Di rumah Safa...
Qonni sedang serius membaca artikel di laman webnya. Sebuah berita yang sedikit menghebohkan. Di duga Selebgram ternama Afin Anka menghindari fansnya demi menyembunyikan seorang gadis berhijab.
"Afin Anka selingkuh dengan gadis berhijab? Ih, siapa nih?" Gadis berambut pendek sebahu itu terus membaca dengan seksama. "Wah, tapi bagus lah kalau Afin suka yang berjilbab. Hehehe..., Eh, tunggu?"
Qonni meng-zoom foto yang berhasil diambil oleh salah satu fans Arifin saat laki-laki itu sedang berlari.
"Pffftt! Artis jaman sekarang gila-gilaan. Segala nyamar pakai mukena. Tapi, kok! Kaya kenal mukenanya, ya?" Qonni terus memandangi foto tersebut. "Nggak ada foto yang jelas. Jadi penasaran sama ceweknya. Kaya nggak asing dengan postur tubuhnya."
Tok..., Tok...,
"Dek!" Panggil Safa di depan pintu kamar adiknya.
"Iya, Mbak?" Sahutnya tanpa menoleh. Qonni masih serius membaca berita tentang tingkah nyeleneh Afin Anka sore ini.
"Udah selesai belum tugasnya?" Tanya Safa yang berniat mengambil kembali laptopnya.
"Udah, tapi lagi aku pake dulu buat buka web."
"Web apa? Jangan aneh-aneh!" Safa masuk ke dalam kamar dan duduk di hadapan gadis itu.
"Nggak aneh-aneh, ini tentang artis, kok."
"Ya ampun, masih aja sibuk nonton artis Korea! Jangan terlalu memujanya, Dek."
"Bukan artis Korea. Lagian siapa yang terlalu memuja? Ini tuh artis lokal," jawabnya. Safa terdiam sejenak.
"Udah malem, tidur sana. Besok kuliah pagi loh. Sini mana laptopnya. Mbak mau pake buat kirim laporan dulu."
"Emmmm, iya..., iya.., Mbak Safa, nih. Nggak sabaran." Qonni keluar dari halaman web. Lantas mematikan laptop kakaknya sebelum menutupnya.
"Jangan di biasain begadang. Tidurlah lebih awal biar bangunnya bisa lebih pagi!"
"Iya, Mbak." Gadis itu meregangkan otot-otot di bagian bahu dan tangannya. "Mbak, laptopku kapan jadinya?"
"Belum ngabarin orangnya. Besok Mbak mampir deh, tanya langsung. Sekarang istirahat, besok pagi silahkan laptopnya di bawa dulu. Jangan lupa wudhu sama baca surah Al Mulk."
"Iya, Mbaaaaaaak...." Qonni beranjak menuju kamar mandi. Hal itulah yang membuat Safa tersenyum turut keluar kamar adiknya dan masuk ke kamarnya sendiri.
***
Beberapa hari berlalu. Seperti janjinya yang akan mendampingi Debby di saat akad. Ia turut bahagia manakala mendengar Rumi yang dengan lancar mengucapkan ijab qobul hanya dalam satu kali tarikan nafas. Benar, tanda bahwa ia benar-benar siap.
Rona kebahagiaan terpancar pada gadis di sebelahnya. Safa memeluk erat tubuh Debby turut terharu sambil mengucapkan doa selamat atas pernikahan mereka.
Safa sempat berpikir yang namanya ikhlas itu pasti menyakitkan. Namun, ketika ia menjalani? Ternyata senikmat ini. Ia merasa lebih dekat dengan Rabbnya. Ia berharap Allah memberikan kesempatan untuknya menemukan rekan menuanya. Seorang laki-laki pilihan yang benar-benar untuknya.
walaupun pada akhirnya, ia juga menyadari bahwa jodoh tak melulu soal pernikahan. Entah siapa duluan yang akan datang menyapa. Jodoh berupa teman hidup atau justru jodoh kematian yang akan menghampirinya. Toh, kelak di surga tidak ada satupun yang tak memiliki pasangan.
🍂
🍂
🍂
Bulan demi bulan ia jalani dengan rasa syukur. Bahkan berlalu satu tahun setelah pernikahan Rumi.
Gadis itu masih pada status yang sama. Sendiri, belum memiliki pendamping. Ada sih beberapa yang mendatangi Ulum. Namun, tak pernah ada yang sampai memasuki rumahnya untuk mengkhitbahnya langsung.
Sempat tersiar kabar, bahwa Safa memiliki aura yang tak baik. Sebab, dua di antara laki-laki yang hendak melamarnya meninggal dunia dengan alasan yang berbeda. Yang satu sakit, yang satu lagi kecelakaan di tempat kerja.
Safa tak peduli tentang rumor itu, namanya juga takdir siapa yang tahu. Orang-orang kenapa gemar sekali mengaitkan hal-hal kebetulan dengan yang berbau mistis. Padahal itu sudah sama saja bukan jodoh namanya.
Kalau kata Ayah Ulum tempo hari. "Bisa jadi, ada laki-laki yang doanya kuat sekali untuk mendapatkanmu. Sampai-sampai menghalangi orang-orang yang berniat baik untuk melamarmu."
Saat mendengar itu Safa hanya diam saja sambil tersenyum. Cukup masuk akal kalau ini, begitu pikirnya.
Dia tidak mau buru-buru sih sebenarnya. Justru sebaliknya, ibu yang sudah semakin khawatir karena usia Safa yang hampir memasuki angka tiga puluh di tahun depan.
"pokoknya kalau ada yang mau lamar harus jawab 'Iya!' jangan di tolak..."
"ya nggak bisa segampang itu dong, Bu. kalau jelek dan orang begajulan gimana?" tanya Qonni ikut-ikutan.
"Haduh..., ya nggak gitu juga. Mudah-mudahan akhlak baik. Udah cukup!" ujar Aida. Disini Safa kembali tersenyum tipis, hanya mendengarkan saja. karena sebagian wanita. ia juga tidak bisa mencari namun di cari. Walaupun entah kapan datangnya?
Tapi ia yakin, selama mengikuti syariat. mau tersembunyi di dalam goa, pun. Yang namanya jodoh pasti akan menemukannya.
......
Berselang beberapa hari berikutnya...
Aida menyerahkan map berisi file-file milik Ulum yang tertinggal pada Safa.
"Nggak papa mampir dulu ke gedung pendidikan?" Tanyanya.
"Nggak papa, Bu. Safa udah izin berangkat agak siang."
"Ya udah, hati-hati. Pulangnya tolong mampir ke minimarket. Beli minyak sama sabun cuci piring."
"Iya, Bu. Ya udah Safa jalan dulu. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam warahmatullah. Hati-hati, Nduk."
"Ya–" gadis itu sudah duduk di atas motornya memasang helm. Mengucap bismillah sambil menyalakan mesin. Motor pun melaju pelan keluar dari rumah sederhana itu.
Di salah satu gedung pendidikan...
Ulum berdiri di depan pintu rapat menunggu Safa yang katanya akan mengantarkan filenya yang ketinggalan di rumah. Walaupun pemimpin rapatnya belum datang. Namun ia tetap khawatir. Belum lagi ini bukanlah rapat biasa.
Sebuah pertemuan yang akan di hadiri langsung oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Ibu Ayattul Khasanah selaku perwakilan dari Kemendikbud.
Para tamu pilihan sudah banyak yang hadir, memenuhi kursi-kursi mereka. Beberapa orang menyapa sambil mengajaknya masuk. Namun Ulum hanya tersenyum menjabat tangan mereka satu persatu. Dan kembali mengedarkan pandangannya ke depan.
Ya Allah, Nak. Kamu di mana? Astaghfirullah al'azim...
Tak lama senyum Ulum mengembang. Tubuhnya yang tegang karena panik tadi sudah melemas lega.
"Assalamualaikum, maaf Ayah. Tadi macet."
"Walaikumsalam warahmatullah, MashaAllah nggak papa. Untungnya ibu Ditjen belum datang."
"Wah, ayah pasti tegang banget. Hebat bisa ikut rapat dan ketemu sama ibu Ditjen GTK."
"Alaaah, biasa aja, sih. Kan sama-sama manusia." Terkekeh.
"Ayah, nih. Ya udah..., Safa langsung jalan, ya."
"Iya. Hati-hati, Nak. Pelan-pelan aja jalannya."
Safa menjawab dengan anggukan kepala sambil tersenyum setelah mencium punggung tangan ayahnya.
Dari kejauhan Ibu Ayattul Khasanah datang dengan beberapa orang yang mendampingi. Wanita paruh baya itu terdiam sejenak. Menghentikan langkahnya saat melihat gadis yang baru saja berbincang dengan seorang pria paruh baya di sudut ruangan. Cukup jauh dari pintu masuk ruangan rapat.
MashaAllah, gadis itu... Senyum Bu Ayattul mengembang. Ia amat senang ketika akhirnya bisa melihat gadis itu lagi setelah berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bulan demi bulan memanjatkan doa agar di pertemukan lagi dengan Safa. Akhirnya doanya terjawab.
"Ada apa, Bu Ditjen?"
"Nggak papa. Bapak kenal beliau? Bapak yang di sana." Menunjuk laki-laki dengan pakaian batik lengan panjang plus peci. Sedang berjalan memasuki ruangan rapat.
"Emmm, itu Pak Fathul Qullum. Kepala sekolah di MA Bekasi. Ada apa, Bu?"
Bu Ayattul kembali tersenyum. "Enggak, tapi bisa nggak? tolong sampaikan pada Beliau. Setelah rapat ini saya mau menyapanya sebentar."
Pria paruh baya yang di tugaskan untuk menjemput Bu Ditjen nampak bingung. Namun langsung mengiyakan. Sementara mereka kembali berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
kika
wkwk...trnyata doanya ibu ayatul yg menghalangi laki2 lain melamar shafa
2023-07-10
0
𝐀⃝🥀senjaHIATᴳ𝐑᭄⒋ⷨ͢⚤🤎🍉
ibunya afin bukan orang sembarangan..tapi anaknya kelakuannya serampangan🙄🤦♀️
2023-06-30
0
adning iza
emaky afin pejabat negara tryta
2023-05-17
0