"Oh, mungkin nama yang dikenalkan kita, dengan nama di sekolah berbeda, Bu. Soalnya, kalo di rumah, saya selalu panggil anak saya dengan nama Ceri. Dan, saya kenalkan ke ibu aja dengan nama Ceri. Sedangkan anak saya kalo di sekolah di panggilnya Hana, Bu. Pake nama depan. Biasanya kalo di sekolah kan memang seperi itu, kan?" terang Bu Darma kepada Bu Praja.
"Oh pantas saja, berarti, Leo juga di panggil Hasan, dong!" jawab Bu Praja.
"Maaf Bu, siapa tadi nama anak ibu ... Hasan?" tanya Bu Darma memperjelas.
"Iya, Bu Darma, anak saya kan nama panjangnya Hasan Leonil Praja Pamungkas. Kalo di panggil nama depan, berarti Hasan," tutur Bu Praja diiringi senyuman.
"Ya Alloh," ucap Bu Darma kaget dan merasa bahagia.
"Berarti benar, mereka udah saling kenal, bahkan sebelum mereka bertemu di sekolah, mereka udah pernah bertemu, Bu," ucap Bu Darma mengejutkan mereka semua.
"Loh, serius kamu, Mah! Koq bisa tau," Pak Darma menimpali istrinya, sementara Bu Praja dan Pak Praja menyimak.
"Serius lah, Pah! Jadi, pertemuan pertama mereka di taman depan komplek, Pah. Ceri pernah cerita waktu dia goes, dia lupa bawa air minum. Terus, Ceri beli air mineral, pas dia udah minum, dan mau bayar, ternyata dia gak bawa uang. Untungnya, ada Hasan itu yang nolongin," tutur Bu Darma sambil tersenyum.
"Oh, begitu, syukurlah kalo mereka udah saling kenal. Saya senang mendengarnya, Bu. Semoga, hubungan mereka di sekolah juga baik-baik saja ya, Bu! Dan semoga, ini pertanda yang baik untuk keluarga kita," ucap Bu Praja dengan senang juga.
"Amin," jawab mereka serempak.
Orangtua Hana dan Hasan, sama-sama merasa bahagia dengan kenyataan ini. Mereka kemudian berbincang hal lain, sambil menunggu Hasan dan Hana kembali.
Di luar, Hana masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bahwa orang yang akan dijodohkan dengan dirinya adalah Hasan. Ia tidak tau harus merasa senang atau sedih, atau biasa saja.
Hana tampak ngos-ngosan setelah berlari dari luar. Hasan menyusulnya dari belakang.
Hana berdiri di balkon cafe, ia menumpukan tangannya di atas pagar.
Hasan mengatur nafasnya agar ritmenya senada, dengan langkah perlahan ia berdiri di belakang Hana, kemudian menepuk pundak Hana yang terbuka.
"Hana!" sapa Hasan.
Hana kaget dan menengok ke belakang.
"Hasan! Aku ... Aku ...."
"Kamu pasti syok banget kan? Aku juga gitu, Han," jawab Hasan kemudian berdiri di samping Hana.
Semilirnya angin malam ini, menerpa wajah mereka, alunan musik romantis dari cafe, menambah syahdunya malam itu.
"Aku gak nyangka, ternyata cowok yang dibilang Papa ... Itu kamu, San," ucap Hana dengan pandangan jauh ke depan.
"Sama, Han! Aku juga begitu. Terus terang, aku juga bingung mau mengekspresikan hal ini seperti apa! Aku ... A–aku hanya bisa diem, apalagi tadi, pas di dalem, aku bener-bener seperti mau pingsan saat liat kamu, berdiri di depan aku, dengan penampilan yang berbeda tentunya," ucap Hasan sembari melirik Hana dan menahan senyum di sudut bibirnya yang kecil.
Hasan tak memungkiri, gadis yang sekarang berada di sampingnya, adalah wanita tercantik kedua setelah Mamanya.
Hana dan Hasan terdiam untuk beberapa saat. Lalu, Hasan kembali berbicara.
"Han, sebenernya, banyak hal yang mau aku tanyain ke kamu. Pertanyaan yang paling penting sekarang adalah ... Kamu mau dijodohin sama aku?" tanya Hasan sambil menatap Hana.
Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Ada kata yang sulit untuk mereka gambarkan, sulit untuk diucapkan.
"San, aku gak tau mesti jawab apa. Ini semua adalah keinginan orangtua aku, keinginan orang tua kita. Dan juga sebuah tradisi keluarga yang sudah turun temurun dijalanin. Jadi, untuk hal ini, aku mau dijodohin sama kamu, karena sebuah tradisi dalam keluarga aku, dan juga demi kedua orangtua aku, San. Aku gak mau buat mereka kecewa. Aku terlalu menyayangi mereka berdua,"
"Itu artinya, kamu setuju dengan perjodohan ini? Aku juga berpikir sama dengan kamu, Han. Aku gak mungkin juga ngebantah orangtua aku. Orangtua aku selama ini gak pernah ngelarang hal-hal yang aku suka, bahkan mereka tidak pernah membuat aku menangis, bersedih, bahkan terpuruk sekalipun. Mereka selalu membuat aku bahagia, masa iya, aku tega nyakitin mereka dengan menolak perjodohan ini,"
"Aku pun begitu, San! Kita berada di posisi yang sama, aku harap kita bisa bekerja sama dalam hal perjodohan ini, meskipun diantara kita, tidak ada rasa sama sekali," ucap Hana sambil menatap lekat mata Hasan.
Hasan mengangguk tanda setuju.
"Kalo gitu, ayo kita masuk, mereka pasti udah nungguin kita," ucap Hasan.
Mereka berdua kemudian kembali masuk ke dalam dengan berjalan beriringan. Orangtua mereka menyambut kedatangan mereka berdua dengan bahagia.
"Ini dia, calon pengantin yang di tunggu-tunggu ... Mama gak percaya loh, ternyata kalian udah saling kenal," ucap Bu Praja dengan sumringah menarik tangan Hasan untuk duduk di kursi.
Hasan dan Hana saling memandang dan tersenyum.
"Mendingan kita langsung bahas pertemuan ini, dan setelah itu langsung makan aja yah, biar gak kemaleman, kan anak-anak kita juga udah saling kenal, jadi, insya Alloh, gak ada kendala nantinya, oke!" usul Pak Praja dan disetujui oleh mereka semua.
"Leo, Ceri, malam ini adalah pertemuan keluarga yang sangat penting sekali. Dimana, antara keluarga kita memiliki sebuah tradisi yang sama ... Untuk itu, malam ini saya selaku Wali dari Leo, ingin mengajak Pak Darmawan, untuk melanjutkan tradisi ini kembali dengan mengikat anak-anak kita. Apakah, Pak Darmawan setuju?" ucap Pak Praja dengan serius.
Pak Darma memandang Ceri dan juga Leo bergantian, kemudian, Pak Darma tersenyum dan mengangguk, "Iya, saya mau meneruskan tradisi ini, Pak Praja, dan sepertinya, anak-anak kita memang tidak masalah. Bukan begitu, Ceri, Leo?"
"Em, iya, Pah," jawab Hana.
"Iya, Om!" jawab Hasan.
"Alhamdulillah, saya dan istri saya sangat senang mendengar persetujuan Pak Darma, Bu Darma, dan tentunya, kedua calon. Oleh karena pihak masing-masing keluarga sudah saling setuju, maka dari itu, malam ini kita langsungkan pertunangan anak kita," ucap Pak Praja tersenyum.
Kedua orangtua Hasan dan Hana merasa sangat bahagia dengan kelancaran perjodohan tersebut. Tak henti-hentinya mereka tersenyum. Sementara Hasan dan Hana merasakan jantung berdebar yang tak menentu.
Pak Praja mengeluarkan kotak perhiasan yang isinya adalah dua buah cincin pertunangan dengan inisial L dan C.
Hasan dan Hana saling berpandangan. Mereka hanya diam dan menyimak percakapan orangtua mereka masing-masing.
"Pak Darmawan, dengan disaksikan keluarga anda dan keluarga saya sendiri, bolehkah anak saya menjalin sebuah ikatan dengan anak bapak? Yang nantinya akan dipinang oleh anak saya sebagai istri, untuk sekarang dan selamanya," ujar Pak Praja meminta izin.
Pak Darmawan mengangguk. Lalu, Pak Praja melanjutkan perkataan–nya lagi.
"Alhamdulillah, maka dari itu, ijinkanlah anak saya untuk memasangkan cincin tanda ikatan pertunangan, di jari anak bapak," ucap Pak Praja kemudian menyerahkan cincin berinisial L kepada Leo, untuk dipasangkan di jari Ceri. Dan inisial C, untuk dipasangkan di jari Leo.
"Iya, silahkan, Pak," ujar Pak Darma.
Dengan mengucap bismillah, Hasan kemudian memasangkan cincin berinisial L ke jari Hana, dan sebaliknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
riyu yuri
kasihan nanti ini nasib miki sama hana pasti bakal mengandung bawang nih kalo rau kenyataannya
2023-06-22
0