Cantika menatap rombongan Fans Hana yang pergi tanpa merespon kalimatnya, dengan wajah terbelalak. Cantika tersenyum pahit dan menelan ludahnya sendiri. Tak menyangka jika Fans Hana begitu cuek padanya.
"What! Ini memalukan syekalii! Mereka gak nganggep aku di sini! Dan gak dengerin kata-kata ku? Iiiihhhhh ... Bener-bener rese dan nyebelin banget mereka! Sama kayak Hana!" ucap Cantika dengan sewot kemudian meninggalkan sekolah.
Sementara itu, Samuel, Damar, dan Yusi masih berjalan mengikuti Hana.
"Hana, kenapa jalan terus? Aku anterin yah! Tunggu di sini, aku ambil motor di parkiran sekolah," Samuel menawarkan dirinya untuk mengantar Hana.
"Hana pulang sama aku!" celetuk Damar.
"Kalo gitu, aku pulang duluan yah, kayaknya aku udah di jemput sama Nyokap! " kata Yusi.
"Iya, hati-hati ya, Yus!" ucap Hana.
Yusi tersenyum kemudian pergi meninggalkan teman-temannya terlebih dahulu.
"Oh iya, kalian, juga mendingan gak usah nganterin aku deh!" ucap Hana sambil memandang Damar dan Samuel bergantian.
"Kenapa, Han! Kan kamu gak di jemput! Aku anterin aja, yah! Sekalian pengin tau rumah kamu," bujuk Samuel.
"Gak usah, Kak! Soalnya aku udah biasa naik angkot!" jawab Hana sopan.
"What! Cewek secantik kamu, naek angkot! Aduh, ntar kalo ada orang yang nakal gimana?" ucap Samuel heran.
"Hana emang dari SMP suka naek angkot! Dia gak bakalan mau dianter kalo gak kepepet, atau ada hal yg penting!" kata Damar menimpali.
Samuel mengabaikan penjelasan Damar, membuat Damar kesal.
"Kalo gitu, aku anterin sampai pangkalan, yah!" tawar Samuel lagi.
"Gak usah, Kak! Aku jalan kaki aja," jawab Hana diiringi senyuman.
"Iya udah aku ikutin dari belakang, kalo kamu gak mau dianterin, tunggu, aku ambil motor dulu," kata Samuel kemudian berlari menuju parkiran, untuk mengambil sepeda motornya.
Hana dan Damar menghela nafasnya melihat sikap Samuel yang keras kepala.
"Kenapa sih tuh orang! Ngotot banget!" ucap Hana kesal.
"Yaahh, resiko jadi orang cantik, banyak fans nya," ucap Damar tersenyum.
"Aku gak nyaman aja, Dam! risih banget. Kalo aku diem aja, ntar di kira sombong! Dan aku gak mau di bilang sombong!" ucap Hana pasrah.
"Iya, aku tau koq, aku paham dengan perasaan mu saat ini. Kamu nikmatin aja masa-masa ini dulu, ntar mereka pasti berhenti dengan sendirinya koq, kalo kamu udah punya pacar! Termasuk, aku!" ucap Damar sambil tersenyum.
"Berarti, kalo aku punya pacar, kamu bakal ngejauh dari aku, Dam! Kamu gak mau temenan sama aku lagi?" tanya Hana.
"Bukan gitu maksudnya, Han! Cuman ...."
"Gak asih ah, kamu! Nyebelin!" Hana terlihat marah dengan penuturan Damar.
Hana yang ngambek kemudian berjalan meninggalkan Damar yang masih berdiri di tempatnya. Damar sengaja tidak mengejar Hana, karena dia tau, Hana sedang kesal padanya. Damar lalu menuju parkiran untuk mengambil motornya.
Sepanjang perjalanan menuju ke pangkalan, banyak cowok yang mencoba mendekati Hana. Tetapi, Hana cuek karena dia merasa tidak kenal. Lalu, Samuel datang dengan sepeda motornya dan menjajari Hana.
"Woy! Jangan pada deketin pacar aku, yah!" celetuk Samuel, Hana otomatis kaget, dan memandang Samuel, Samuel malah terseny tanpa dosa.
"Kak! Koq ngomong gitu sih!" tanya Hana dengan ekspresi kaget, cowok yang mendekatinya sontak pergi.
"Kenapa? Kan biar kamu gak digangguin, itu aja, maksud aku!" jawab Samuel.
Hana hanya diam dan tampak berfikir. "Benar juga, nayatanya cowok-cowok itu langsung pergi," ucap Hana dalam hatinya.
"Tapi, kalo kamu mau jadi pacar aku beneran, aku pasti trima koq!" kata Samuel tersenyum.
Hana merespon dengan senyuman.
"Ayo, aku anterin aja yah!" bujuk Samuel.
"Gak usah, Kak!"
"Iya udah, kalo gitu, aku temenin jalan–nya, yah!"
"Mending, Kak Samuel langsung cabut aja, emang gak cape? Ngegas pelan motornya?lagian, aku jalan–nya lamban loh!" kata Hana memberi alasan.
"Gak papa! Oh iya, boleh minta nomer hape kamu gak?"
"Maaf banget nih, Kak! Aku lagi gak bawa hape, terus, aku gak hapal nomor sendiri,"
"Koq bisa sih! Nomor sendiri gak hapal!"
"Iya, males mau ngapalin soalnya. Maaf yah!" kata Hana lembut, berharap Samuel tidak marah.
"Em, iya udah deh gak papa. Kalo gitu ... Tunggu, tunggu!" Samuel mengajak Hana untuk berhenti terlebih dahulu.
Hana kemudian berhenti, Samuel mengeluarkan buku dan pulpen, kemudian ia menulis nomor hapenya sendiri, kemudian menyerahkannya kepada Hana.
"Nih, jangan lupa di save ya, Han!" kata Samuel sambil menyerahkan sobekan kertas yang berisi nomornya.
"Ini nomer siapa, Kak?" tanya Hana sambil mengamati angka yang tercantum di kertas tersebut.
"Iya nomer aku lah, Han! Masa nomer orang aku kasih ke kamu, sih!" jawab Samuel kesal.
"Ohhh, terus!"
"Terus kamu save lah! Oh iya, jangan lupa juga setelah kamu save, kamu kirim pesan ke aku, yah!" perintah Samuel diiringi senyuman.
Hana hanya tersenyum kecut mendengar penuturan Samuel.
"Iya udah, kalo gitu, aku duluan, yah! Kebetulan aku ada janji sama temen," ucap Samuel kemudian menyalakan motornya kembali.
Hana mengangguk, Samuel lalu mengegas motornya dengan kencang dan meninggalkan Hana.
"Aku di suruh save? Dan nge–chat duluan?"
Hana merasa malas, ia membuka tasnya hendak memasukan kertas yang berisi nomor hape Samuel, tetapi, tanpa sengaja, kertas tersebut jatuh, dan tertiup angin.
"Eh, eh, yah kertasnya kabur kebawa angin, gimana nih! Duh, males banget mau nyari ... Udah lah biarin aja!"
Hana kemudian mengabaikan kertas dari Samuel itu. Ia melanjutkan langkahnya menuju pangkalan angkot.
"Katanya bakal nemenin sampe pangkalan, pret banget tuh cowok! Tampang boleh oke, tapi kalo sikapnya, gak masuk kriteria ku ... Aduh, ngapain sih aku mikirin masalah beginian, gak penting!" Hana berkata dalam hatinya sambil berjalan.
Kertas yang berisi nomor hape Samuel ternyata ditemukan oleh Cantika. Cantika tersenyum bahagia dan penuh arti saat mendapati nomor tersebut. Diam-diam, Cantika mengikuti langkah Hana, dan mendengar obrolan antara Samuel dengan Hana.
***
Setelah makan malam selesai, Hana dan orang tuanya bersantai dulu di ruang keluarga, untuk menonton TV bersama.
"Papa tumben gak pulang malem!" tanya Hana kepada Papanya.
Mama dan Papanya saling memandang penuh arti.
"Em, iya, soalnya ada sesuatu yang mau Papa dan Mama bahas sama kamu," jawab Papanya.
Hana yang tadinya fokus nonton TV, kemudian mengalihkan pandangan–nya ke Mama dan Papanya.
"Ada apa, Mah, Pah! Kayaknya serius banget!" tanya Hana penasaran.
"Gak serius banget sih, Sayang! Hanya masalah Tradisi Keluarga aja!" kata Mamanya dengan nada datar.
"Dan kami harap, kamu gak masalah dengan Tradisi yang sudah turun-temurun ini!" sambung Papanya.
"Emang Tradisi apa, Pah!" tanya Hana lebih penasaran, ditambah lagi dengan ekspresi orangtuanya yang nampak gugup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments