Hana memandang Hasan. Ia terdiam sesaat. Hasan melirik Hana, kemudian menggandeng tangan Hana.
"Udah, ayok!" ucap Hasan sambil menarik tangan Hana.
Hana membiarkan Hasan menggandeng tangannya. Saat kejadian kemaren, Hana merasa aman jika berada di sisi Hasan.
Setibanya di kelas, Hana langsung duduk dibangkunya dan Hasan menuju bangkunya sendiri. Baru saja meletakan tasnya, Damar datang dengan tergopoh dan langsung duduk disamping Hana.
Hosh! Hosh! Hosh!
"Kamu kenapa, Dam?" tanya Hana heran.
"Ka-ka-ka, mu. Ka–mu, gak papa, Han?" tanya Damar dengan nafas tersengal.
Hana kemudian mengeluarkan botol minuman kepada Damar.
"Nih, minum dulu, Dam!" ucap Hana sambil menyerahkan botolnya.
"Makasih, Han!" ucap Damar sambil meraih botol pemberian Hana, dan segera meminumnya.
Sementara Hasan, tampak cuek dengan mereka berdua, ia lebih memilih bermain hape.
"Ada apa, Dam? Kamu koq kayak khawatir gitu," tanya Hana.
"Kamu gak papa kan?" tanya Damar khawatir.
"Nggak, aku nggak papa! Kenapa emangnya?"
"Syukurlah! Soalnya ...."
"Dam, ini hape mu!" ucap Hasan yang tiba-tiba datang.
Damar dan Hana sontak memandang Hasan. Hasan tersenyum ke arah Damar. Damar kemudian menyautnya.
Hasan kemudian keluar meninggalkan kelas.
"Em, Han, aku keluar dulu yah!" tanya Damar sambil beranjak dari tempat duduknya.
Hana mengangguk dengan heran kepada Damar. Damar kemudian menyusul Hasan.
"San, tunggu!" teriak Damar.
Hasan tampak acuh, dia terus berjalan menuju taman. Hasan duduk di bangku sambil menikmati indahnya pemandangan.
Damar kemudian ikut duduk di samping Hasan.
"Kenapa, Dam?" tanya Hasan diiringi senyuman.
"Nanya lagi! Jelas-jelas aku khawatir. Kemaren kamu pergi tanpa bilang apa-apa! Apa yang terjadi kemaren, San!" tanya Damar khawatir.
"Nggak terjadi apa-apa!" jawab Hasan datar.
"Kamu jangan bohong, San!"
"Eh, kamu suka sama, Hana? Banyak banget foto Hana di hapemu!" tanya Hasan sambil tersenyum meledek.
Damar yang mendengarnya kaget, ia kemudian memukul lengan Hasan.
"Kamu ngintipin galeri ku? Gak sopan tau!"
"Hihihi, gak sengaja. Aku iseng aja! Maaf deh,"
Damar menekuk wajahnya, "sekarang, kamu harus jujur sama aku, apa yang terjadi sama Hana kemaren? Aku sama khawatirnya sama kamu, San! Hana sahabatku dari SMP,"
Hasan memandang Damar datar, ia kemudian tersenyum.
"Sahabat apa gebetan nih!"
"Eh, masih ngledek aja ya, kamu! Aku serius, San! Cepat katakan! Sebenarnya ada apa?"
Hasan terdiam sejenak,
"Kenapa kamu gak tanya Hana, aja langsung! Aku gak enak kalo mau cerita,"
"Dia mana mungkin mau cerita sama aku,"
"Kan kamu sahabatnya, masa iya gak mau cerita,"
Damar menghela nafas, ia merasa kesal dengan sikap Hasan yang bertele-tele.
"Terserah kamu, San! Jangan anggep aku temen," jawab Damar ngambek.
"Idih, marah?" tanya Hasan sambil memperhatikan wajah Damar yang berang.
"Iya deh, aku kasih tau. Tapi kamu jangan bilang sama siapa-siapa yah, sama Yusi, juga gak boleh tau,"
Damar melirik Hasan, "iya! Memangnya apa yang terjadi!"
Hasan mulai menceritakan semua kejadian yang dialami oleh Hana dengan rinci. Damar tampak marah mendengar penuturan Hasan, ia mengepalkan tangannya sendiri dan memukul bangku yang di dudukkinya untuk melampiaskan rasa amarahnya.
"Brengsek banget si Samuel. Kabar angin yang aku denger, dia emang playboy, San! Suka Gonta ganti pasangan, dan, cuman buat main-main aja. Aku gak nyangka semua ini bisa terjadi sama, Hana!"
"Iya, tapi sudahlah, nanti dia juga bakal kena batunya sendiri. Ingat yah, kamu jangan bilang ke siapa pun termasuk, Yusi," ucap Hasan sambil memegang pundak Damar.
"Iya,"
Bel masuk sekolah pun berbunyi. Hasan dan Damar kembali ke kelas.
Para guru berkumpul di ruang rapat, mereka tengah membicarakan soal video yang dikirimkan Samuel kepada Bu Eni. Semuanya tampak berang, melihat video asusila yang dibuat oleh Samuel.
"Samuel sepertinya tidak berangkat, Bu!"
"Saya sudah menghubungi orangtuanya, saya meminta untuk langsung datang kemari karena genting. Tindakan Samuel benar-benar tidak terpuji. Kasus ini tidak boleh bocor, karena menyangkut reputasi sekolah. Saya harus mengeluarkan Samuel hari ini juga!"
Ucap Kepala Sekolah dengan berang. Tak berapa lama, orangtua Samuel datang. Tanpa basa-basi, Bu Eni segera menunjukan video asusila Samuel yang dikirim langsung kepadanya. Kedua orangtua Samuel tercengang dan tidak habis pikir. Kenapa, Samuel bisa berbuat nekad seperti itu. Orangtua Samuel meminta maaf dengan perasaan malu yang teramat sangat.
"Kami selaku orangtua Samuel, mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu! Tapi kami mohon, jangan keluarkan Samuel, dia sudah tiga, dan sebentar lagi akan ujian! Sangat sulit baginya, jika harus pindah sekolah lagi," ucap Papa Samuel.
"Benar, Bu. Tolong pertimbangkan lagi, masalah ini! Kami berjanji, kami akan ...." ucap Mama Samuel terpotong.
"Mohon maaf, Pak, Bu! Kami tidak bisa mentolerir perbuatan Samuel. Perbuatannya sudah Fatal. Kami sendiri heran, kenapa dia bisa mengirimkan videonya sendiri ke saya! Mungkin Bapak/Ibu bisa tanyakan langsung kepada Samuel di rumah, karena hari ini dia tidak berangkat, oh iya, saya akan segera mengurus berkas Samuel, mohon ditunggu Pak, Bu!" ucap Bu Eni kemudian pergi meninggalkan orangtua Samuel.
Orangtua Samuel pasrah mendengar kalimat dari Bu Eni. Mereka kemudian menunggu dengan perasaan malu yang campur aduk.
"Anak itu memang tidak tau diuntung!" ucap Papa Samuel dengan berang.
Sementara itu, Samuel tampak kelimpungan karena saat bangun tidur, dan mengecek pesan, banyak sekali pesan dari Bu Eni. Dan juga panggilan telepon. Samuel tidak mengira, dia mengirim video yang sudah ia simpan rapat-rapat di file rahasianya sejak dulu. Samuel sendiri lupa akan video-video mesum itu.
"Aduh, bagaimana ini! Aku sama sekali tidak merasa mengirim video-video itu! Tapi kenapa? Kenapa video itu bisa aku kirimkan ke nomornya Bu Eni!"
Samuel ketakutan dan tampak frustasi. Ia mondar-mandir di depan kamarnya. Keringat sudah membasahi tubuhnya. Ia sendiri tidak berolahraga, tapi keringat mengalir saja lewat tubuhnya mungkin efek kecemasan yang berlebihan.
"Apa yang harus aku lakukan? Gimana kalo sampe, Papa dan Mama tau! Untung saja mereka berada di luar kota. Tapi, tapi tetep aja takut, gimana kalo aku di keluarin dari sekolah!"
Samuel benar-benar ketakutan, ia tidak tau apa yang harus diperbuat, buktinya sudah terpampang jelas. Ia mengirim video mesum dirinya sendiri kepada Bu Eni.
***
Damar bersikap seperti biasanya. Meskipun ia sudah mendengar cerita dari Hasan. Damar tersenyum ketika melewati Hana, yang sedang mengobrol dengan Yusi.
Yusi dan Hana memandang Damar yang tengah tersenyum kepada Hana. Sementara, Hasan tampak tidak peduli, dan langsung bergegas menuju bangkunya.
Hana menduga, Damar pasti sudah mengetahui masalahnya ketika melihat ekspresi Damar yang memandangnya tersenyum penuh arti.
"Kenapa, si Damar! Aneh banget, ngliatin kamu mulu!" tanya Yusi.
"Gak tau, udah gak usah liatin dia, kamu!" jawab Hana yang melihat Yusi beberapa kali menengok ke bangku Damar.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments