6. Berjumpa Kembali

"Namanya Leo. Dia anak dari temen bisnis Papa. Dia sama kayak kamu, baru kelas satu SMK juga. Tadinya, dia sekolah di luar negeri, tapi sekarang dia sudah ada di indonesia, dan nerusin sekolah di sini. Perlu kamu tau juga, Leo ini, sekolah sambil bekerja. Dia anak yang pintar. Di usianya yang masih sangat muda, dia sudah membangun perusahaan–nya sendiri. Dia seorang arsitek handal, banyak orang yang memakai jasanya. Bahkan setiap ada lomba pameran miniatur rumah, dia selalu berhasil. Dia memfasilitasi dirinya dengan uangnya sendiri, bukan dari orangtuanya. Dan dia juga sudah punya rumah sendiri, Cer! Rumah yang di bangun dengan desain sendiri. Orang nya juga baik loh, Cer. Papa sudah kenal dengan dia, bahkan sudah bertemu beberapa kali," Pak Darma bercerita penuh semangat.

"Berarti dia tau, kalo mau dijodohin sama Ceri, Pah! Papa udah kasih liat foto, Ceri?" tanya Ceri.

"Dia sudah tau lama tentang perjodohan ini, karena dari kecil, dia selalu ditanamkan untuk bekerja keras dan mandiri oleh orangtuanya. Itu wajib bagi anak lelaki yang mengikuti tradisi ini, Cer. Tapi kalo masalah foto, Papa belum pernah kasih lihat fotomu sih. Em, kamu pengin kalo Papa ...."

"Nggak, Pah! Jangan pernah kasih liat foto Ceri sama dia. Em, kedengaran–nya dia orang yang sangat sempurna, Pah. Ceri gak yakin, kalo cowok yang mau di jodohkan degan Ceri bakal nerima, Ceri."

"Kamu gak usah ragu, Leo adalah jodoh yang tepat buat kamu,"

"Tapi, cerita Papa tentang Leo, terlalu perfect, Pah. Ceri hampir gak percaya loh sama omongan, Papa!"

"Tidak apa-apa kalo kamu gak percaya, nanti, kalo kalian sudah menikah, kamu akan tau sendiri, Cer. Papa kenal baik dengan, Leo. Kamu pasti tidak akan menyesal dijodohkan dengannya," ucap Pak Darma mantap.

"Oke deh kalo gitu. Kita sudahi perbincangan ini, Ceri mau istirahat dulu, soalnya besok, Ceri harus piket dan berangkat pagi," kata Ceri sambil beranjak dari tempat duduknya, sebenarnya, Ceri malas mendengar kelanjutan cerita Leo yang tak masuk akal bagi dirinya.

"Tunggu, Cer! Papa mau ngasih tau kamu, besok malam minggu, kita ada pertemuan keluarga dengan Leo dan orang tuanya," ucap Papanya sambil memegang tangan Ceri. Sedangkan Mamanya hanya fokus mendengarkan.

"Hah! Secepat itu, Pah!" Ceri kembali membulatkan matanya. Belum hilang rasa shocknya, sudah ditimpa lagi, Pak Darma hanya tersenyum dan mengangguk mendengar jawaban Putrinya.

Ceri yang tidak mau berdebat, ia menjawab dengan santay.

"Oke! Tolong ingatkan lagi, soalnya ini kan baru hari kamis. Ceri ke kamar dulu ya, Pah, Mah!" Ceri mencium tangan Papa dan Mamanya sebelum pergi ke kamarnya.

"Alhamdulillah ya, Mah. Ceri gak terlalu mempermasalahkan masalah ini," kata Pak Darma menghampiri istrinya, dan duduk di sebelahnya.

"Iya, Pah, untung dia anak yang pengertian," jawab Bu Darma diiringi senyuman.

"Terimakasih, Mah. Sudah melahirkan bidadari cantik lagi Soleha," ucap Pak Darma sambil merangkul pundak istrinya.

"Sama-sama, Pah. Berkat kamu juga," jawab Bu Darma sambil menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. Mereka sama-sama merasa bahagia.

Sementara itu, Ceri tidak bisa tidur di kamar. Dia terus memikirkan perjodohan itu.

"Apa aku yakin, bakalan bisa nglakuin tradisi ini? Kedengaran–nya udah susah dan gak masuk akal, gimana ntar ngejalaninya?"

Hana tampak mondar mandir sambil berpikir, lalu duduk ditepi kasurnya.

"It's okay, Hana! Orangtua kamu, menginginkan hal yang terbaik buat kamu. Coba, jalanin aja dulu. Toh ini hanya perjodohan biasa, tidak akan ada hal yang lain. Jika nanti tidak cocok, perjodohan dan pernikahan bisa saja dibatalkan, iya kan?" Hana mencoba meyakinkan dirinya sendiri, ia tersenyum biarpun terpaksa.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya di kasur dan bersiap untuk tidur, dan berharap mimpi indah.

***

Pagi-pagi sekali, Hana datang ke sekolah. Ia menyapu kelas, mengelap kaca, dan membersihkan debu-debu yang menempel.

"Hem, untung jadwal piket ini hanya dilakukan satu bulan sekali, biarpun cuman hanya seorang diri, tapi lebih baik, daripada banyak orang, malah bikin ribut, kadang malah ada yang gak mau piket. Enak juga sistem seperti ini," Hana tersenyum senang.

Setelah selesai piket, Hana berjalan ke lantai bawah, berniat untuk ke perpustakaan, eh tiba-tiba ia berpapasan dengan Guru BP.

"Selamat pagi, Bu!" sapa Hana diiringi senyuman ramahnya.

"Selamat pagi, Hana! Hari ini kamu piket yah? Pagi banget, kamu sudah selesai?" tanya Guru BP.

"Iya, Bu! Hehe, memang ini terlalu pagi kayaknya, belom ada anak yang berangkat satu pun,"

"Kebetulan sekali, Hana!" Guru BP mendekati Hana.

"Ada apa, Bu?" tanya Hana penasaran.

"Kamu bantu, Ibu. Ayo ikut!" Guru BP menarik tangan Hana untuk mengikuti langkahnya.

Bu Eni selaku guru Konseling, membawa Hana ke ruangannya. Hana melihat ada seorang siswa yang duduk membelakanginya, ia menatap punggung siswa tersebut dengan penuh tanda tanya.

"Hana, itu ada siswa baru, nantinya, dia akan satu kelas sama kamu. Nah, kebetulan Ibu lagi ada keperluan lain, mumpung masih pagi banget, belum ada orang, kamu tolong ajak Hasan liat-liat sekolah ini yah! Kamu kasih tau ruangan praktek, toilet, perpus, dan ruangan lain yang perlu dia ketahui, oke!" kata Bu Eni sambil tersenyum dan membuat simbol Ok.

Hana kemudian tersenyum dan mengangguk tanda ia setuju.

"Oh iya, Bu, siapa nama dia tadi?" tanya Hana sambil melirik Hasan.

"Hasan! Nama panjangnya Hasan Leonil Praja Pamungkas! Anaknya ganteng banget, jangan naksir yah?" canda Bu Eni

"Ibu bisa aja, jadi saya panggil dia, Hasan, yah!"

"Iya, maaf ya, Han! Saya tinggal dulu, silahkan ajak dia keliling, mumpung masih sepi,"

Bu Eni kemudian meninggalkan Hana dan Hasan. Hana perlahan mendekati Hasan yang duduk di bangku membelakanginya.

Dengan perasaan sedikit gugup, Hana perlahan menepuk bahu Hasan. "Hay ... Ha ... Saaan,"

Hana terbata ketika menyebut nama siswa tersebut. Saat di tepuk, Hasan langsung menengok ke belakang, sehingga membuat Hana sedikit gugup, terlebih, Hana kenal dengan wajah tersebut, wajah orang yang pernah menolongnya.

"Kamu ... Ka–ka–mu cowok yang di taman itu kan?" Hana berkata dengan ekspresi yang kaget bercampur bahagia.

"Iya, kamu masih ingat? Koq kamu tau namaku!terus, kamu, kamu sekolah di sini juga?" tanya Hasan datar.

Hana tersenyum mendengar pertanyaan Hasan.

"Iya, dan sepertinya, kita akan satu kelas. Soalnya, Bu Eni, tadi ngasih tau aku. Dan beliau tadi juga minta tolong, buat ngenalin lingkungan sekolah di sini, yah supaya kamu gak keder ntar," terang Hana kemudian sedekap.

"Oh, gitu!" jawab Hasan netral, kemudian ia beranjak dari tempat duduknya.

"Iya udah ayok, kita ngobrol sambil jalan aja sebelum banyak murid yang dateng," ucap Hana.

Hana dan Hasan lalu berjalan ber–iringan untuk menyusuri semua penjuru ruangan di sekolah Favorit ini.

"Ngomong-ngomong, nama kamu siapa?" tanya Hasan sambil melirik Hana di sampingnya.

"Panggil aku Hana, aja. Kebanyakan kalo di sekolah kan emang yang dipanggil nama depanya," terang Hana.

"Oh, salam kenal yah! Oh iya, koq kamu pagi banget udah di sekolah aja sih!"

"Iya, karena aku ada piket, piket di sekolah ini enak loh, satu siswa kejatah satu kali dalam satu bulan. Itu pun cuman bersih-bersih di kelas aja. Tapi tergantung jumlah muridnya juga sih. Kalo di kelas aku, kebetulan jumlah muridnya ada 30. Jadi, pas satu-satu. Tapi ini ketambahan ada kamu, kayaknya ntar ada yang bareng piketnya. Tinggal nungguin wali kelas aja ntar keputusanya gimana. Oh iya, Hasan, ini adalah perpus sekolah, perpus di sini bukan hanya untuk baca-baca aja, tapi juga tempat untuk curhat, hehehe! Dan kamu juga boleh pinjem komputer perpus sepuasnya, asalkan, buat belajar, dan tentunya gak boleh di bawa kemana mana yah," Hana menjelaskan sambil diiringi canda dan tawa.

Hasan tersenyum mendengar penjelasan Hana, apalagi, dengan aura wajah Hana yang begitu mempesona. Tatapan Hasan kepada Hana ada maksud tersirat. Kemudian mereka kembali berjalan menyusuri koridor sekolah, masih di lantai satu.

Episodes
1 1. Mie Ayam Kantin
2 2. Air Mineral
3 3. Aku Bukan Artis
4 4. Tentang Tradisi
5 5. Siapa Cowok Yang Akan Di Jodohkan Denganku?
6 6. Berjumpa Kembali
7 7. Anak Baru
8 8. Fitnah
9 9. Masa Lalu
10 10. Praktek Trimping
11 11. Firasat Buruk
12 12. Pertolongan
13 13. Teringat Akan Perjodohan Lagi
14 14. Siapa Wanita Yang Di Sukai Kaka?
15 15. Jadi Hacker
16 16. Ketakutan
17 17. Samuel Sudah Di keluarkan
18 18. Malam Perjodohan
19 19. Malam Pertunangan
20 20. Resmi Tunangan
21 21. Canggung
22 22. Alhamdulillah, Sah!
23 23. Takjub, Terpesona, Sempurna
24 24. Ukuran Baju
25 25. Tersipu Malu
26 26. Tanggung Jawab Hasan
27 27. Sketsa
28 28. Mencari Alasan
29 29. Bad Mood
30 30. Kaget Berita Samuel
31 31. Geregetan
32 32. Sadar
33 33. Terharu
34 34. Macam Detektif Saja
35 35. Perhatian Hasan
36 36. Damar Masuk Rumah sakit
37 37. Kecemasan Dimas
38 38. Damar Siuman
39 39. Kecurigaan Raja
40 40. Tutup Kebalik
41 41. Menabrak Seseorang
42 42. Mengorek Informasi
43 43. Hasan bertemu Raja
44 44. Perfect
45 45. Hasan Masak?
46 46. Amarah Raja
47 47. Panik
48 48. Semua Hanya Untuk Kamu!
49 49. Hasan Sakit
50 50. Dibonceng Raja
51 51. Raja Keras Kepala
52 52. Diikuti Sampai Rumah
53 53. Kekhawatiran Bu Darma
54 54. Sikap Dingin Hasan
55 55. Takut
56 56. Getaran Asmara
57 57. Bikin Penasaran
58 58. Hasan Di Kamar Hana
59 59. Peringkat Pertama Siapa?
60 60. Tambah Masalah
61 61. Rasa Bersalah Bercampur Cinta
62 62. Kita Bertemu Lagi, Lita!
63 63. Belum Move-On
64 64. Yeay, Hadiahnya Datang
65 65. Marah-Marah
66 66. Pergi Tanpa Ijin
67 67. Amnesia?
68 68. Panik Mencarimu
69 69. Sosok Yang Sudah Lama Dirindukan
70 70. Shock!
71 71. Dia Abangku!
72 72. Pura-Pura
73 73. Habis Miki, Raja
74 74. Merasa Bersalah
75 75. Puisi Dari Hati Pilu
76 76. Kepergok
77 77. Hana Nakal, Mah!
78 78. Pengakuan Bu Darma
79 79. Naughty Kiss
80 80. Welcome Back, Lita!
81 Syarat Untuk Hana
82 Ya Ampun, Bertengkar lagi!
83 83. Mungkin Cemburu?
84 84. Maaf, Aku Mencintainya
85 Kenapa? Dia Istriku
86 Lapar
87 Kissing Code
88 Nonton Bioskop
89 Dia Lupa?
90 Pesan Dari Nomor Baru
91 Pasrah Saja
92 Sketsa Wajah Hana
93 Perjalanan Muncak
94 Sampai Di Kaki Gunung
95 95. Ribut Lagi
96 Ada apa?
97 Cokelat Untuk Yang Sedang Badmood
98 Nafsu Atau Cinta?
99 Hasan Sudah Tau
100 Belum Sepenuhnya Jujur
101 Gak Sengaja, San!
102 Oh ... cemburu
103 Mobil Siapa?
104 Sengit
105 Masih Tersimpan Rapih
106 Hadiah Kalung
107 Titip Hana
108 Lebih Suka Dikekang
109 Takut Kehilangan
110 110. Terkejut
111 Tidak Menolak
112 Benar-Benar Kejutan
113 Permintaan Orang Tua Samuel
114 Sikap Kurang Ajar Bagas
115 Cemburu
116 Malah Sakit
117 Apa Karena Aku Memarahimu?
118 Terima Tawaran?
119 Berbeda
120 Gugup
121 Panik dan Membeku
122 ???
123 Maaf
124 Dapat kepercayaan lagi
125 Bagaskara kaget
126 Tidak suka dengan parfum?
127 Ternyata orang Indonesia
128 Ada Udang dibalik batu
129 Diam-diam Jago
130 Deg-degan
131 Menang
Episodes

Updated 131 Episodes

1
1. Mie Ayam Kantin
2
2. Air Mineral
3
3. Aku Bukan Artis
4
4. Tentang Tradisi
5
5. Siapa Cowok Yang Akan Di Jodohkan Denganku?
6
6. Berjumpa Kembali
7
7. Anak Baru
8
8. Fitnah
9
9. Masa Lalu
10
10. Praktek Trimping
11
11. Firasat Buruk
12
12. Pertolongan
13
13. Teringat Akan Perjodohan Lagi
14
14. Siapa Wanita Yang Di Sukai Kaka?
15
15. Jadi Hacker
16
16. Ketakutan
17
17. Samuel Sudah Di keluarkan
18
18. Malam Perjodohan
19
19. Malam Pertunangan
20
20. Resmi Tunangan
21
21. Canggung
22
22. Alhamdulillah, Sah!
23
23. Takjub, Terpesona, Sempurna
24
24. Ukuran Baju
25
25. Tersipu Malu
26
26. Tanggung Jawab Hasan
27
27. Sketsa
28
28. Mencari Alasan
29
29. Bad Mood
30
30. Kaget Berita Samuel
31
31. Geregetan
32
32. Sadar
33
33. Terharu
34
34. Macam Detektif Saja
35
35. Perhatian Hasan
36
36. Damar Masuk Rumah sakit
37
37. Kecemasan Dimas
38
38. Damar Siuman
39
39. Kecurigaan Raja
40
40. Tutup Kebalik
41
41. Menabrak Seseorang
42
42. Mengorek Informasi
43
43. Hasan bertemu Raja
44
44. Perfect
45
45. Hasan Masak?
46
46. Amarah Raja
47
47. Panik
48
48. Semua Hanya Untuk Kamu!
49
49. Hasan Sakit
50
50. Dibonceng Raja
51
51. Raja Keras Kepala
52
52. Diikuti Sampai Rumah
53
53. Kekhawatiran Bu Darma
54
54. Sikap Dingin Hasan
55
55. Takut
56
56. Getaran Asmara
57
57. Bikin Penasaran
58
58. Hasan Di Kamar Hana
59
59. Peringkat Pertama Siapa?
60
60. Tambah Masalah
61
61. Rasa Bersalah Bercampur Cinta
62
62. Kita Bertemu Lagi, Lita!
63
63. Belum Move-On
64
64. Yeay, Hadiahnya Datang
65
65. Marah-Marah
66
66. Pergi Tanpa Ijin
67
67. Amnesia?
68
68. Panik Mencarimu
69
69. Sosok Yang Sudah Lama Dirindukan
70
70. Shock!
71
71. Dia Abangku!
72
72. Pura-Pura
73
73. Habis Miki, Raja
74
74. Merasa Bersalah
75
75. Puisi Dari Hati Pilu
76
76. Kepergok
77
77. Hana Nakal, Mah!
78
78. Pengakuan Bu Darma
79
79. Naughty Kiss
80
80. Welcome Back, Lita!
81
Syarat Untuk Hana
82
Ya Ampun, Bertengkar lagi!
83
83. Mungkin Cemburu?
84
84. Maaf, Aku Mencintainya
85
Kenapa? Dia Istriku
86
Lapar
87
Kissing Code
88
Nonton Bioskop
89
Dia Lupa?
90
Pesan Dari Nomor Baru
91
Pasrah Saja
92
Sketsa Wajah Hana
93
Perjalanan Muncak
94
Sampai Di Kaki Gunung
95
95. Ribut Lagi
96
Ada apa?
97
Cokelat Untuk Yang Sedang Badmood
98
Nafsu Atau Cinta?
99
Hasan Sudah Tau
100
Belum Sepenuhnya Jujur
101
Gak Sengaja, San!
102
Oh ... cemburu
103
Mobil Siapa?
104
Sengit
105
Masih Tersimpan Rapih
106
Hadiah Kalung
107
Titip Hana
108
Lebih Suka Dikekang
109
Takut Kehilangan
110
110. Terkejut
111
Tidak Menolak
112
Benar-Benar Kejutan
113
Permintaan Orang Tua Samuel
114
Sikap Kurang Ajar Bagas
115
Cemburu
116
Malah Sakit
117
Apa Karena Aku Memarahimu?
118
Terima Tawaran?
119
Berbeda
120
Gugup
121
Panik dan Membeku
122
???
123
Maaf
124
Dapat kepercayaan lagi
125
Bagaskara kaget
126
Tidak suka dengan parfum?
127
Ternyata orang Indonesia
128
Ada Udang dibalik batu
129
Diam-diam Jago
130
Deg-degan
131
Menang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!