"Ya ampun, ganteng banget, kayak artis korea itu loh, Han!" Yusi berbisik di telinga Hana.
"Jangan norak kamu, Yus!" jawab Hana dengan suara lirih.
"Gimana? Mau mie ayam gak?" tanya Samuel kembali.
"Kalo ngasih jangan cuman satu dong, kita kan ada bertiga!" ucap Damar tidak terima.
"Kamu kan cowok mending kamu antri juga di sana!" kata Samuel sambil menunjuk antrian yang tinggal sedikit.
"Wah, bener juga, Dam! Kebetulan itu tinggal tiga orang yang antri, siapa tau kita masih kebagian, buruan sana! pesen dua jangan lupa!" Yusi mendorong tubuh damar untuk bangun dan memesan mie ayam. Dengan malas, Damar bangun dari tempat duduknya, dan memesan mie ayam.
"By the way, aku Samuel. Anak kelas tiga Akuntansi," ucap Samuel diiringi senyuman.
"Oh, iya kak, salam kenal!" ucap Hana datar.
"Nih, mie ayam buat kamu," Samuel menyodorkan mie ayam-nya kepada Hana.
"Han, terima aja! kapan lagi bisa dapet gratisan sama cowok ganteng!" bisik Yusi sambil menyenggol lengan Hana.
Hana tampak ragu, ia hanya tersenyum menanggapi tawaran Samuel.
"Kenapa! Gak mau? Tenang aja, mie ayam-nya gak aku racunin koq, aku cuman kasian aja liat kamu antri di sini. Kebetulan kan aku udah bolak balik makan di sini selama hampir tiga tahun, jadi udah rada bosen! Nih, ambil aja!" terang Samuel dengan senyum tipisnya.
"Oh ... Kalo gitu, buat kamu aja, Yus!" kata Hana sambil menggeser mie ayam tersebut ke depan Yusi.
"Serius kamu, Han!" tanya Yusi meyakinkan tawaran Hana dengan ekspresi sumringah.
Hana tersenyum dan menganggukan kepalanya. Yusi kemudian tanpa berdo'a langsung melahap mie ayam tersebut. Akhirnya, ia bisa menikmati mie ayam yang legit itu. Yusi tampak bahagia saat mengunyah tiap mie yang masuk ke dalam mulutnya.
"Sial banget! Aku capernya ke Hana, malah dia yang ngembat!" batin Samuel yang merasa tidak senang.
Damar kemudian datang dengan membawa dua mangkok mie ayam.
"Wah, ada yang gak setia kawan nih! makan duluan!" Damar duduk di sebelah Hana. "Loh, itu bukanya mie ayam buat Hana? koq kamu yang makan, Yus!"
"Hana gak mau, Dam! Makanya aku yang makan, hehehe!" jawab Yusi.
"Beneran, Han! Bukan Yusi yang minta kan?" tanya Damar kepada Hana.
"Udah ayo makan! Maaf ya, Kak! kita mau makan dulu," ucap Hana kepada Samuel.
"Oke! kalo gitu aku pergi dulu ya!" jawab Samuel kemudian beranjak dari tempat duduknya, Hana tersenyum sambil mengangguk kepada Samuel.
"Gila tuh cewek! senyumanya bisa manis gitu! Bikin aku meleleh! Padahal, dia diem aja udah cantik, eh di tambah senyum kecil gitu, tambah manis banget. Terbuat dari apa sih dia?" Samuel memuji kecantikan Hana di dalam hatinya, sambil sesekali menengok ke belakang untuk melihat Hana kembali.
Hana, Damar, dan Yusi, menikmati mie ayamnya. Mereka tak henti-hentinya memuji mie ayam tersebut.
"Enak banget sumpah!" puji Hana dengan penuh semangat.
"Koq kamu gak makan mie ayam yang di kasih sama Samuel itu, Han!" tanya Damar
"Mie ayam dari kamu, lebih enak tau, Dam!" jawab Hana sambil tersenyum.
Damar merasa tersanjung mendengar kalimat yang diucapkan Hana. Bukan tanpa alasan, akan tetapi, karena Damar menyukai Hana dari SMP, meskipun Hana hanya menganggapnya sebagai teman saja. Tapi Damar sudah senang bisa dekat dengannya.
Setelah selesai makan, mereka bertiga kembali ke kelas. Begitu sampai, Hana kaget karena ada banyak coklat di mejanya. Mereka bertiga menatap heran ke arah coklat-coklat tersebut.
"Wah, coklat dari siapa nih! banyak banget!" kata Hana sambil celingukan.
"Tau! Eh, ada suratnya tuh, coba deh buka!" kata Damar.
Yusi kemudian mengambil surat yang berbaur dengan cokelat tersebut, ia membuka secarik kertas yang ternyata, isinya adalah pantun.
Yusi kemudian membacanya.
"Kue lapis, kue kelapa, salam manis, buat Neng Hana ... Eh cie cie ... Ada lagi nih! Makan nasi, sama kentaki, makan-nya sambil duduk di tangga, perkenalkan lah ini kami ... "
Tiba-tiba, dari luar kelas TKJ, banyak gerombolan cowok menirukan pantun terakhir yang di baca oleh yusi dengan kompak.
"Si pengagum rahasia!" jawab serempak gerombolan cowok yang berada di luar jendela, berbarengan dengan Yusi.
Sontak semua mata melihat ke arah sumber suara tersebut, dan gerombolan cowok tersebut ertawa sambil berlari.
"Wedew! banyak banget yang ngefans sama kamu, Han! Pesona kecantikan dan body yang yahut memang jadi juara," ucap Yusi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Cantika kemudian menimpali dengan sinis, "jadi cewek jangan murahan dong! dirayu pake coklat dan pantun aja udah meleleh."
Damar, Yusi, dan Hana, melihat ke arah cantika.
"Kalo ngomong jangan sembarangan donk!" jawab Yusi.
"Gak papa, Yus! Syirik aja dia, karena aku punya banyak fans!" Hana menimpali sambil tertawa sinis juga.
***
POV Hana
Setelah beberapa hari masuk sekolah, akhirnya ketemu juga sama hari minggu. Rasanya pelajaran di SMK, lebih melelahkan otak dan badanku. Tapi aku suka banget waktu praktek bongkar pasang komputer.
Hari ini pengin banget males-malesan di tempat tidur, tapi Mama selalu bilang, biarpun hari libur, kita harus tetep bangun pagi, dan gak boleh males.
Akhirnya, aku memutuskan untuk bersepeda santai keliling kompleks, dan berhenti di taman kompleks depan perumahan yang aku tinggali. Ramai sekali, apalagi udara di pagi hari masih sejuk banget.
"Aduh, haus nih! Lupa gak bawa minum lagi ... Aku beli aja deh!" Hana menyetandar sepedanya, lalu berjalan ke arah ibu penjual minuman. Ia mengambil air mineral, lalu duduk dan meminumnya beberapa teguk untuk menghilangkan dahaganya.
"Berapa harganya, Bu!" tanya Hana yang sudah minum, tapi belum bayar.
"Lima ribu, Neng!" jawab ibu penjual.
Hana merogoh kantong celananya, namun, ia kaget karena tidak menjumpai uang di kantong kanan dan kirinya. Hana mulai panik dan juga malu, keringat sudah membasahi tubuhnya. Dia tersenyum sambil mengangguk ke arah penjual tersebut. Si penjual ikut tersenyum sambil terus memperhatikan Hana yang terlihat salah tingkah meraba-raba saku celananya, padahal sudah jelas tidak ada isinya.
Tiba-tiba, dari arah samping Hana, ada tangan yang menyodorkan uang sebesar lima ribuan kepada penjual.
"Ini, Bu! Saya yang bayar!" ucap cowok tanpa nama tersebut.
"Terimakasih anak bagus!" jawab penjual diiringi senyuman.
Hana terdiam karena kaget, lalu menengok ke arah cowok yang menolongnya. Cowok tersebut tidak memandang Hana, ia langsung berbalik dan berjalan pergi.
Hana yang masih terdiam lalu sadar, dan mengejar cowok tersebut.
"Eh tunggu!" Hana berlari kecil mengejar cowok tersebut.
"Tunggu dong!" Hana meraih lengan cowok tersebut dengan terengah-engah.
Cowok tersebut kemudian berhenti dan memandang Hana. Mata mereka saling bertemu dan terdiam untuk beberapa saat.
"Ada apa!" tanya cowok tersebut dengan nada datar.
"Makasih yah, udah di bayarin! Aku jadi hutang deh sama kamu!" tutur Hana sambil mengatur nafasnya.
"Sama-sama ... Aku ikhlas bantuin, kamu gak usah ganti, aku pernah ngrasain di posisi kamu tadi!" ucap cowok tersebut tanpa ekspresi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments