Hana menggeleng dengan berat, ia masih menangis. Hasan ingin sekali memeluk Hana, sekedar untuk membuatnya tenang. Tapi, Hasan tidak cukup berani untuk melakukan hal itu.
Hasan hanya memegang tangan Hana dengan erat, untuk menguatkannya.
"Tenangin dulu pikiranmu, Han. Menangis lah sekenceng mungkin sampe kamu lega. Aku ada di sini buat nemenin kamu. Kamu aman sama aku," ujar Hasan sambil menatap Hana.
Hana lalu menangis sekencang kencangnya, dan tanpa sadar, memeluk Hasan dengan erat.
"Aku takut, San! Benar-benar takut," ucap Hana sambil terisak.
"Gak papa, Han. Kamu sekarang aman, ada aku di sini! Mereka udah pada pergi koq," ucap Hasan sambil mengelus punggung Hana.
"Aku gak tau apa yang bakal terjadi sama diriku, kalo kamu gak datang tepat waktu, San. Makasih yah!" ucap Hana mendongkan wajahnya kepada Hasan.
"Iya, Hana! Sudah, tenangin diri kamu dulu. Usap air matamu," Hasan membantu mengusap air mata Hana dengan lembut.
Hana masih sangat syok. Tapi, dia mencoba untuk tenang, dan tidak menangis lagi. Setelah beberapa menit kemudian, Hana sudah merasakan dirinya benar-benar tenang. Hasan masih terus memperhatikan Hana. Ia tak berani bertanya dulu, sebelum Hana membuka suara.
"San, makasih banget yah, kamu udah nolongin aku," ucap Hana sambil melirik Hasan.
"Iya, Han, sama-sama, selagi ada aku, pokoknya kamu aman," jawab Hasan sambil tersenyum juga.
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu bisa tau aku di sini?" tanya Hana penasaran.
"Emmmm, itu— aku, gak sengaja liat angkot yang kamu naikin. Kamu sendirian di dalem, dan angkot yang kamu naikin ngebut banget. Dari situ, aku udah curiga. Terus ...."
"Terus, kamu gak jum'at–an dong, San!" tanya Hana sedikit melotot.
"Em, iya gitu deh. Aku kepikiran sama kamu, jadi ...."
"Maaf ya, San! Gara-gara nolongin aku, kamu jadi ninggalin kewajibanmu. Aku yakin Tuhan bakalan mengampuni kamu hari ini karena kamu udah nolongin aku," ucap Hana sambil tersenyum.
"Amiin," jawab Hasan diiringi senyuman juga.
"Aku gak abis pikir, Samuel bisa berbuat senekat itu. Atau mungkin, itu watak asli Samuel, San!" ucap Hana dengan wajah serius.
"Udah, kamu gak usah bahas dia lagi! Besok, kita laporin dia!"
"Jangan, San! Jangan kasih tau siapa-siapa tentang hal ini, pada siapa pun!" pinta Hana dengan tatapan memohon.
"Kenapa, Han? Biar dia tau akibatnya,"
"Aku malu, San! Aku merasa malu kalo sampe teman-teman tau, kalo aku hampir ... Harga diriku kayak gak ada artinya lagi nanti. Gimana kalo ada gosip, aku dilecehin? Belom lagi kalo orang yang nyebarin gosipnya gak bener! Aku khawatir, San!" ucap Hana dengan sedih.
Hasan mengerti dengan apa yang dipikirkan Hana. Ia menghela nafasnya, kemudian mengelus pundak Hana.
"Oke, aku gak bakal bilang sama siapa pun. Kamu jangan khawatir yah," ucap Hasan.
"Tapi aku janji sama kamu, Han! Aku bakal ngluarin Samuel dari sekolah, supaya kamu gak perlu takut lagi, kalo ketemu sama Samuel," kata Hasan dalam hatinya.
"Makasih, San. Kamu jangan kasih tau Damar, maupun Yusi, yah!"
"Kalo gak ngasih tau Yusi, mungkin aku bisa. Tapi, kalo Damar ... Aku gak janji Han," kata Hasan.
"Memangnya kenapa, San?" tanya Hana sambil memandang wajah Hasan.
"Soalnya, dia tau aku nyamperin kamu. Bahkan, aku nglacak kamu aja, pake hape Damar!"
"Jadi, kamu nemuin aku dengan cara nglacak nomer hape aku?"
Hasan mengangguk diiringi senyuman kecil.
"Alhamdulillah banget kamu bawa hape, Han!kalo nggak, aku gak bakal tau kamu ada di sini, dan bisa nolongin kamu," ucap Hasan dengan tatapan hangatnya.
Hana tersenyum mendengar kalimat Hasan. Hasan memang anak yang pintar. Dia paham soal dunia komunikasi. Hana merasa bersyukur dengan pertolongan Alloh lewat Hasan.
"Kalo kamu udah ngerasa tenang, kita pulang sekarang yah, aku anterin kamu," ucap Hasan sambil berdiri.
Hana menganggukkan kepalanya tanda setuju. Kali ini, dia mau diantar pulang oleh Hasan. Pertama kalinya, ia diantar oleh seorang cowok kembali, setelah beberapa tahun lalu, ia pernah merasakan hal itu juga.
Hasan menyalakan sepeda motornya, bersiap meninggalkan lokasi tersebut bersama Hana.
terdengar sayup-sayup alunan musik romantis, mengiringi perjalanan mereka.
Setelah beberapa jam menikmati syahdunya perjalanan. Mereka berdua sampai di depan rumah Hana.
"Jadi, kamu tinggal di perumahan Century juga, Han?" tanya Hasan karena ia sendiri tinggal di sana.
"Iya, San! Kamu tinggal di sini juga? Sama orangtua mu?" tanya Hana yang sudah turun dari boncengan.
"Iya untuk saat ini," jawab Hasan diiringi senyuman dari balik helmnya.
"Untuk saat ini? Maksudnya?" tanya Hana yang tidak mengerti.
"Ah, gak papa! Eh ngomong-ngomong, ini pertama kalinya, aku nganterin cewek loh!" ucap Hasan.
"Hah! Serius, kamu?" tanya Hana kaget.
"Serius! Ini untuk pertama kalinya. Yah, tentunya karena darurat, hehehe,"
"Berarti kalo aku gak dalam keadaan seperti ini, kamu gak bakalan nganterin aku dong, San?" tanya Hana sedikit kecewa.
"Hah, em ... Gak lah! Hehe, sory yah, aku terlalu jujur karena terus terang aja, aku ...."
"Gak papa, San! Aku seneng kalo kamu berkata jujur. Sekali lagi, makasih yah, kamu udah nolongin aku, dan juga mau nganterin aku pulang, kamu mau mampir atau langsung pulang?" tanya Hana diiringi senyuman.
"Sama-sama ... Aku langsung pulang aja deh, sampai ketemu besok yah," ucap Hasan, kemudian berbelok dan pergi meninggalkan rumah Hana.
Rupa-rupanya, Mamanya Hana mengintip dari jendela rumahnya. Bu Darma langsung menginterogasi Hana, ketika Hana sudah masuk ke dalam rumah.
"Ceri! Ya ampun, kamu dari mana aja? Udah sore baru pulang! Terus, siapa cowok yang nganterin kamu? Kamu gak inget perkataan Papa semalem?" tanya Bu Darma dengan geram.
"Mama, tolong izinin Ceri buat mandi dulu yah! Ceri mau bersihin badan dulu, mau ganti baju dulu, mau makan dulu. Kalo udah bersih, Ceri bakal jelasin semuanya, oke!" ucap Hana dengan wajah capeknya.
"Mama tunggu kamu di gazebo atas, jangan pake lama yah!" perintah Bu Darma dengan tegas.
"Iya, Mah!" jawab Hana pelan.
Mamanya Hana tampak sedikit marah. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Matanya tajam memandang puterinya, seperti ada hal yang mencurigakan pada Hana.
Hana lalu bergegas untuk mandi, dan segera berganti pakaian. Tanpa makan terlebih dahulu, Hana langsung menemui Mamanya di lantai atas.
"Mama," sapa Ceri.
"Duduk, Ceri!" jawab Bu Darma dengan ekspresi datarnya.
Hana kemudian duduk di bangku depan Mamanya. Ia merasa deg-degan saat melihat wajah Mamanya yang terlihat marah.
"Siapa cowok tadi? Dan kenapa, kamu pulang sore banget!" tanya Bu Darma menyelidik.
"Maaf, Mah! Kalo Ceri pulang terlambat, tadi ada praktek komputer. Terus, cowok tadi, dia temen sekelas aku. Kebetulan, kalo sore angkotnya kan udah jarang, bahkan kadang gak ada. Jadi, Ceri minta dianterin temen," ucap Hana berbohong.
"Kamu gak bohong kan?" tanya Bu Darma setengah percaya.
"Gak koq, Mah! Ceri gak bohong!" jawab Ceri.
"Terus kenapa? Telpon Mama gak kamu angkat?"
"Ya Alloh, Mah! Aku gak tau, soalnya hapenya aku silent, coba Ceri ambil dulu yah buat liat ...."
"Udah gak usah! Mama percaya sama kamu. Tapi, cowok tadi beneran temen kamu? Soalnya, kamu selama ini belum pernah dianter sama cowok loh! Kalo ada cowok, yang anterin kamu, berarti cowok tersebut spesial di mata kamu," ucap Bu Darma sambil menatap putrinya. Ia tahu ada sedikit kebohongan di sana. Tapi, Bu Darma tidak mempertanyakan lebih jauh kepada anaknya.
"Nggak kok, Mah! Temen Ceri tadi namanya, Hasan. Dia anak baru. Pindahan dari luar negeri, Mah! Dan, Mama tau gak? Hasan itu, orang yang pernah nolongin aku waktu di taman itu loh, Mah!" terang Ceri dengan mata berbinar.
"Kamu serius? Dia cowok yang nolongin kamu buat bayarin air mineral itu?"
"Iya, Mah! Hasan orangnya, dia tinggal di perumahan Century juga. Cuman beda blok aja. Cuman tadi, aku lupa buat nanyain bloknya," ucap Hana memasang wajah lesu.
"Hem, payah kamu! Tapi gak papa lah karena besok malam minggu, kita ada pertemuan sama keluarga calon suamimu. Kamu jangan lupa itu yah! Setelah pertemuan malam minggu selesai, kamu akan segera menikah!" terang Bu Darma tegas.
Hana menghela nafas panjang. Ia disadarkan kembali, bahwa kenyataan asmaranya, berada di dalam perjodohan orangtuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
riyu yuri
bakal makin seru ini
2023-06-22
0