Hana melanjutkan kalimatnya kembali.
"Dan, mereka semua langganan aku. Kalo kamu sendiri gimana? Naek motor apa dijemput?" tanya Hana.
"Aku dijemput, bareng aku aja, yuk!"
"Ah, gak deh. Terimaksih, kapan-kapan aja," tolak Hana dengan halus.
"Beneran, Han? Kamu gak mau ikut aku?" tanya Hasan memastikan.
"Iya bener lah. Aku naik angkot aja,"
"Ya udah kalo gitu, aku balik dulu yah, Papaku udah nungguin di depan soalnya," ucap Hasan.
"Oke, hati-hati, yah!" ucap Hana diiringi senyuman.
Hasan tersenyum ke arah Hana, sebelum ia benar-benar pergi.
Hana lalu berjalan sendiri menuju ke pangkalan angkot, tapi dari belakang ada seseorang yang meraih tangan nya. Hana langsung berbalik, dan ternyata, itu adalah Samuel.
"Kak Samuel! Ada apa, Kak?" tanya Hana merasa sedikit khawatir.
"Tadinya aku mau percaya sama omongan kamu, Han. Tapi, setelah aku denger suara kamu langsung, aku semakin yakin, hati kamu ternyata gak secantik wajahmu, kamu bermuka dua!" ucap Samuel dengan sedikit berang.
Hana tersenyum mendengar kalimat Samuel, "aku tau, Kak Sam, pasti denger suaraku dari rekaman Cantika, kan? Silahkan, Kaka mau percaya aku atau sama Cantika, itu hak Kaka. Aku gak akan ngejelasin apa-apa lagi, toh, Kaka lebih percaya dengan penuturan orang lain, ketimbang mencari kebenarannya sendiri," terang Hana diiringi senyuman.
"Ternyata emang bener, Han! Aku benci sama kamu, kamu cewek bermuka dua, kamu gak pantes dapetin aku. Nyesel aku udah deketin kamu," Samuel berkata dengan ekspresi marah.
Samuel pergi meninggalkan Hana, dengan perasaan yang tidak karuan. Hatinya tidak ingin mengucapkan hal itu. Tapi pikiranya berkata lain. Ada maksud jahat dalam diri Samuel kepada Hana.
Hana masih mematung melihat kepergian Samuel. Hana merasa sedih, apalagi mendengar kata-kata Samuel. Hana menitikan air matanya. Lalu berbalik dan kembali berjalan.
"Aku harap, kamu nemuin bukti sendiri, Kak Sam!" ucap Hana dalam hatinya.
***
Hari jum'at emang asyik, pelajaran sedikit dan pulang lebih awal, karna anak cowok pada sholat jum'at. Jadi, sekolah kayak cuman beberapa detik lewat gitu aja.
Yusi dan Hana berjalan beriringan menuju pangkalan angkot, kebetulan, Yusi bilang ingin naik angkot juga. Tapi sayang, angkot yang di naiki Yusi berbeda dengan Hana, karena beda arah. Yusi ke barat, sedangkan Hana ke timur.
"Oke deh, kita berpisah di sini, kamu hati-hati ya, Han. Aku mau naik angkotku dulu, kayaknya udah mau cabut, soalnya udah penuh tuh," ucap Yusi sambil menunjuk angkot berwarna kuning jurusannya.
"Siapp! Mestinya aku yang bilang ke kamu buat hati-hati. Kamu kan baru pertama kali naik angkot," jawab Hana diiringi senyuman.
"Oke, aku duluan yah," jawab Yusi sambil tersenyum dan melambaikan tangan.
Yusi berlari mengejar angkot warna kuning, dan duduk di samping sopir.
Lalu, Hana masuk ke dalam angkot warna pink tujuanya.
"Koq masih sepi sih, belom ada yang naik," kata Hana dalam hatinya, ia merasa sedikit aneh dengan hari ini.
Dengan langkah ragu, Hana lalu naik, dan duduk di belakang sopir. Saat Hana sudah naik, sopir angkotnya langsung masuk ke dalam dan menyalakan angkotnya. Pintu angkot pun ditutup. Hana merasa asing dengan sopir tersebut, tapi ia mencoba untuk tetap tenang.
"Loh, Bang! Penumpangnya baru satu, koq udah mau berangkat aja," tanya Hana bingung.
Biasanya, kalo penumpang masih sepi, angkot akan nge-time terlebih dulu. Tapi, ini langsung jalan aja.
"Iya, Neng! Soalnya saya buru-buru mau jum'at an," jawab Sang Sopir.
Angkot tersebut melaju dengan lumayan kencang. Hana pun berpegangan kuat pada besi di jendela.
"Bang, kayaknya abang, sopir baru, ya! Saya baru liat soalnya," tanya Hana sambil memperhatikan sopir angkot yang masih muda itu.
"Iya begitulah, Neng," jawab sang sopir tersenyum menyeringai.
"Bang, jalannya pelan-pelan aja, bang! Siapa tau nanti ada yang mau naik di jalan,"
"Kan mau jum'atan, Neng! Jadi harus cepet-cepet,"
Hana mendadak takut, keringatnya mulai keluar, ketika ia menyadari, jalan yang diambil oleh sopir, bukanlah jalan yang ia lewati untuk menuju rumahnya. Hana panik, hatinya sudah bisa menebak, bahwa akan ada hal buruk dalam dirinya.
"Loh, bang! Ini bukan arah jalan ke rumah saya. Ini bukan rute seperti biasanya ya, Bang!" tanya Hana dengan mata melotot melihat sekeliling jalan yang tampak asing baginya, tidak ada rumah di sana, hanya ada perkebunan di sisi kanan dan kiri.
"Nerobos, Neng! Biar cepet,"
"Ya Alloh, semoga tidak terjadi apa-apa dengan diriku," batin Hana.
Angkot tersebut masuk ke dalam jalan yang berumput dan jauh dari rumah penduduk. Banyak pepohonan jati di sana, lalu angkot tersebut berhenti. Pintu angkot pun di buka oleh sang sopir.
"Bang, kenapa abang bawa saya ke sini!"
"Maaf neng cantik, abang hanya disuruh," jawab sopir angkot.
Sopir angkot tersebut melepas kaca mata dan jaket hitamnya, sopir tersebut masih muda, dan seperti anak sekolah. Hana segera turun, dia sadar nyawanya dalam bahaya.
Dari arah jalan yang sama, datang lah tiga pemuda dengan mengendarai motor ninja. Dan Hana kenal dengan salah satu motor itu, apalagi orangnya.
Mereka semua mencopot helm yang ia kenakan. Dua diantara pemuda tersebut mengenakan jaket, sehingga tidak terlihat atribut sekolahnya.
"Kak Samuel!" Seru Hana ketika melihat wajah yang ia kenal.
Samuel dan teman-temannya tersenyum menyeringai. Ternyata, sopir angkot tersebut adalah teman Sam juga, pantas saja masih muda dan bagus.
"Hay, Hana!" sapa Samuel dengan wajah licik.
Hana di kelilingi oleh teman-teman Samuel. Hana memang sangat panik. Tapi, dia mencoba untuk tetap tenang.
"Kenapa, Kaka nglakuin ini? Apa yang mau Kaka lakukan?" tanya Hana sambil menatap wajah mereka satu per satu.
Samuel tersenyum menyeringai, "kamu yang sudah buat aku begini, aku gak terima dipecundangi cewek kayak kamu, Han!" Samuel berang.
"Maksud kamu apa, Kak! Aku gak pernah mecundangi siapapun,"
"Hati kamu emang busuk! Aku pikir, kamu wanita baik-baik, tapi kayaknya ...." Samuel tersenyum nakal.
"Sam, adik kelasmu ini emang cantik. Cantik banget malah! Body nya juga bagus banget," ucap salah satu teman Sam.
"Aku udah gak sabar nih, Sam!" kata teman Sam lagi.
"Kalian tunggu aba-aba dariku, dan tentunya, aku dulu yang nikmatin dia," kata Samuel sambil tersenyum mulai mendekati Hana.
Keringat mulai membasahi tubuh Hana, membuat ia terlihat semakin menggoda, Hana tidak bisa bergerak kemanapun karena telah dikunci oleh Samuel dan teman-temannya. Hana benar-benar merasa takut.
"Kamu jangan macam-macam, Sam! Kita bisa bicarakan ini baik-baik," kata Hana dengan nada keras.
"Wawawawaww, sekarang kamu berani nyebut aku dengan nama langsung!" Samuel memegang dagu Hana.
Hana langsung menepis tangan Samuel yang mulai kasar padanya. Samuel tersenyum menyeringai.
"Ternyata pilihanku tepat, gak seharusnya aku deket sama kamu, Sam! Kamu bukan orang yang baik, kamu psikopat! Aku pikir, kamu cowok yang asyik, gak cepet marah. Tapi, kamu beda 180 derajat dengan apa yang aku pikirkan," ucap Hana marah.
"Kamu gak usah nilai aku, kamu sendiri juga begitu, sepertinya, kita cocok, kalau begitu, tidak ada salahnya jika melakukan hal yang sama-sama kita inginkan," ucap Samuel lebih mendekati Hana.
"Berhenti, Sam! Cuman gara-gara omong kosong Cantika itu, kamu langsung berubah jadi serigala," Hana mencoba menahan tubuh Samuel yang mulai me mepetnya di pohon jati.
Jantung Hana berdegup kencang, dia meneteskan air matanya, takut dengan apa yang akan dilakukan Samuel kepadanya. Hana terus berdo'a dalam hatinya.
"Ya Alloh, tolong hamba, ya Alloh, hamba tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada diri ini," ucap Hana dalam hatinya.
Di satu sisi, Hasan yang ikut sholat jum'at di masjid dekat jalan raya, kebetulan melihat Hana yang naik angkot. Setelah berwudhu, Hasan mulai gelisah memikirkan Hana. Apalagi, dia melihat angkot tersebut tidak memiliki penumpang lain selain Hana. Dan angkot tersebut melaju dengan cepat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
riyu yuri
ikut dekdekan baca bab ini haduuuuhhhhh
2023-06-22
0