja."

"Iya Ayah..."

"Lontongnya sengaja terpisah biar kalau nggak habis, bisa kita bawa pulang tanpa ke acak-acak semuanya."

"Iya." Safa menanggapi sambil tersenyum. Gadis itu mengambil satu tusukan satenya dan mencobanya.

"Enak, kan? Enak, dong. Kan kedai legen! Dulu ayah cuma bisa beli satu atau dua porsi untuk di makan sekeluarga. Sekarang Ayah bisa beli lima porsi sekaligus buat kita makan berdua." Tertawa yang di ikuti dengan Safa juga.

Sekilas ia mengingat itu, dan bersyukur. Karena sekarang kondisi keuangan keluarganya sudah mulai membaik. Walau tidak banyak, tapi setidaknya keluarga mereka tidak kekurangan lagi.

Terpopuler

Comments

Tri Sulistyowati

Tri Sulistyowati

jodohmu itu fa

2023-09-29

0

fitria linda

fitria linda

iya q ingat kisahnya ulum dan istri diawal menikah... anaknya jdi secantik safa, masyallah

2023-07-05

0

fitria linda

fitria linda

uuh mewek q

2023-07-05

0

lihat semua
Episodes
1 pengenalan karakter.
2 Bab 1
3 Bab 2
4 bab 3
5 bab 4
6 Bab 5
7 bab 6
8 Bab 7
9 bab 8
10 bab 9
11 Bab 10
12 bab 11
13 bab 12
14 bab 13
15 Bab 14
16 Bab 15
17 Bab 16
18 bab 17
19 bab 18
20 bab 19
21 bab 20
22 Bab 21
23 bab 22
24 Bab 23
25 bab 24
26 bab 25
27 bab 26
28 bab 27
29 bab 28
30 bab 29
31 bab 30
32 bab 31
33 Bab 32
34 bab 33
35 Bab 34
36 Bab 35
37 Bab 36
38 Bab 37
39 Bab 38
40 Bab 39
41 Bab 40
42 Bab 41
43 Bab 42
44 Bab 43
45 Bab 44
46 Bab 45
47 Bab 46
48 Bab 47
49 pengumuman
50 Bab 48
51 Bab 49
52 Bab 50
53 Bab 51
54 Bab 52
55 Author nyapa
56 Bab 53
57 Bab 54
58 Bab 55
59 Bab 56
60 Bab 57
61 Bab 58
62 Bab 58
63 Bab 59
64 Bab 60
65 Bab 61
66 Bab 62
67 Bab 63
68 Bab 64
69 Bab 65
70 Bab 66
71 Bab 67
72 Bab 68
73 Bab 69
74 Bab 70
75 Bab 71
76 Bab 72
77 Bab 73
78 Bab 74
79 Bab 75
80 Bab 76
81 Bab77
82 Bab 78
83 Bab 79
84 Bab 80
85 Bab 81
86 Bab 82
87 Bab 83
88 Bab 84
89 Bab 85
90 Bab 86
91 Bab 87
92 Bab 88
93 Bab 89
94 Bab 90
95 bab 91
96 Bab 92
97 Bab 93
98 Extra part 1
99 Extra part 2
100 Extra part 3
101 Extra part 4
102 Ekstra part 5
103 Ekstra part 6
104 Ekstra part 7
105 Ekstra part 8 (final)
106 Sapaan terima kasih.
107 promosi Novel baru
108 Info Novel baru
Episodes

Updated 108 Episodes

1
pengenalan karakter.
2
Bab 1
3
Bab 2
4
bab 3
5
bab 4
6
Bab 5
7
bab 6
8
Bab 7
9
bab 8
10
bab 9
11
Bab 10
12
bab 11
13
bab 12
14
bab 13
15
Bab 14
16
Bab 15
17
Bab 16
18
bab 17
19
bab 18
20
bab 19
21
bab 20
22
Bab 21
23
bab 22
24
Bab 23
25
bab 24
26
bab 25
27
bab 26
28
bab 27
29
bab 28
30
bab 29
31
bab 30
32
bab 31
33
Bab 32
34
bab 33
35
Bab 34
36
Bab 35
37
Bab 36
38
Bab 37
39
Bab 38
40
Bab 39
41
Bab 40
42
Bab 41
43
Bab 42
44
Bab 43
45
Bab 44
46
Bab 45
47
Bab 46
48
Bab 47
49
pengumuman
50
Bab 48
51
Bab 49
52
Bab 50
53
Bab 51
54
Bab 52
55
Author nyapa
56
Bab 53
57
Bab 54
58
Bab 55
59
Bab 56
60
Bab 57
61
Bab 58
62
Bab 58
63
Bab 59
64
Bab 60
65
Bab 61
66
Bab 62
67
Bab 63
68
Bab 64
69
Bab 65
70
Bab 66
71
Bab 67
72
Bab 68
73
Bab 69
74
Bab 70
75
Bab 71
76
Bab 72
77
Bab 73
78
Bab 74
79
Bab 75
80
Bab 76
81
Bab77
82
Bab 78
83
Bab 79
84
Bab 80
85
Bab 81
86
Bab 82
87
Bab 83
88
Bab 84
89
Bab 85
90
Bab 86
91
Bab 87
92
Bab 88
93
Bab 89
94
Bab 90
95
bab 91
96
Bab 92
97
Bab 93
98
Extra part 1
99
Extra part 2
100
Extra part 3
101
Extra part 4
102
Ekstra part 5
103
Ekstra part 6
104
Ekstra part 7
105
Ekstra part 8 (final)
106
Sapaan terima kasih.
107
promosi Novel baru
108
Info Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!