Malam perjodohan pun tiba. Keluarga Hana tengah bersiap-siap. Pak Darma tengah menanti Anak dan Istrinya di ruang tamu sambil melempar pesan dengan calon besannya. Hana yang di dandani oleh mamanya, terlihat sangat cantik dan menawan. Hana mengenakan gaun berwarna gold, terlihat sangat elegan. Dengan riasan rambut yang di kepang memanjang, kemudian di Gelung menyerupai bunga, lalu di jepit dengan aksesoris bunga mawar kecil berdaun. Bagian depan rambutnya dibelah pinggir, dengan menyisakan helaian rambut disisi kana dan kiri, menambah pesona dalam diri Hana. Siapapun yang memandangnya, pasti jatuh cinta. Hana mirip seperti princess dalam negeri dongeng dalam perfilman.
"Sempurna! Kamu terlihat sangat cantik sayang," ucap Bu Darma memuji anaknya sendiri.
"Mah, apa ini gak berlebihan? Masa harus dandan seperti ini! Terus, pake gaun segala, kan cuman acara pertemuan biasa, Mah," kata Hana sambil melihat dirinya di cermin.
"Pertemuan ini sangat penting, Ceri, kamu jangan sembarangan kalo bicara. Pokoknya kamu harus tampil sangat cantik malam ini, supaya calon suamimu tergila-gila padamu,"
"Cinta itu bukan hanya soal fisik, Mah! Tapi juga tentang perasaan," jawab Hana kesal.
"Ah, sudahlah! Kamu jangan ambil pusing masalah ini. Jika keluarga saling setuju, kalian akan langsung diikat dengan cincin. Lalu besok paginya kalian akan menikah," terang Bu Darma sambil menowel dagu Hana.
"Apa! Secepet itu, Mah! Aku gak siap kayaknya deh, takut aku, Mah!" keluh Hana dengan ekspresi mau menangis.
Jantung Hana berdebar, saat mendengar kata menikah. Dia belum siap harus mengikat hubungannya dengan orang yang sama sekali belum pernah ia tahu.
"Jangan takut sayang, semuanya akan baik-baik aja. Percaya deh sama Mama. Lagipula, tradisi ini tidak ada yang tau kecuali pihak keluarga kita dan pihak keluarga calon suami kamu. Pernikahan besar-besar kamu, bakal dilaksana–in, jika kalian sudah lulus sekolah, dan kalian berdua sudah saling mencintai. Kalo hal itu belom terjadi, status kalian akan tetep nikah siri. Pokoknya, kamu gak usah khawatir," ucap Bu Darma diiringi senyuman.
Hana hanya bisa menuruti perintah orangtuanya. Hana berdo'a agar semuanya diberikan kelancaran, jika memang ini sudah menjadi takdirnya. Hana meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Mah! Udah siap belom? Kalo udah, kita berangkat sekarang, temen Papa udah otw soalnya," teriak Pak Darma dari balik pintu.
"Sudah, Pah, ini mau keluar," jawab Bu Darma.
"Papa tunggu di mobil yah,"
"Iya, Pah ... Ceri, ayo kita berangkat! Bismillah, kamu bisa ... Mama jamin deh, kamu pasti suka sama orangnya. Anaknya baik banget, Cer ... sopan banget loh," terang Bu Darma kembali.
"Iya, Mah!" Jawab Hana simpel.
Bu Darma dan Hana lalu berjalan keluar, menghampiri Pak Darma yang sudah berada di mobil. Mereka lalu berangkat menuju cafecity77.
"Bismillah ya, Ceri, mudah-mudahan kamu sama Leo nanti cocok," kata Papanya.
"Insya Alloh, Pah, semoga ini memang yang terbaik buat, Ceri," jawab Hana diiringi senyuman.
"Aamiiin," jawab orangtua Ceri kompak.
Klunting!
Ada pesan masuk dari Papanya Leo.
"Wan, aku sudah sampe nih, inget yah, meja nomer lima yang pojok deket jendela,"
Pak Darmawan membacanya dalam hati. Lalu membalasnya.
"Ok! Aku udah otw bentar lagi nyampe," balas Darmawan.
"Mah, Praja udah nyampe duluan, ntar kita langsung masuk aja yah," ucap Pak Darma.
"Iya, Pah,semoga malam ini dilancarkan yah," ucap Bu Darma.
"Amin," jawab Pak Darma.
Ceri tampak was-was. Tapi dia berusaha untuk tenang, supaya orang tuanya tidak khawatir. Mobil pun telah sampai di cafe. Setelah parkir, keluarga Ceri turun dari mobil dan segera berjalan ke dalam menemui keluarga Praja.
"Ya Alloh, tenangkan hatiku ya Alloh, semoga ini adalah takdir terbaik yang engkau ridhoi untuku, ya Alloh ... Amin," ucap Hana dalam hatinya.
"Hey, Wan! Aku di sini!" Pak Praja melambaikan tangan ke arah Pak Darma.
"Eh, iya!" Pak Darma melambaikan tangan juga.
"Ayo kita kesana, Mah, Ceri," ucap Pak Darma.
Pak Darmawan tampak bahagia bertemu dengan teman bisnisnya. Mereka bersalaman dan berpelukan. Sementara Bu Darma hanya bersalaman dan cipika cipiki dengan Bu Praja. Hana bertambah deg-degan melihat calon mertuanya. Ceri menyalami Pak Praja dan Bu Praja.
"Om, Tante," sapa Hana diiringi senyuman.
"Ini anak kamu, Wan?" tanya Pak Praja.
Darmawan tersenyum dan mengangguk.
"Masya Alloh, cantik banget ya, Pah," kata Bu Praja diiringi senyuman.
"Makasih, Bu Praja," sambung Bu Darma, sementara Hana hanya tersenyum.
"Ayo kita duduk dulu," Pak Praja mempersilahkan duduk.
"Anggun banget anakmu ini, Bu Darma, cantiknya ... Masya Alloh," puji Bu Praja tak henti-henti memandang wajah Hana.
"Aduh, Bu Praja terus memuji, terimakasih," sambung Bu Darma mewakili Hana.
Hana tersenyum mendengar pujian Bu Praja, apalagi kedua calon mertuanya terus memandangnya, ia menjadi tidak enak.
"Oh iya ngomong-ngomong, dimana Leo, Ja! Koq gak keliatan!" tanya Pak Darma.
"Oh, tadi dia berangkat dari rumahnya sendiri, naek motor, agak telat dikit, Wan, maafin yah!"
"Ahh, gak papa koq. Oh iya, udah pesen makanan belom?" tanya Pak Darma.
"Belom, kita nungguin kalian koq ... Nah, itu dia Leo, Leo! Sini!" Pak Praja berdiri dan memanggil Leo.
Leo tersenyum dari jauh dan mulai berjalan mendekati meja nomor lima. Hana tidak berani menengok ke belakang. Dia merasa deg-degan menanti calon suaminya datang dan duduk di depannya. Hana beberapa kali menghela nafas untuk menenangkan dirinya sendiri. Keringat mulai keluar dari dahinya. Ia segera mengelapnya dengan cara di tap-tap.
"Ya Alloh, rassanya aku mau pingsan aja," batin Hana.
Bu Darma meremas tangan Hana yang tampak bergetar. Hana memandang Mamanya dengan raut wajah tegang dan menggelengkan kepala. Bu Darma mengingatkan Hana untuk tetap tersenyum, dan tenang, Bu Darma juga menganggukan kepalanya tanda bahwa Hana bisa melakukannya. Hana lalu tersenyum dan ikut mengangguk.
Leo lalu berjalan melewati Hana dan duduk di depannya. Hana perlahan memalingkan wajahnya untuk melihat wajah calon suaminya. Dan ketika mata mereka bertemu, mereka berdua sama-sama kaget. Bahkan, mereka berdua sama-sama langsung berdiri dan terbelalak.
Ceri dan Leo, alias, Hana dan Hasan tidak bisa berkata apa-apa kecuali saling memandang dan melongo. Mereka tidak percaya dengan semua ini. Apakah hanya kebetulan saja? Atau memang takdir yang membawa mereka berdua untuk dipersatukan?
Orangtua mereka, ikut berdiri melihat reaksi Hana dan Hasan.
"Ada apa, Cer?" tanya Bu Darma.
"Kenapa, Leo?" tanya Bu Praja.
"Apa kalian udah saling kenal?" tanya Pak Praja sambil memainkan jari telunjuknya ke arah Hana dan Hasan bergantian.
Hana dan Hasan belum bisa percaya. Lalu, Hana tersadar, "mah, aku mau cari angin dulu sebentar, yah," ucap Hana sambil berjalan meninggalkan ruangan tersebut.
"Kamu mau kemana, Ceri, Ceri!" seru Bu Darma.
"Ada apa sih, Leo? Kamu ...." kalimat Bu Praja terpotong.
"Maaf Mah, Pah! Leo juga mau keluar sebentar," Hasan kemudian berlari menyusul Hana.
"Duh, ada apa ya sama anak-anak kita!" tanya Bu Praja merasa khawatir.
"Saya juga gak tau, Bu, tapi sepertinya, mereka mungkin sudah saling kenal, Bu," ucap Bu Darma.
"Iya mungkin mereka sudah kenal. Emangnya kalo boleh tau, anak kamu sekolah dimana, Wan?" tanya Pak Praja.
"Anaku sekolah di TAMA, Ja. SMK favorit, dia ngambil jurusan Tehnik Komputer dan Jaringan," jawab Pak Darma.
"Wah, anak ku juga sekolah di situ, Wan. Ngambil jurusan itu juga," jawab Pak Praja.
"Kalo gitu, mereka emang udah kenal kali iya," sambung Bu Darma.
"Iya mungkin saja, Bu. Tapi, kenapa mereka kaget ya kalo udah kenal! Soalnya kan mereka pasti sudah tau nama masing, dan setiap hari bertemu," ucap Bu Praja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
riyu yuri
kalo dijodohin kebanyakan utamakan harta pula
2023-06-22
0
riyu yuri
coba ini nyata bagus nih,, soalnya kebanyakan yg nyata2 ceweknya cantik cowoknya B aja.
2023-06-22
0